23

1.3K 106 7
                                    

Pemandangan bangun pagiku hari ini adalah suamiku menggendong puteri kecil kami dan mengajaknya berbicara. Indah sekali, meskipun si kecil belum mengerti apa yang dibicarakan ayahnya, tapi terus terang hatiku menghangat melihatnya.

Aku turun dari kasur, berjalan perlahan ke arah mereka yang memunggungiku menghadap jendela besar di kamar. Ku sisipkan tanganku di pinggangnya, memeluknya dari belakang.

"Hei.", sapaku kemudian.

Dia sedikit terkejut karena kehadiranku yang tiba-tiba.

"Sudah bangun?", tanyanya dengan wajah sedikit berpaling ke belakang.

Aku mengangguk, "Kenapa tidak membangunkan aku saat Yoora bangun?"

"Aku tidak tega, kau baru saja tidur dua jam yang lalu. Lagi pula puteri kecil kita tidak rewel kok."

Ya ampun, perhatian kecil seperti ini membuatku terharu. Ku pererat pelukanku lalu ku kecup punggungnya, agar dia tahu bahwa aku suka dia perhatian seperti itu padaku.

"Terima kasih, Kim Seokjin. Sudah sarapan?"

"Belum hehehe. Belum lapar."

Aku melirik jam di dinding kamar. Pukul delapan. Tidak biasanya dia belum lapar jam segini.

"Eh? Yang benar?", tanyaku tidak percaya.

"Setelah ditanya jadi lapar. Sedikit."

Kami tertawa bersama.

"Ya sudah kalau begitu aku buatkan sarapan. Tidurkan lagi saja anakmu. Dia sudah terlelap lagi sepertinya.", aku mengurai pelukanku.

"Lima atau sepuluh menit lagi ya? Aku ingin menggendongnya lebih lama. Kan besok aku harus pergi lagi. Butuh waktu seminggu untuk bertemu dengan Yoora lagi.", suaranya agak sendu.

Ah iya benar, besok pagi dia harus kembali terbang ke Amerika untuk jadwalnya dan baru kembali minggu depan. Jadi mungkin dia merasa bersalah karena tidak bisa menghabiskan banyak waktu dengan puteri kecilnya.

"Ya sudah, kau boleh menggendongnya sepuasmu. Sampai tanganmu sakit juga tidak apa.", aku berusaha mengembalikan senyuman di wajahnya. Sedikit berhasil, dia tertawa.

"Kalau bisa aku ingin membawanya pergi juga bersamaku, tapi aku tahu itu tidak mungkin."

"Nanti ya, kalau Yoora sudah bisa bepergian dengan pesawat, kami akan menemanimu ke mana pun."

Dia mengangguk dan tersenyum.

"Aku tinggal ke dapur ya. Nikmati waktu bondingmu dengannya. Nanti kalau sarapannya sudah jadi, aku kembali lagi.", kataku sembari membubuhkan kecupan di pipinya kemudian beralih mengecup pipi puteriku yang terlelap pulas di gendongan ayahnya.

🍁🍁🍁

AFTER MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang