46

409 49 3
                                    

"Sayang, besok boleh tidak aku titip Yoora pada ibu?"

Kami sedang berada di tempat tidur berdua, sedangkan Yoora tertidur pulas--di tempat tidur kecilnya yang terpisah--saat aku bertanya pada suamiku.

"Memangnya kau akan ke mana?"

"Ke Gapyeong, temanku melahirkan. Dan aku tidak mungkin membawa Yoora karena jaraknya lumayan jauh. Aku bersama temanku yang lain menggunakan mobil. Kasihan dia."

"Kenapa kau tidak memintaku untuk mengantarmu?", nada bicara Seokjin sedikit berubah. Sepertinya dia tersinggung karena aku tidak memberitahunya dulu.

"Iya maaf, teman-temanku mendadak memberitahunya. Boleh tidak?", intonasi suaraku sengaja aku turunkan agar Seokjin memberi izin.

"Ya sudah kalau begitu. Tapi Yoora biar aku saja yang menjaga."

"Sungguh? Tapi kau kan bekerja besok."

"Ada meeting sebentar dengan sebuah brand, tapi hanya aku dan Taehyung. Bisa aku titipkan Yoora sebentar pada Jungkook atau Jimin."

"Memangnya anakmu mau dititipkan pada Jungkook? Terakhir kali bertemu Jungkook, dia malah menangis karena Jungkook menggodanya terus menerus."

"Saat itu kan Yoora sedang mengantuk, jelas saja dia menangis. Kali ini aku jamin dia bisa bersahabat dengan Jungkook. Sediakan saja susu dan makanannya agar dia tenang."

"Kau serius? Apa tidak sebaiknya menitipkan Yoora pada ibuku saja? Agak dia tidak merepotkan di agensi."

Seokjin menoleh dari komputer tablet yang sedari tadi ditatapnya, matanya tertuju lurus padaku. "Kenapa tidak percaya begitu sih terhadapku? Apakah aku terlihat tidak bisa mengasuh Yoora?", nadanya tidak terdengar marah atau kesal, justru terlihat sebal. Seperti saat dia meminta izin untuk bermain game tetapi aku tidak mengizinkan.

"Bukan begitu, hanya saja kau kan bekerja di sana, aku hanya khawatir Yoora malah jadi merepotkanmu dan orang lain yang ada di sana."

Dia meletakkan komputer tabletnya di nakas samping tempat tidur, kemudian bergeser mendekat ke arahku. Menarikku dalam pelukannya. "Justru mereka selalu bertanya, kapan aku membawa Yoora lagi. Mereka selalu gemas dengannya, apalagi dia sudah pintar mengoceh sekarang."

"Jadi tidak apa Yoora kau bawa ke agensi? Serius? Jangan sampai kau kena tegur."

"Astaga, siapa yang berani menegur Kim Seokjin?"

"Jangan terlalu jumawa, tidak baik."

"Loh ya memang benar, tidak ada yang berani menegurku. Lagi pula, membawa anak bekerja saja kena tegur?"

Aku benar-benar tidak mengerti dengan cara berpikir suamiku ini. Di tempat mana pekerja diperbolehkan membawa anak? Ya memang sih, pekerjaan suamiku ini bukan pekerjaan kantoran yang mengharuskan bekerja di depan komputer sepanjang hari mengurus laporan.

Tapi tetap saja, ketika dia sibuk bekerja, tidak memungkinkan untuknya mengasuh putri kami. Apalagi Yoora tidak memiliki pengasuh pribadi. Jadi kalau Seokjin membawanya bekerja ya memang dia sendiri yang harus menjaga putrinya. Oleh karenanya, aku agak khawatir kalau putri kecil kami nantinya malah akan merepotkan Seokjin dan yang lainnya.

"Serius tidak apa?", tanyaku lagi kesekian kali.

"Iya tenang saja percayakan semuanya padaku.", jawabnya percaya diri.

"Baiklah kalau begitu. Aku janji akan langsung pulang setelah kembali ke Seoul."

🍁🍁🍁

AFTER MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang