43

688 67 6
                                    

Hari ini Seokjin memutuskan tidak ingin pergi ke mana pun. Dia ingin menghabiskan waktu liburan kami dengan menikmati fasilitas yang disediakan hotel. Tadi pagi saja--lebih tepat disebut fajar, karena matahari belum terbit--dia mengajakku ke turun ke pantai. Bilangnya ingin lari pagi di sepanjang garis pantai, tapi berakhir duduk di pasir pantai yang putih bersih dan mengobrol santai, sambil menikmati pemandangan matahari terbit.

Pulang dari pantai, kami menikmati sarapan di restoran hotel yang membuka menu prasmanan. Tadinya aku mengajaknya untuk sarapan di kamar, tetapi suamiku malah menginginkan sarapan di restoran, untuk pertama dan terakhir kalinya selama liburan ini, katanya. Kami memang lebih banyak menghabiskan waktu sarapan di kamar atau di tempat lain selama liburan ini.

"Tidak ingin pergi ke suatu tempat kah hari ini?, tanyaku lagi memastikan saat kami sedang makan.

"Tidak, di hotel lebih baik."

"Baiklah kalau begitu. Haruskah aku berkemas hari ini atau besok pagi saja?", tanyaku lagi.

"Nanti saja, nikmati waktu bersantai kita dulu seharian ini. Rasanya badanku butuh istirahat yang benar-benar istirahat. Aku ingin tidur seharian."

"Ya kan aku yang berkemas. Kalau kau ingin tidur juga tidak apa-apa."

"Tapi aku inginnya tidur bersama istriku. Ingin bermanja-manjaan seharian ini."

"Artinya kau tidak ingin benar-benar tidur."

"Apa? Kau berpikir apa? Hm?" Dia menyeringai nakal, untuk menggodaku. Padahal aku tahu maksudnya pikirannya memang ke sana.

"Mengaku saja. Kau ingin itu kan?"

"Itu apa?"

"Ya itu."

Seokjin menaikan alisnya tetapi tidak menjawab pertanyaanku.

"Ah sudahlah.", jawabku tidak ingin memperpanjang obrolan kami yang menjurus ke sana.

"Aku sedang datang bulan.", lanjutku.

"Ey, mana mungkin. Aku tahu sekali jadwal siklusmu. Dan itu masih sekitar 2 minggu lagi.", dia menyeringai. "Lagipula, tidak mungkin juga kau merencanakan liburan saat kau datang bulan, kan? Aku tahu kau benci bepergian saat itu.", lanjutnya sambil tertawa.

Sial. Kenapa suamiku sangat peka dan memahamiku luar dalam.

"Lalu? Kau ingin apa?"

"Ya, apa lagi? Tujuan kita berlibur adalah untuk mempererat bonding kita, kan? Bercinta juga bisa mempererat bonding."

"Ya tapi tidak seharian juga. Memangnya kau sanggup?"

"Serius, membahas ini di tempat umum?", dia menggodaku.

"Tidak ada yang tahu apa yang kita bahas.", kataku membela diri.

"Jangan terlalu percaya diri, Nyonya Kim. Bisa saja ada orang yang paham apa yang kita bicarakan.", senyum miring tercetak di sudut bibirnya.

Oke, benar. Siapa tahu ada yang paham. Aku tidak ingin urusan ranjang kami menjadi konsumsi publik.

"Baiklah, ayo ke kamar. Kau sudah selesai dengan makananmu kan?", ajak Seokjin saat aku menyuap potongan terakhir dari makanan penutupku.

"Aku akan berkemas kalau begitu.", kataku masih bersikeras.

Seokjin bangkit dari duduknya, mengulurkan tangan untuk membantuku berdiri. "Aku bisa menunggu, tenang saja.", dia mengerling setelahnya.

This is gonna be a long long day.

🍁🍁🍁




AFTER MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang