11

206K 24.7K 9.1K
                                    

4k readers aku seneng bangettt!
Mungkin buat banyak orang gaada apa-apanya, tapi bagi aku berarti bangett. Makasih untuk kalian yang udah baca, vote, dan komen, semoga kedepannya cerita ini bakal lebih sukses.

Dan maaf gabisa bales komen kalian satu-satu😭

Jangan segan kritik dan sarannya yah, selagi masih dalam bahasa yang sopan.

Jangan lupa vote, komen, follow kalo ikhlas:)

Happy reading, jombloo🖤

•Skala•

Dengan wajah mengeras Skala memasuki ruko tua yang ia jadikan markas bersama teman-temannya.

"Anjing!" umpatnya sambil menendang kursi.

"Punya bos kerjaannya marah-marah mulu!" ujar El yang sedang bermain monopoli bersama Galen dan Marcelion.

"Gue aja deh yang jadi ketua, biar idup lo makmur El." ujar Galen bercanda.

"Lo jadi ketua yang ada ancur ini geng!"

"Ntar gue rubah Garagas jadi geng remaja masjid."

"Gue kristen gimana njing?"

"Bismillah El, pelan-pelan Ashadu."

"Boleh, tapi lo kudu Baptis dulu."

"Kalian berdua mau barter agama?" tanya Marcelion tak habis pikir dengan otak teman-temannya itu.

"Bercanda---- Astagfirullah!" El terpekik kaget ketika Skala memukuli tembok seperti orang kesurupan.

"El lu kristen ngapain istigfar?"

Marcelion menarik Skala yang memukuli tembok dengan membabi buta, Skala yang tidak terima menendang Marcelion hingga tersungkur di lantai.

"Bantu gue!" titah Marcelion pada Galen dan El yang malah melongo di tempat. Dengan cepat kedua cowok itu ikut memegangi Skala agar tidak kembali berulah.

"Skala sadar woy!" kata Galen menepuk bahu Skala yang bergetar.

Skala menyentak tangan Galen dan El yang memeganginya, lelaki itu mengacak rambutnya kasar. Perasaan marah sedang mendominasinya membuat ia tidak sadar dengan apa yang dirinya perbuat.

"Belva.." ujarnga pelan.

"Belva kenapa?" tanya Galen panik, mendadak perasaannya tak enak.

"Gue tinggalin dia dijalan."

"BANGSAT!" Galen berteriak marah.Galen mendorong Skala hingga cowok itu menghantam dinding dengan keras.

"Udah berapa kali gue bilang stop bikin Belva dalam bahaya anjing! sadar nggak lo sekarang udah mau malem di tambah musuh lo di luar sana yang banyaknya nggak ngotak?!" lanjutnya marah.

Skala terdiam, perasaan bersalah sama sekali tidak ada dalam hatinya. "Salah dia sendiri."

El menggelengkan kepalanya, dia heran dengan pola pikir Skala yang sangat susah di tebak. El mengeluarkan hanphonenya lalu menghubungi nomer Belva.

"Nggak aktif." ujar El, dari nadanya jelas jika lelaki itu khawatir.

"Lo tinggalin Belva dimana Skala?" tanya Marcelion pelan, bertanya dengan emosi pada Skala tidak akan menghasilkan apa-apa.

"Deket plaza."

Galen beranjak. "Gue cari Belva, kalo ada apa-apa sama dia sumpah gue nggak bakal maafin lo, Skala."

SKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang