•Skala•
"Padahal gue ganteng gini, kok jomblo ya? cari cewek yang mau diajak jalan-jalan naek becak dimana si?" ucap El sambil melihat bayangan dirinya di cermin kecil yang ia temukan di jalan.
"Sekalian naik Onta!" ujar Galen.
El mengagukkan kepalanya beberapa kali. "Boleh juga tuh, sosweet ya. Ntar gue didepan cewek gue dibelakang."
"Kebalik Babi. Dimana-mana cewek dulu baru cowok!"
"Heh Leni, lo nggak tau ya sekarang ada yang namanya persamaan gender? Pokoknya nanti kalo gue punya cewe, cewe gue harus ngalah. Gue pengen manja-manja sambil 9.9."
"9.9 apaan sih?" tanya Marcelion.
"9.9 dalam bahasa inggris, cupu lo masa gitu aja nggak tau!"
"Nine-nine?" balas Marcelion.
"Iya, nen-"
"Anjing goblok, nggak usah di perjelas!" tegur Galen memotong perkataan El.
El dan Marcelion tertawa terbahak-bahak, sedangkan Galen mengalihkan wajahnya yang memerah.
"Anjing Len, lo ngebayangin ya?!" tuduh El membuat Galen gelagapan.
"Sembarangan! Mana ada." bantah Galen.
"Cobain lah Len, lebih enak dari bayangin." ujar Marcelion masih dengan tawanya yang tak kunjung reda.
"Udah pernah gue." balas Galen.
"Anjing, serius kapan lo? Buat dosa kok nggak ngajak-ngajak si? Kalo tau lo pernah nyicip mah gue juga nyicip ah. Supaya dosa bareng-bareng." cerocos El.
"Dulu waktu bayi, sama Emak gue."
"Leni goblok." cibir El kesal.
"Lagian gue masih inget agama kalik, gini-gini gue nggak mau ye dosa gara-gara zinah." ujar Galen membuat Marcelion yang tadinya tertawa kini menghentikan tawanya.
"Nyindir gue lo Len?" tanya Marcelion.
"Lah emang lo pernah?" tanya Galen balik.
"Ya nggak sih." jawab Marcelion kecil sambil mengalihkan tatapanya dari kedua temannya itu.
"Skala tuh yang pernah." ujar El. "Jagoan di medan pertempuran dia mah!"
"Pertempuran yang gimana dulu?"
"Pertempuran di kasur."
Skala yang mendengar itu melemparkan tisu bekasnya ke arah El.
"Bacot bego." cibir Skala.
"Dengan kondisi lo yang begini. Lo berniat tobat nggak si Kal? Mendekatkan diri kepada Tuhan gitu, siapa tau dosa lo ntar diringanin." ujar El.
"Astagfirullah." gumam Skala.
"WOAH ANJIR, SETELAH LIMA PULUH DUA, CHAPTER CERITA INI. BARU KALI INI LO ISTIGFAR!" heboh Galen sambil bertepuk tangan.
"Untung aja hidayah lo nggak telat-telat amat ya Bos!" kata El sambil menepuk lengan Skala.
Skala tertawa, tidak bisa dipungkiri kehadiran teman-temannya terasa sedikit mengangkat beban yang berada di pundaknya.
"Nafas gue sesek. Kaya ada bola yang nyangkut di tenggorokan." ujar Skala.
"Serius?" tanya El khawatir.
"Iya, badan gue juga lemes. Efek nggak makan-makan kali ya?"
"Iya kayaknya, emang lo beneran nggak boleh makan banget Kal?" tanya Galen.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Teen FictionSudah terbit, tersedia di Gramedia dan toko buku online. Part lengkap (proses revisi) _______________ Gimana rasanya menjadi kekasih seorang berandal? Tanyakan saja kepada Belva. bukannya merasa menjadi ratu seperti novel-novel yang di bacanya, Belv...