•Skala•
"Aku duduk di depan ya? Kalo di belakang pusing." ujar Deluna memelas.
"Nggak! Apa-apaan." balas Skala.
Belva rasanya ingin tertawa melihat tangan Deluna yang bergetar hanya karena bentakan Skala.
"Emang udah pernah nyoba duduk di belakang? tenang aja kok mobil Skala mahal, lo nggak bakal pusing walaupun duduk di bagasi juga. Mau coba duduk di bagasi?"
"Kamu kok ngehina aku?"
"Ngehina gimana sih? gue cuma ngomong fakta kok."
Deluna menatap Belva tajam. "Secara nggak langsung kamu ngatain aku miskin."
Belva tertawa pelan. "Nggak tuh, kalo lo ngarahnya kesitu berarti emang bener kan lo miskin?"
"Mulut kamu jahat banget."
"Harus, supaya orang nggak tau diri kayak lo sadar diri."
"Aku nggak tau diri gimana? kamu jangan fitnah!"
"Meluk pacar orang sembarangan itu apa namanya kalo bukan nggak tau diri, murah?"
Jika sebelumnya Belva hanya akan diam ketika wanita lain berbuat seenaknya padanya, kali ini Belva tidak akan diam. Sekarang Skala sepunuhnya miliknya, Belva tidak akan membiarkan wanita lain menyentuh Skala, lagi.
"Ngapain nangis? sumpah gue benci banget sama orang kayak lo, buat masalah kalo di bales nangis, drama banget sih!" lanjut Belva.
"Aku nangis karena masih punya perasaan, aku tau aku miskin tapi apa pantes kamu hina aku kayak tadi?"
"Lo emang hina."
"Bel!" tegur Skala tak suka.
"Lo mau bela dia?" tanya Belva sinis.
"Lo kenapa sih?"
"Gue nggak suka dia meluk lo sembarangan!"
"Nggak usah lebay begitu, gue cuma pelukan bukan yang lain!"
Belva menatap Skala marah. "Pelukan sepele menurut lo? oke, kalo gue meluk cowok lain berarti nggak papa kan?"
Skala menggeram marah. "Jangan coba-coba."
"Lo selalu begitu, lo bebas ngelakuin apapun sama wanita lain? sedangkan gue? Nggak!"
"Itu beda Belva!"
"Iya beda, bedanya lo bangsat gue bego."
"Bel jangan ngajak berantem bisa nggak sih? anjing!"
"Skala, jangan marah." kata Deluna sambil memegang lengan Skala berusaha menenangkan.
Skala menepis tangan Deluna kasar. "Jangan ikut campur." desisnya.
"Deluna, awalnya gue kasian liat lo yang lusuh begitu, tapi ternyata lo nggak tau diri ya? nyesel gue buang waktu beberapa menit buat ngasihanin cewek gatel kayak lo."
"Aku cuma reflek meluk Skala, kenapa kamu perpanjang masalahnya?"
"Cuma, kata cuma mewakili seberapa murahnya lo, di depan gue aja lo berani meluk Skala. Kalo dibelakang gue mungkin lo berani ngelakuin hal yang lebih dari sekedar meluk."
"Bel, udah gue cape!"
"Lo pikir gue nggak cape hah?!" balas Belva membentak Skala.
"Shit, ini bukan sifat lo yang biasanya."
"Emang! gue terlalu muak sama banyaknya cewek yang berusaha masuk ke hubungan kita."
"Pergi." perintah Skala pada Deluna.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Teen FictionSudah terbit, tersedia di Gramedia dan toko buku online. Part lengkap (proses revisi) _______________ Gimana rasanya menjadi kekasih seorang berandal? Tanyakan saja kepada Belva. bukannya merasa menjadi ratu seperti novel-novel yang di bacanya, Belv...