"Aku siap.", kataku suatu malam saat akan berbaring untuk tidur, dengan Seokjin yang sudah lebih dulu berbaring di sebelahku.
"Siap apa?", tanyanya penasaran karena tadinya kami tidak sedang membahas apapun. Hanya sibuk satu sama lain melakukan aktivitas sebelum tidur dan kemudian berbaring seperti sekarang.
"Ya, siap untuk itu.", aku masih berusaha untuk memberitahunya perlahan.
"Itu? Itu apa maksudnya?", jelas saja suamiku bingung karena aku tidak langsung ke inti.
"Bercinta?", sambungnya lagi.
Astaga, kenapa pikiran pria hanya berputar di sekitar itu ya?
"Bercinta terus. Bukan."
"Ya lalu, apa? Aku butuh konteks, Sayangku..."
Kali ini posisinya jadi menyamping, menghadap ke arahku yang masih berbaring terlentang, menghadap langit-langit kamar.
Jujur saja, apa yang akan aku katakan saat ini bukanlah sesuatu yang sederhana. Ini keputusan besar yang akhirnya bisa aku putuskan sekarang setelah bertahun-tahun memikirkan untuk menundanya.
Ada keheningan di antara kami. Aku tahu sekali suamiku ingin bertanya lagi dan mendesakku berbicara, tetapi sepertinya dia menahan sekali keinginannya, dan aku benar-benar menghargai itu.
"Aku... siap untuk... punya anak lagi...", kataku akhirnya.
"Y-ya?"
Seokjin sampai bangun dari posisinya dan mendudukkan dirinya. Matanya terbelelak antara percaya dan tidak.
Jelas saja dia terkejut. Pasalnya selama tiga tahun ini, keinginannya untuk memiliki anak lagi benar-benar besar. Kami selalu mengkomunikasikannya selama ini, tetapi belum pernah ada kata setuju dariku sampai hari ini. Atau sampai kemarin saat aku melihat Yoora yang bermain sendiri selepas pulang sekolah dan merasakan kalau anakku sepertinya kesepian saat sudah di rumah.
Dia begitu ceria saat akan berangkat sekolah, senang bertemu banyak teman, katanya. Terkadang minta dibuatkan bekal lebih, untuk berbagi dengan temannya di sekolah. Aku pikir semuanya berjalan normal seperti yang aku dan Seokjin harapkan. Senang kalau anak kami bersemangat ke sekolah.
Sampai kemarin saat melihatnya bermain sendiri dan terkadang mengeluh karena di rumah sepi, tidak seperti di sekolah, aku jadi memikirkan usulan Seokjin untuk memiliki anak lagi. Sesederhana itu kejadian yang membuatku akhirnya ingin menyetujui proposal yang sering kali Seokjin ajukan.
Kembali ke saat ini. Seokjin masih terlihat tidak mempercayai apa yang ia dengar. Dia terlihat terkejut, tapi juga terlihat entahlah, bahagia? Bersemangat?
"Aku siap hamil lagi.", kataku mantap.
"S-serius?"
"Memangnya aku terlihat bercanda?"
"Tidak, maksudku, tiba-tiba? Kenapa?"
Aku ceritakan segalanya pada suamiku, tentang Yoora yang senang bertemu dengan teman-temannya di sekolah, tentang Yoora yang kesepian saat di rumah, tentang Yoora yang sepertinya sudah bisa untuk belajar mandiri saat memiliki adik kelak. Semuanya aku ungkapkan pada suamiku.
Seokjin langsung memelukku yang sedari tadi sudah duduk berhadapan dengannya di atas ranjang. Benar-benar memelukku erat sampai rasanya aku tidak bisa bernapas dengan baik. Tapi aku tidak protes sama sekali karena aku tahu, ada rasa bahagia yang luar biasa yang sedang dia curahkan padaku. Yang ingin dia bagi berdua agar aku juga tahu dan merasakan apa yang dia rasakan saat ini.
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MARRIAGE
FanficKehidupan Kim Seokjin setelah menikah. Random story. Based on kehaluan setiap hari. [Never Ending Story]