25

194K 23.1K 4.8K
                                    

Absen pake emot '🖐🏽'  yok=

•Skala•

"Anjing. Gue alay banget sih, pake nangis segala!" umpat Skala, wajah lelaki itu masih merah terutama bagian hidung.

"Nangis bukan berarti alay." ujar Belva sambil tertawa kecil melihat wajah Skala.

"Jangan liat gue, gue jelek!"  Skala menutupi wajahnya dengan kedua tangan besarnya.

"Dari tadi gue udah liat."

"Anjing lah!" umpat Skala lagi, turun sudah harga dirinya didepan Belva.

Tawa Belva kembali terdengar, Belva menyingkirkan tangan Skala yang menutupi wajah lelaki itu. "Nunduk coba bentar." pinta Belva.

Skala menurut, badannya menunduk hingga tingginya kini sejajar dengan tinggi  Belva.

"Jangan nangis lagi ya ganteng." ucap Belva sambil menepuk-nepuk kepala Skala pelan.

Skala menepis tangan Belva lalu menegakkan kembali tubuhnya."Tai!" umpatnya untuk kesekian kali.

"Mulut lo bau, tadi aja manis-manis. Sekarang setannya balik lagi."

"Tadi nggak ada orang kan?" tanya Skala, hancur reputasinya jika ada orang lain yang melihatnya menangis.

"Ada."

"Serius lo?"

Belva mengangguk. "Ada orang, satu."

"Siapa?!"

"Gue lah. Kalo lo bukan orang, tapi setan."

"Gue jedorin mulut lo lama-lama." ancam Skala.

"Bilvi jingin tinggilin gw." ledek Belva.

"Dih kapan gue ngomong begitu? mimpi!"

Belva memutar bola matanya. "Gengsi terus."

"Ngeselin banget sih lo anaknya Bella sama Vadil."

"Ngeselin banget sih, pacar gue."

"Jijik Bel." Skala bergidik.

"Terserah ah, gue mau ke kelas." Belva melangkahkan kakinya meninggalkan Skala.

"Tungguin!"

Skala menusul Belva, lelaki itu melingkarkan kedua tangannya di pinggang Belva, wajahnya ia sembunyikan pada punggung pacarnya itu. Jaga-jaga supaya tidak ada orang yang melihat wajahnya yang sehabis menangis.

"Skala ntar ada guru yang liat."

"Ck bodoamat!" kata Skala. "Anterin gue ke toilet." lanjutnya.

"Lo kek cewe sih, ketoilet aja di anter."

"Muka gue lagi beler anjing! lo sembunyiin muka gue."

Belva menghela nafasnya, perempuan itu menuruti Skala, langkahnya berjalan menuju toilet lelaki. Untung saja jalan yang ia lewati sepi, hanya ada beberapa siswa yang mencuri-curi pandangan padanya dan Skala.

SKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang