•Skala•
"Keep your hand off my girl." suara berat penuh penakanan itu membuat Galen tersentak, tangannya langsung melepaskan tangan Belva yang berada di gengamannya.
Skala mengangkat satu alisnya ketika Galen tidak kunjung beranjak dari duduknya. "Tahu diri itu penting, Galen." ujarnya.
Galen menghela nafasnya lalu melangkah mendeketi Skala. "Gue nggak mau bikin keributan di sini. Kalo lo mau pukulin gue, ntar aja."
"Lo tau, gue paling anti ribut sama temen sendiri. Tapi kalo menyangkut Belva, gue nggak keberatan buat bunuh lo."
"Gue tau." kata Galen, cowok itu menepuk pundak Skala. "Gue nggak bakal macen-macem sama Belva kecuali dia sendiri yang mau sama gue."
"Lo pikir Belva mau sama lo? mimpi." sarkas Skala.
Galen tersenyum miring. "Kita liat nanti."
"Fuck!" umpat Skala menatap tajam Galen.
"Gue bakal mundur kalo lo memperlakukan Belva dengan baik, tapi kalo setelah ini sikap lo ke dia nggak berubah. Gue bakal rebut dia dengan cara apa aja."
"Ekspetasi lo terlalu tinggi."
"Kenapa? bukannya wanita yang bisa ngasih selangkangannya ke lo lebih penting dibanding Belva?"
"Lo ngggak tau apa-apa."
"Apa yang nggak gue tau? lo selalu bertingkah seenaknya. Jangan mentang-mentang lo punya rupa yang oke, harta yang banyak dan lo bisa berprilaku seenaknya, Skala Briliant Radjati. Belva begini karena tingkah lo!"
Bugh
Skala meninju rahang Galen dengan kuat membuat Galen sedikit meringis kesakitan. Tangan Skala mengcengkram kuat kerah milik Galen.
"Skala!" intrupsi Airlangga. "Kontrol emosi lo, ini rumah sakit!"
Skala melepaskan cengkramannya pada kerah Galen. "Urusan kita belum selesai."
Airlangga menarik tubuh Galen keluar.
"Nggak semua masalah harus di selasaikan dengan kekerasan." ujar Airlangga sebelum menghilang dari balik pintu ruang inap Belva.
Skala mengatur nafasnya yang bergemuruh. Mengambil pil yang berada di kantungnya lalu dengan cepat memakannya tanpa bantuan dari minuman apapun.
Mengabaikan rasa pahit di mulutnya, Skala mendekat ke ranjang Belva, mencium dahi wanita itu dengan lembut. Setalah puas mencium dahi Belva, ciuman Skala turun ke mata Belva yang terpejam, cowok itu mengecup kedua mata itu bergantian.
"Lo harusnya kuat." ujar Skala dengan suara serak.
"Lagian kenapa lo lemah banget sih? di tusuk begitu aja sampai harus di oprasi, perasaan gue di tusuk berkali-kali baik-baik aja." lanjut Skala.
Tangannya mengambil tangan Belva lalu mengelap tangan itu dengan bajunya. "Bekas Galen, najis."
Setelah dirasa bekas Galen dari tangan kekasihnya itu hilang, Skala mencium tangan Belva bertubu-tubi. "Andai lo sadar, lo pasti seneng tangan lo gue cium begini."
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Teen FictionSudah terbit, tersedia di Gramedia dan toko buku online. Part lengkap (proses revisi) _______________ Gimana rasanya menjadi kekasih seorang berandal? Tanyakan saja kepada Belva. bukannya merasa menjadi ratu seperti novel-novel yang di bacanya, Belv...