Hari ini Seokjin kembali dari tur nya. Tidak terasa dua bulan sudah terlewati. Tapi anehnya hari ini aku malah biasa saja, rasa rinduku tidak menggebu seperti biasanya. Bahkan aku merasa sama sekali tidak ingin bertemu dengannya. Entah apa yang terjadi padaku. Padahal semalam kami masih berkomunikasi, kami juga mengobrol sampai aku jatuh tertidur.
Seokjin sempat menghubungiku sebelum pesawatnya lepas landas, dan aku hanya menjawab sekenanya. Mungkin dia menyadari ada sesuatu yang aneh tapi karena keterbatasan waktu, dia memilih untuk tidak berdebat.
Dia sampai di rumah malam hari, belum terlalu larut tapi aku tidak menyambutnya sama sekali. Malah aku hanya berbaring di kamar, tubuhku terasa sedikit demam.
"Sayang, aku pulang.", suaranya sudah terdengar bahkan sesaat setelah pintu rumah terbuka.
Aku tidak menyahut.
"Sayang."
Aku tetap tidak menyahut meskipun aku mendengar dan belum sama sekali terlelap.
"Sayang, sudah tidur ya?", kali ini suaranya terdengar di pintu kamar dan langkah kakinya semakin dekat.
Karena suasana kamar yang temaram, dia tidak menyadari aku yang masih terbangun.
"Hei, aku pulang.", Seokjin naik ke ranjang dan mengecup dahiku tapi aku acuh. Dia sedikit bingung tapi kemudian tak menghiraukan.
"Aku rindu.", katanya.
Kali ini dia memelukku sambil ikut berbaring. Mengecupi puncak kepala dengan pelukan yang makin kencang tapi kemudian dia mendongak.
"Kau demam?"
"Kim Seokjin, malam ini aku ingin tidur sendiri."
"Apa?"
"Malam ini aku ingin tidur sendiri. Keluar lah, tidur di mana pun sesukamu asal jangan di ranjang ataupun kamar ini."
"Tapi kenapa? Aku salah apa? Kenapa tidak ingin tidur denganku? Aku baru kembali, sayang. Ada apa?"
"Hanya tidak ingin. Aku tidak ingin melihatmu, jadi tolong keluar."
"Sa---"
"Keluar, tolong."
Seokjin berat hati, aku tahu itu. Tapi dia juga tidak ingin memaksa dan membuat keadaan makin sulit, meskipun aku yakin dalam hatinya bertanya-tanya.
"Tapi kau demam, sayang. Sudah makan? Sudah minum obat?"
"Just leave me alone, please...", suaraku terdengar begitu lirih.
"Oke-oke, baik. Aku akan keluar, tapi jawab aku dulu. Kau sudah makan dan minum obat?"
Aku hanya mengangguk, padahal aku hanya makan siang tadi dan sama sekali tidak minun obat karena aku baru merasa badanku demam setengah jam yang lalu. Terpaksa berbohong karena tidak ingin suamiku terlalu lama berada di sini.
"Kalau begitu kau istirahat, aku akan kembali lagi nanti untuk memeriksa keadaanmu."
Aku diam saja, tidak ingin menjawab. Rasanya benar-benar tidak ingin melihat ataupun mendengar suaranya. Ku pejamkan mata detik itu juga. Lalu ku rasakan dia turun dari ranjang, dan entah berjalan ke mana, mungkin lemari pakaian--sampai lima menit kemudian ku dengar pintu kamar dibuka dan ditutup kembali.
Saat ini pasti pikirannya melayang ke mana-mana, bisa jadi rasa khawatir yang berlebihan sedang dia rasakan. Aku kenal betul suamiku itu seperti apa. Di saat keadaan seperti ini dia pasti panik, sembari mengingat kesalahan apa yang dilakukannya sampai istrinya tidak ingin tidur dengannya, bahkan setelah 2 bulan lamanya tidak bertemu.
Aku benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi pada diriku saat ini. Sebenernya hari ini, hari kepulangan Seokjin, adalah hari yang aku nantikan selama 2 bulan lamanya. Aku terus menghitung mundur setiap hari untuk mengetahui berapa lama lagi suamiku pulang. Tetapi saat suamiku sudah kembali dan berada di hadapanku, aku malah tidak ingin bertemu dengannya.
🍁🍁🍁
Beri aku kata lebih dari sekadar "next kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MARRIAGE
FanfictionKehidupan Kim Seokjin setelah menikah. Random story. Based on kehaluan setiap hari. [Never Ending Story]