20

210K 25.2K 9.2K
                                    

•Skala•

"Ini Belva nggak mau makan terus ngenbanting mangkok buburnya, tante." ujar Skala berbohong.

Mendengar kebohongan Skala, emosi Belva tersulut. Cewek itu melepaskan infusnya paksa hingga tangannya mengeluarkan darah. Belva meraih nampan makanan lalu membantingnya kelantai.

"BEGINI MAKSUD LO?!"

"Belva!" Bella berteriak memperingati.

"AKU CAPE SAMA DIA MAH!" Belva menunjuk Skala dengan mata yang sudah memerah.

"Kita selasain baik-baik ya, jangan begini." ujar Skala sambil menahan bahu Belva.

"Nggak! Gue mau PUTUS!"

"Belva jangan kaya anak kecil. Skala cuma nyuruh kamu makan kok kamu begini?" Bella menangahi. "Seharusnya kamu bilang terimakasih ke Skala, dia dari kemaren udah mau repot-repot ngurus kamu."

"Gapapa Tan. Mungkin Belva cuma lagi emosi, Skala boleh minta tolong tante keluar sebentar nggak? Skala mau bicara sama Belva."

Bella mengangguk, tangannya mengelus dadanya. "Jaga sikap kamu, Mamah nggak pernah ngajarin begitu."

Setelah memastikan Bella keluar, Skala mendekat ke arah belva yang sedang menagis tersedu-sedu.

Plak

Tangan Skala menampar kuat pipi Belva. "Jangan pernah ngucapin kata putus lagi." peringat Skala.

"Nggak peduli, gue mau putus." ujar Belva sambil memegangi pipinya yang terasa panas.

"Nggak, kita nggak bakal pernah putus!" tegas Skala.

"Lo egois, gue nggak mau terjebak lebih lama sama cowok kasar kayak lo!"

"Sikap gue tergantung sikap lo, sialan!"

Belva menatap Skala sendu. "Terus, terus katain gue, terus aja. Lo pikir gue nggak sakit hati? selama ini gue diem karena gue pikir lo bakal berubah, tapi nggak. Gue capee."

Skala mengepalkan tangannya kuat. Belva pikir hanya cewek itu yang lelah? Skala sendiri juga lelah menghadapi sifatnya sendiri. Semua di luar batas kendalinya.

"Lo mau putus?" tanya Skala.

Belva mendongak menatap Skala. Matanya membulat terkejut ketika Skala mengambil serpihan beling di lantai.

"Skala jangan macem-macem!" peringat Belva ketika Skala mengarahkan beling tersebut ke urat nadinya sendiri.

"Lo mau putus kan? oke, gue turutin tapi setelah gue mati."

Belva menggeleng, mengabaikan rasa sakitnya Belva turun dari ranjang lalu Memegangi tangan Skala erat. "Nggak, jangan gila."

Skala menepis tangan Belva. "Apa gunanya gue hidup kalo lo nggak mau sama gue lagi?"

"SKALA!" teriak Belva ketika Skala menggores pinggiran tangannya. "Okee kita nggak putus, please lepasin belingnya!"

Skala mengentikan aksinya. Mengabaikan tangannya yang berceceran darah, cowok itu mendekat kerah Belva, membawa perempuan itu ke dalam pelukannya lalu mendekapnya erat.

SKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang