6

2.8K 164 15
                                    

"Menikmati pemandangan, Nyonya Kim?", suara suamiku dengan mata terpejamnya, tiba-tiba.

Bagaimana dia tahu kalau sedari tadi aku memperhatikan wajahnya yang tampan itu---yang sedang tertidur pulas. Apa dia sudah bangun lebih dulu sebelum aku mulai memandanginya?

"Masih terpesona ya, dengan wajah tampan suamimu ini?", tanyanya lagi saat aku hanya terdiam---masih terkejut. Tapi kali ini kelopak matanya terbuka dan tersenyum jahil.

"Ehm, betapa beruntungnya aku terbangun di samping pria tampan setiap hari."

Seokjin tersenyum senang karena sekarang istrinya berani menggoda. Dia makin mengeratkan lengannya yang melingkar di pinggangku, membuat wajah kami menjadi sangat dekat.

"Benar, kau wanita paling beruntung karena punya suami yang tampan sepertiku."

Lalu satu kecupan singkat mendarat di bibirku. Aku terkekeh kecil menanggapi suamiku dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi.

Sudah terbiasa.

"Masih mengantuk?

"Tidak, tidurku cukup."

"Kalau begitu aku bo----"

Sebelum Seokjin meneruskan kalimatnya aku langsung bangkit seketika dari ranjang dan berlari ke kamar mandi karena rasa mual yang datang tiba-tiba. Tapi tak ada apapun yang keluar ketika aku berjongkok di depan toilet, dan---dengan segera---Seokjin sudah berada di belakang, memijat pelan leherku.

"Kau sakit?"

Aku menggeleng pelan setelah menekan tombol flush--tidak bergegas bangkit, takut-takut rasa mual itu datang kembali.

"Apa kelelahan karena semalam aku terlalu memaksa?"

Tidak kutanggapi pertanyaannya, kali ini aku bangkit kemudian berjalan menuju wastafel untuk membasuh mulut dan wajah. Ku temukan diriku yang sedikit pucat dalam cermin.

Lagi-lagi suamiku sudah berdiri di belakang. Memandang pantulan diri kami dari cermin sebelum memelukku dari belakang.

"Kita ke rumah sakit ya? Aku takut terjadi sesuatu."

"Tidak apa, mungkin aku hanya salah makan semalam dan kelelahan setelah penerbangan dari LA kemarin."

Tanganku terjulur ke belakang, mengusap pipinya dengan tanganku---masih dengan dia yang memelukku di hadapan cermin---berusaha menenangkan dia yang terlihat khawatir .

"Lagi pula kau ada jadwal interview di salah satu radio kan, pagi ini? Mandilah. Aku akan memesan sarapan untukmu.", kataku melepas pelukannya dan berjalan keluar. Tapi Kim Seokjin malah mengikutiku keluar kamar mandi.

"Sayang, serius kau tidak apa?", wajahnya masih menunjukkan kalau dia benar-benar khawatir.

Aku menggangguk dan tersenyum. Paham betul kalau suamiku ini selalu memiliki rasa khawatir yang berlebihan terhadap istrinya.

"Tidak apa aku tinggal sendiri?"

"Memangnya apa yang kau pikirkan? Meninggalkan jadwalmu untuk menemaniku seharian?"

"Kalau perlu.", jawabnya santai.

Aku menghela napas berat, "Tidak ingat perjanjian kita? Aku akan menemanimu saat tur asal kau fokus dengan pekerjaanmu. Jadi tidak. Tidak Kim Seokjin. Jangan menyepelekan pekerjaanmu. Lagipula aku baik-baik saja. Mungkin hanya lelah dan salah makan."

"Aku hanya khawatir.", katanya lirih kemudian menundukkan kepala.

Ya, khawatir berlebihan seperti biasa.

Ah, sungguh. Pemandangan suamiku yang seperti ini membuatku merasa begitu bersalah. Jadi, aku mendekat padanya dan memeluknya---mengusap punggungnya hati-hati. Seakan satu sentuhan saja bisa membuatnya hancur karena terlalu rapuh.

"Hei, aku tidak apa-apa, sungguh. Kau harus fokus dengan pekerjaanmu. Aku berjanji kalau nanti aku merasa tidak enak badan, aku akan ke rumah sakit ditemani staff atau istri Hoseok? Jadi, jangan khawatir. Oke?"

Tidak ada jawaban dari bibirnya tapi kemudian dia menggangguk dan membalas pelukanku lebih erat.

"Baiklah, sekarang mandi. Jangan sampai membuat yang lain menunggumu."

Ku lepas pelukannya dan menatap wajahnya yang masih sedikit sendu. Entah mengapa dia terlihat begitu sedih setelah melihatku mual-mual. Aku menaikkan dagunya, mengisyaratkannya untuk tersenyum dan tidak khawatir. Dia menurut meskipun terlihat sedikit dipaksakan.

"Janji padaku untuk menghubungi kalau terjadi sesuatu, oke?"

"Tentu saja, Tuan Kim. Sudah sana mandi dan bersiap.", kataku setelah memberi kecupan singkat di pipinya dengan susah payah dan mendorongnya ke kamar mandi kemudian menutup pintunya, sebelum dia menarikku juga untuk ikut masuk.

🍁🍁🍁


Nulis apa sih aku hahahaha
Adegannya terbayang di kepala tapi sulit untuk dituangkan dalam tulisan.
Jadi maaf kalau aneh saat dibaca😅
Selamat malam minggu, ya! Semoga tulisan singkat ini bisa menemani malam minggu kalian.

AFTER MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang