Udah part 49, yakali belum follow akun aku
•Skala•
"Aku, takut." ujar Deluna sambil meremas bajunya. Marcelion menghela nafasnya kesal, sudah dua ouluh menit mereka berada di depan pintu rumah Belva namun Deluna sedari tadi tidak mau untuk masuk.
"Ada gue, lagian apa yang lo takutin, sayang?"
Deluna menunduk, mendadak pipinya memanas mendengar Marcelion memanggilnya dengan panggilan sayang. Ingatanny melayang pada beberapa waktu lalu ketika Marcelion membelanya habis-habisan di depan teman-teman lelaki itu, Deluna jadi merasa bahwa Marcelion begitu mencintainya.
"Kalo Belva jahatin aku gimana? Dia kayaknya masih marah sama aku gara-gara waktu itu bajunya aku pake."
"Belva nggak jahat."
"Tapi waktu itu dia marahin aku."
"Ntar kalo dia marah lagi, gue marahin balik."
Mendengar itu, Deluna tersenyum manis. "Kamu janji kan?"
"Iyaa.."
"Kalo kamu bohong, aku ngambek nih." ancam Deluna.
"Yaudah."
Deluna menggigit bibir bawahnya. Matanya menatap Marcelion sebal. "Kok yaudah?"
"Yaudah nggak papa, nanti gue bujukin lo pake bunga, atau coklat. Gitu maksudnya cantik." jelas Marcelion sambil terkekeh kecil tangannya mengacak rambut Deluna gemas.
"Aku mau coklat!"
"Iya nanti pulangnya beli, sekarang masuk dulu ya?"
Deluna mengangguk lalu masuk ke dalam rumah milik Belva yang memang sejak tadi terbuka. Ibu Belva sudah menyuruh mereka masuk sedari tadi, namun Deluna takut.
Deluna terkagum-kagum melihat sudut-sudut rumah Belva yang dihiasi foto-foto gadis itu, ada juga beberapa miniatur pesawat dan beberapa koleksi lukisan bertemakan alam.
Deluna mendadak sedih, kenapa hidup Belva begitu sempurna? Belva cantik, kaya, populer dan disukai banyak orang, sedangkan dirinya? Deluna selalu di abaikan atensinya seolah-olah dia tidak berada di dunia ini, di umurnya yang masih muda dia harus rela bekerja untuk sekedar membayar uang sekolahnya. Hidupnya terasa begitu menyedihkan jika di bandingkan dengan hidup Belva yang serba berkecukupan.
"Maaf ya tante lama ke atasnya, soalnya tadi Belva ketiduran. Mau minum apa nih? Biar tante buatin." ujar Bella sembari menuruni tangga.
"Nggak usah repot-repot Tante, Marcel cuma sebentar kok." tolak Marcelion halus.
"Repotin? Nggak dong, kamu ini." Bella tertawa kecil. "Ini yang cewek siapa? pacarnya kamu? cantik loh."
"Buk-"
"Iya aku pacarnya Marcelion." jawab Deluna memotong omongan Marcelion.
"Cocok kok, yang satu ganteng yang satu cantik. Tante ke dapur dulu ya buatin minum buat kalian, bentar lagi juga Belvanya turun kok, tadi lagi cuci muka." pamit Bella lalu berjalan meninggalkan Marcelion dan Deluna.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
أدب المراهقينSudah terbit, tersedia di Gramedia dan toko buku online. Part lengkap (proses revisi) _______________ Gimana rasanya menjadi kekasih seorang berandal? Tanyakan saja kepada Belva. bukannya merasa menjadi ratu seperti novel-novel yang di bacanya, Belv...