•Skala•
Skala memperhatikan keadaan di sekitarnya. Meresa keadaannya aman, Skala menyiramkan bensin yang ia bawa pada sekujur tubuh motor di depannya.
Bibirnya tersenyum miring ketika korek api ditangannya menyala, pelan namun pasti Skala melempar korek itu pada motor yang sudah dibaluri bensin olehnya tadi, dalam sekejap si jago merah melahap motor tersebut.
"KEBAKARAN!" teriak Skala, barakting seolah-olah dirinya bukan pelaku.
Segrombolan preman berjumbah tujuh orang yang tadinya sedang berada di warung langsung berlari melihat situasi.
"Motornya bang Okib kebakar!" ujar salah satu dari mereka.
"Cepet siram air, siram air."
Keaadan mendadak tidak kundusif, melihat itu Skala menguluarkan pisau lipat miliknya sambil menyeringai menatap mereka satu persatu.
Skala berpura-pura menabrak salah satu dari mereka, tidak ada yang sadar bahwa kini tangan Skala sudah menusuk perut lelaki yang di tabraknya itu.
"Akhhh-"
Skala tersenyum puas ketika merasakan darah lelaki itu merembas membasahi tangannya. Senyumnya makin lebar ketika korban tusukannya limbung tak sandarkan diri di tanah.
"Rojak kenapa jak?" tanya seorang pria dengan tato di sebagian wajahnya, sedetik kemudian mata pria itu membulat ketika melihat tangan Skala yang memegang pisau berlumuran darah.
"KENAPA LO NUSUK TEMEN GUE? SIAPA LO?" tanyanya marah.
Senyum miring terbit ketika semua orang yang berada di sana memusatkan pandangannya padanya, Skala membuka tudung hodienya memperlihatkan wajahnya.
"Seka!"ujar mereka bersamaan, tentu saja mereka mengenal Skala, dulu saat Skala tinggal di jalanan, Skala menjadi 'preman cilik' yang terkenal sepanjang kota. Saat itu, Skala yang masih berumur belasan tahun mampu membuat para preman yang lebih tua darinya tunduk padanya.
"Kenapa lo nusuk Rojak?!" ujar salah satu dari mereka dengan nada heran sekaligus marah.
"Bukan dia aja sih, rencananya gue mau nusuk kalian semua." kata Skala santai.
Beberapa dari mereka menggeram marah tidak terima.
"Jangan cari masalah sama kita." ujar salah satu dari mereka.
"Gue cari masalah? Lo semua yang cari masalah ke gue." ujar Skala berdecih sinis.
"Kita ngelakuin salah apa sama lo?"
"Kalian punya otak untuk mikir sendiri."
Perkataan Skala sontak membuat mereka semua terdiam, perasaan mereka tidak pernah menbuat masalah dengan pemuda itu.
"Jangan ngarang, bocah!"
"Banyak bacot." ujar Skala, lalu melempar pisau lipatnya tebat di mulut pria yang sedari tadi terus saja berbicara membuat kuping Skala panas.
Pria itu terduduk sambil memegangi mulutnya yang berlumuran darah, matanya sudah memerah menahan sakit.
Melihat temanya yang sekarat karena ulah Skala, kelima preman yang tersisa itu mengambil ancang-ancang untuk menyerang Skala, dengan sigap Skala menghindari pukulan demi pukulan yang ingin dilayangkan kepadanya.
Skala mengambil pisau lipatnya yang tergeletak di tanah, lalu menusukkan pisau itu tepat di mata musuhnya.
"ARGHH ANJING MATA GUE!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Teen FictionSudah terbit, tersedia di Gramedia dan toko buku online. Part lengkap (proses revisi) _______________ Gimana rasanya menjadi kekasih seorang berandal? Tanyakan saja kepada Belva. bukannya merasa menjadi ratu seperti novel-novel yang di bacanya, Belv...