[ Selamat Membaca ]
Sehabis pulang sekolah Rosa di jemput oleh pak Arif atas permintaan Hendrik. Rosa juga tidak melihat Raka sedari tadi. Rosa mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang sambil menatap jendela balkon kamarnya yang memiliki banyak kenangan indah dengan Askar.Kamar ini tidak berubah ternyata. Masih sama seperti dulu terkahir kali Rosa tinggalkan, bahkan aroma strawbery samar-samar tercium jelas saat Rosa kembali ke rumah.
Gadis itu mengambil ponsel di atas nakas dan melihat chat yang tadi ia kirimkan pada Raka pun belum di jawab apalagi di baca. Rosa bingung padahal jam terkahir di lihat pemuda itu beberapa menit lalu.
Kak Raka❤️
Masih marah kak?
Rosa minta maaf yaRosa mau ngajak kak Raka
nonton konser mau?Rosa sebentar lagi ke rumah
kakak ya? Kita nonton
konser bareng ya kak.
Rosa menghembuskan napas pasrah melihat Raka lagi-lagi mengacuhkannya.
" Kak Raka masih marah ternyata." Gumam Rosa memasukkan ponselnya ke dalam sling bag. Menyisir rambutnya dan memoles bibirnya dengan lipthin.
Ia memakai celana pajang dan juga sweater rajut kesukaannya. Untuk partisipasi saja takutnya saat konser di mulai akan ada hujan buatan.Gadis itu menuruni satu persatu anak tangga. Terlihat Hendrik yang baru saja pulang dari kantor membawa tas kerja di tangannya. " Mau kemana nak? Tumben udah rapi banget, mau kencan sama Raka?" Tanya Hendrik tau bagaimana kehidupan masa muda.
" Rosa pamit ya pa, Ros mau nonton konser musik." Jawab Rosa meraih tangan Hendrik dan menciumnya.
" Jangan pulang lama-lama ya." Ujar Hendrik mengingatkan diangguki oleh Rosa.
" Sama siapa?" Tanya Hendrik membuat Rosa berpikir keras sekarang.
" Emmm kak Raka." Jawab Rosa ragu. Ia juga tidak tau Raka mau atau tidak pergi dengannya. Pesannya juga belum di balas sampai sekarang.
" Raka udah jemput?" Tanya Hendrik karena sedari tadi ia tidak mendengar suara motor ataupun mobil yang mengarah ke rumahnya.
" Rosa mau ke rumah kak Raka dulu mau mampir." Ujar Rosa. Sepertinya dengan mampir ke rumah Raka ia bisa bertemu dengan pemuda itu. Ya, semoga saja.
" Di antar pak Arif aja ya." Rosa menganggukkan kepalanya saat Hendrik membelai lembut rambut putrinya.
" Iya pa, kalau gitu Rosa pamit ya." Rosa berjalan menuju halaman rumah. Sudah ada pak Arif yang siap dengan mobil hitam untuk mengantarkan Rosa. Sebenarnya Rosa sudah bisa mengendarai mobil hanya saja ia masih takut jika mengendarainya di jalan raya.
Di jalan Rosa hanya terdiam menikmati pemandangan gedung pencakar langit yang tinggi. Semenjak kematian Maya yang terjatuh dari ketinggian itu membuatnya sedikit trauma dan takut. Padahal ia sangat menyukai ketinggian. Apa sekarang tidak lagi?
Sesekali Rosa memeriksa ponselnya dan menunggu balasan dari Raka. Hingga tidak terasa mobil yang di tumpangi nya sudah sampai di depan rumah Raka yang pernah ia tinggali di masa-masa dirinya penuh dengan kehilangan.
" Sudah sampai non." Ujar Pak Arif.
" Makasih, pak Arif pulang aja nanti Rosa bisa pulang sendiri." Ujar Rosa membuka pintu mobil.
" Baik non."
Rumah besar itu cukup sepi. Biasanya ada tiga mobil dan empat motor sport terparkir rapi di sana. Namun sekarang hanya ada satu motor sport yang bisa ia tebak milik Johan.
KAMU SEDANG MEMBACA
R O S A [ END ]
Teen FictionRosa Felicia, gadis baik hati yang berjuang melawan penyakit gagal jantungnya dan pada akhirnya sembuh. Satu-satunya orang yang membuatnya semangat untuk hidup pergi jauh darinya dan memutuskan tanpa sebab. Hati dan jantungnya tidak menunjukan pera...