15. ROSA🌹

401 58 8
                                    

📌 Sebenarnya aku tuh orangnya amatiran setiap bikin cerita. Setiap nulis cerita pasti baru setengah perjalanan itu ada aja ide lain yang muncul, jadi kadang-kadang itu berhenti di tengah cerita.
Nah buat cerita aku yang berjudul
"ROSA"
ini aku kayak excited banget dan aku pun udah mikirin endingnya nanti.

Kalau kalian tim mana?
A. Tim happy ending
B. Tim sad ending
C. Tim netral

[ Selamat Membaca ]

" Sa siap-siap sekarang." Titah Raka melihat Rosa yang tengah berkutat di dapur.

Selama Rosa tinggal di rumah Raka ia yang memasak makanan hitung-hitung untuk balas budi kebaikan Raka yang sudah mengizinkannya tinggal di sini. Terkadang Lista juga ikut membantunya memasak walaupun rasa masakannya yang kadang terlalu asin atau malah kurang garam. Rosa tak masalah soal itu, toh juga namanya baru belajar pasti banyak kesalahan.

" Mau kemana kak?" Tanya Rosa melepaskan celemeknya.

" Nanti juga tau. Aku tunggu di depan dua puluh menit lagi ya." Rosa menganggukkan kepalanya kemudian mencuci tangannya dan bergegas ke kamar.

Dua puluh menit sangat cukup untuk Rosa bersiap. Ia tidak pernah memakai make up atau perhiasan lainnya kecuali kalung pemberian Askar yang masih setia melingkar di lehernya.

Sudah siap dengan sweater rajut, celana panjang dan juga Sling bag tak lupa sepatu sneakers ia berjalan menuju halaman rumah. Mungkin ini adalah setelan pakaian yang paling nyaman menurut Rosa dan mungkin untuk perempuan diluar sana yang tidak mau ribet dengan penampilannya.

" Ayo kak berangkat!" Raka melihat penampilan gadis depannya yang terlihat menggemaskan itu menarik sudut bibirnya tersenyum kecil.

" Pakai dulu!" Raka membantu Rosa memakaikan helm tersebut. Bahkan perlakukan kecil seperti itu mampu membuat hati Rosa menghangat. Namun lagi-lagi ia tepis perasaan itu. Ia harus ingat ada Askar yang masih berada di dalam hatinya.

Rosa naik ke motor sport itu dengan bertopang pada pundak kokoh Raka.
" Pegangan Sa!" Rosa memegang jaket Raka erat.

" Ck! Pegangan yang bener tuh kayak gini." Raka menarik tangan Rosa agar melingkarkan tangannya di pinggangnya.

Malam Minggu seperti ini jalanan kota tampak ramai kendaraan. Apalagi cafe yang dipenuhi oleh orang-orang yang mengumbar ke-uwuwan. Semilir angin menerpa kulit wajah Rosa, ia memejamkan matanya menikmati, bahkan Raka tersenyum lebar di balik helm full face nya.

Hingga keduanya tiba di salah satu halaman gedung pencakar langit. Tampak seperti gedung perusahaan namun sudah sepi berhubung semua pegawai sudah pulang dari siang tadi.
" Kita ngapain kak kesini?" Tanya Rosa melepaskan helm nya.

" Nanti juga kamu tau." Raka menggandeng tangan Rosa menuju halaman belakang perusahaan itu. Jujur Rosa takut karena keadaan yang sangat sepi ini. Hingga sempat terpikir oleh Rosa kalau Raka akan mengajaknya untuk membunuh seseorang lagi.

Mereka menaiki satu persatu anak tangga ada yang ada di belakang gedung itu. Hingga mereka tiba di rooftop tersebut.

" Wahhhhh bagus banget kak!" Pekik Rosa terkagum. Dari sana ia bisa melihat kelap-kelip lampu malam. Gedung ini adalah gedung tertinggi di kota itu sehingga mereka sekarang berada di puncaknya. Bahkan malam ini bulan bintang pun bekerjasama untuk ikut serta menghiasi malam.

" Yang kamu suka aku tau semuanya Sa." Ujar Raka menatap dalam mata Rosa. Keduanya mengambil posisi duduk di bawah sambil menikmati pemandangan.

" Sa, boleh aku tanya sesuatu?" Tanya Raka dengan tatapan yang sangat berbeda dari tatapan biasanya.

" Boleh tanya aja kak."

" Hati kamu masih buat orang lain ya Sa? Jantung kamu juga masih berdebar untuk orang lain ya Sa?"

Rosa beralih menatap Raka. Ia tau maksud pertanyaan Raka barusan yang terdengar menyangkut perasaannya saat ini.

" Rosa bingung kak, jantung ini sekarang berdebar untuk siapa. Ada hati yang harus Rosa jaga tapi hati ini seperti ingin berpaling ke tempat lain. Apa Rosa jahat ya kak karena punya perasaan kayak gitu? Rosa engga mau buat seseorang yang selalu ada buat Rosa itu kecewa." Ujar Rosa kembali terfokus pada pemandangan didepannya.

" Dia yang menetap duluan belum tentu  ada hingga akhir. Dan dia yang baru datang tidak salah jika memilih singgah untuk menabur rasa dan berjuang untuk tetap ada. Menurut kamu pemikiran aku salah enggak Sa?" Tanya Raka memperhatikan wajah cantik Rosa dari samping.

Gadis itu menggelengkan kepalanya.
" Enggak salah kok. Kita enggak bisa memilih dimana hati kita akan berpijak untuk mencintai siapa. Tapi kita salah jika kita membiarkan hati ini terbagi untuk dua orang. Cukup untuk satu orang saja kak, enggak lebih. Itu yang  jadi prinsip Rosa sekarang."

Ungkapan yang membuat Raka tersadar jika apapun yang ia lakukan tidak akan pernah berhasil.

" Kalau seseorang yang selalu ada itu pergi kamu bakal lakuin apa?" Tanya Raka ingin melihat reaksi Rosa.

" Rosa enggak mau munafik. Hati Rosa bukan terbuat dari batu kalau di sakitin bakal tetap tegar. Kalau Rosa sampai nangis, marah atau benci itu tandanya Rosa cinta sama orang itu kak. Kalau Rosa biasa aja berarti hati Rosa emang udah siap buat lepasin dia." Jawab Rosa dengan pikiran yang lebih dewasa dari biasanya.

Sepertinya semua pertanyaan Raka yang dijawab oleh Rosa akan berujung luka untuk dirinya sendiri. " Kenapa kamu suka ketinggian? Apa karena dari sini kamu merasa dekat dengan langit?" Tanya Raka mengganti topik.

Rosa menganggukkan kepalanya. Raka pemuda yang baru muncul di kehidupannya itu seperti cenayang yang memang tau segalanya. " Ternyata kak Raka beneran cenayang ya?"

Raka terkekeh dan detik itu juga Rosa terpesona tengah tawa itu. Terlihat tidak asing untuknya dan membuatnya ikut tersenyum. " Aku udah bilang aku tau semuanya tentang kamu. Bahkan tanpa kamu jawab aku sudah tau jawabannya."

Kalau begitu kenapa pemuda itu repot-repot bertanya jika ia sudah tau jawabannya " Coba jawabannya apa? Kalau salah nanti Rosa jewer kupingnya."

" Kamu suka ketinggian karena dari situ kamu seperti bebas menggapai awan. Dulu kamu sempat berpikir kalau umur kamu enggak panjang karena penyakit jantung mu. Kamu takut semua rencana yang sudah kamu buat setinggi langit ikut terkubur dalam-dalam ya kan?"

Rosa terdiam, kenapa Raka bisa tau? Apa benar Raka seorang cenayang atau seseorang yang dapat membaca pikiran orang lain atau malah seseorang yang dapat melihat masa lalu?

" Wahhh kak Raka beneran cenayang ya! Kak coba dong tebak di masa depan, Rosa bakal ngapain." Ujar Rosa tentu saja hanya bercanda, jelas ia lebih percaya pada rencana Tuhannya.

" Kalau aku tebak ya Sa, suatu saat nanti kamu akan membenci seseorang yang kamu anggap sebagai pembohong dan disaat itu mungkin kamu tidak akan memaafkan orang itu."

Rosa tertawa terbahak-bahak sedangkan Raka masih dengan wajahnya yang serius. " Kak Raka ada-ada aja dehh. Udah ahh pulang yuk udah malem."

Raka menganggukkan kepalanya mengikuti langkah kaki Rosa menuruni anak tangga.

" Aku enggak bercanda Sa. Karena hari itu benar akan tiba."

[ R O S A ]

Pembaca be like : "Plisss lahh apa lagi ini"

Aku be like : " Tunggu tanggal mainnya oke."

R O S A  [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang