34. ROSA🌹

309 44 0
                                    

Penuhi part ini dengan komentar receh kalian 😎

Penuhi part ini dengan komentar receh kalian 😎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alkana Raka

[ Selamat Membaca ]

Sehabis pulang dari pemakaman, Rosa tampak murung dan kadang beberapa kali Raka memergoki gadisnya yang menangis.

Sekarang gadis itu tengah termenung di halaman taman rumah Raka. Ia menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Tatapannya sendu membuat siapapun miris melihatnya. Lingkaran mata yang hitam dan juga hidung yang merah.

Raka yang baru saja keluar dari dalam rumah melihat gadisnya sendirian merasa kasihan. Ia berjalan pelan dan duduk di sampingnya. Rosa tetap tak bergeming sama sekali. Masih sama, menatap lurus ke depan sana yang dipenuhi hamparan pot bunga yang beberapa Minggu lalu Rosa tanam.

Raka menarik gadisnya kedalam pelukan hangatnya. Rosa tidak menolak hal itu. Ia justru membalas erat pelukan Raka yang terasa nyaman dan hangat. Ia sudah menebak kehadiran Raka lewat parfum pemuda itu yang Rosa hapal betul.

Raka tau gadisnya sedang butuh telinga untuk mendengar ceritanya, dan gadisnya juga membutuhkan pelukan hangat untuk melindunginya dan membuatnya merasa aman.

" Rosa sayang mama hiks..." Air mata Rosa akhirnya luruh juga. Ia mencoba untuk tidak menangis tapi rasanya berat dan sulit. Bagaimana pun Maya pernah menyayanginya seperti anak kandung.

" Mama kamu butuh doa dari anaknya bukan tangisan anaknya." Ujar Raka membelai rambut Rosa dan mengecup singkat pucuk kepalanya.

" Rosa jahat kak, hiks... seharusnya Rosa enggak kasih tau mama soal papa hiks.."
Sebenarnya di sisi lain Rosa salah karena ia memberi tahu hal itu dan membuat semuanya kacau. Tapi jika ia tidak memberitahukannya mungkin Maya hanya akan menjadi wanita yang di duakan oleh suaminya tanpa sepengetahuan wanita itu.

" Semuanya udah takdir Sa, mama kamu tau kesalahan yang disembunyikan papa kamu lewat anaknya sendiri, kamu Sa." Ujar Raka. Rosa suka sikap pacarnya itu yang dewasa tidak seperti dirinya yang labil dan cengeng.

" Tapi kalau waktu itu Rosa enggak kasih tau yang sebenarnya pasti mama masih ada." Ujar Rosa dengan suara terendam di dada Raka. Gadis itu dapat mencium aroma maskulin Raka yang memabukkan.

" Enggak ada orang yang bisa menentang takdir Tuhan. Jangan salahin diri kamu sendiri." Raka melepaskan pelukannya dan menatap mata gadisnya yang sembab.

" Udah, mending sekarang kita masuk ke dalam. Kita makan malam bareng yang lain." Rosa mengangguk membuat poni nya sedikit bergoyang. Raka menahan dirinya untuk tidak mencubit pipi gadisnya yang menggembung lucu.

R O S A  [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang