33

902 77 2
                                    

"Lusa aku akan pergi memancing dengan Yoongi."

"Tidak ada jadwal memang?"

"Ada sih, tapi baru dimulai sore hari. Lagi pula masih musim panas, udara laut tidak dingin."

"Aku ikut.", kataku spontan.

"Hah?"

"Aku ikut kau dan Yoongi memancing."

"Serius?"

"Eum."

"Tidak usah."

"Kenapa?"

"Nanti kau mabuk laut."

"Tidak."

"Tidak perlu."

"Aku ingin ikut."

"Lalu Yoora bagaimana?"

"Aku titipkan pada ibu."

"Pagi-pagi sekali, apa ibu tidak repot?"

"Tidak, sepertinya beliau akan senang kalau Yoora di rumahnya, bahkan seharian."

"Kalau aku melarang kau akan tetap ikut, kan?"

"Tentu saja."

"Ya sudah kalau begitu. Kau boleh ikut. Besok malam kita menginap saja di rumah ibumu agar tidak mengganggu karena harus pergi subuh.", Seokjin menyerah.

Dan di sinilah aku sekarang, di sebuah kapal motor yang lumayan besar bersama Seokjin, Yoongi juga beberapa staff dan kru kapal.

Mereka semua tampak sibuk dan bersemangat agar mendapatkan ikan dengan jorannya, sedangkan aku duduk di kursi lipat di belakang Seokjin.

Sebenarnya aku ingin sekali ikut memancing, melihat bagaimana antusiasnya mereka ketika umpan di kailnya dimakan oleh ikan, tapi suamiku yang menyebalkan itu malah melarang. Katanya, takut aku tidak sanggup menahan dan malah terjatuh.

Apa-apaan. Memangnya aku selemah itu?

Dan untuk menunjukkan aksi protesku, aku duduk di kursi, cemberut sambil memainkan ponsel. Sepertinya Seokjin menyadari itu beberapa menit kemudian saat dia menoleh ke belakang.

"Kau marah?", dia mrnghampiri dan berdiri di hadapanku.

"Tidak."

"Kau marah."

Aku tidak menjawab karena itu bukan pertanyaan, tapi pernyataan.

"Ayo bangun, aku ajari kalau memang kau penasaran ingin memancing."

"Tidak mau."

"Ututu Nyonya Kim merajuk."

"Aku tidak."

"Kau iya.", katanya sambil mencubit kedua pipiku pelan dan memainkannya.

"Lihat, kau terlihat seperti Yoora saat tidak diperbolehkan makan camilan sebelum jam makannya.", masih dengan tangannya di pipiku.

"Ayo memancing, agar kau tidak terus merajuk dan marah padaku sampai di rumah."

Dia membawaku berdiri dan mendekat pada pinggiran kapal. Membuatku berdiri di depannya dengan tangan yang megang joran pancing.

"Pegang di sini. Dan berhenti cemberut sebelum aku menciummu di sini, di depan banyak orang.", Seokjin berbisik di telinga, lalu menuntun tanganku memegang joran dengan benar kemudian berdiri sangat dekat dibelakangku, membantu menahan agar aku tidak jatuh terjerembab saat menariknya nanti.

"Lalu lemparkan seperti ini.", katanya sambil menuntunku melamparkan kail ke air.

"Tunggu sampai umpanmu dimakan lalu kita tarik bersama-sama. Mengerti?"

Aku mengangguk, meskipun masih sedikit kesal dengannya, tetapi perlahan-lahan rasa kesalku hilang karena dia memperbolehkan aku memancing.

Tak lama umpanku di makan ikan, aku dan Seokjin bersiap menarik serta menggulung tali pancingnya. Awalnya terasa ringan, tapi lama-lama terasa berat juga. Hampir saja aku tertarik maju sampai ke pembatas kapal kalau Seokjin tidak menarikku mundur. Mungkin ini alasannya tidak menginzinkanku di awal. Sekarang aku mengerti.

"Masih sanggup?"

Aku mengangguk antusias.

"Baiklah kalau begitu kita tarik bersamaan. Sepertinya tangkapan kita kali ini lumayan besar.", katanya bersemangat.

Kami bekerjasama dengan sangat baik sampai ikan kami terlihat di permukaan. Dan benar, itu tangkapan yang lumayan besar. Pantas saja berat sekali.

"Aku ingin membawa ini pulang.", kataku pada Seokjin saat kru kapal mengambil ikan dengan jaring.

"Boleh. Kau ingin memamerkannya kepada ibu dan ayahmu, kan?"

"Tentu saja."

"Baiklah, kita bawa pulang dan memasaknya untuk makan siang."

Kami berakhir bertukar hi five karena senang berhasil menaikkan ikan sebesar itu. Disambut dengan sorakan Yoongi juga semua orang di kapal.

🍁🍁🍁

Halo, aku datang lagi!

AFTER MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang