9

2.2K 131 16
                                    

Sepulang dari makan malam, kami memutuskan untuk menghubungi orang tuaku, juga orang tua Seokjin. Membagikan kabar bahagia yang sudah lama mereka tunggu ini.

Sedikit khawatir panggilannya tidak dijawab karena sekarang bukan akhir pekan dan memasuki jam makan siang di Seoul. Ibu mertuaku jelas sedang sibuk di dapur di jam-jam seperti ini, mempersiapkan hidangan untuk ayah mertua yang biasanya pulang untuk makan siang di rumah. Sedangkan ibuku, pasti sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Beliau masih tetap bekerja meskipun usianya tidak muda lagi.

Beruntung mereka semua menjawab panggilannya. Kami terhubung dalam panggilan video satu sama lain, agar mereka mengetahui kabarnya secara bersamaan.

Reaksi pertama ibuku adalah terdiam beberapa saat---terkejut sekali---jelas. Ini cucu pertama untuknya---yang selalu ditunggu, karena aku anak tunggal. Sedangkan ibu mertuaku bersorak dengan gembira saat mengetahui kabar ini, membuat ibuku yang semula terdiam jadi tersadarkan. Kalau untuk ibu mertuaku, ini memang bukan yang pertama---kakak Seokjin sudah memiliki seorang putra yang usianya 5 tahun---tapi terlihat sekali dia bersemangat menyambut cucu keduanya.

Kami banyak berbincang, mereka bersemangat sekali bertanya tentang kehamilanku. Tentang bagaimana aku bisa mengetahui kalau aku hamil, apakah aku mengalami mual, berapa usia kandunganku saat ini, dan berakhir dengan keduanya memintaku kembali ke Seoul.

Seokjin jelas tidak setuju.

Terjadi perdebatan diantara ketiganya, ibu dan ibu mertuaku bersikukuh memintaku pulang. Bukan tanpa alasan, mereka tidak ingin terjadi sesuatu padaku kalau tetap mengikuti jadwal Seokjin yang berpindah-pindah negara dalam waktu singkat. Kesehatan dan keselamatan aku dan bayiku yang utama.

Sedangkan suamiku, laki-laki itu tidak menginginkan istrinya yang tengah hamil pulang sendirian. Tapi di sisi lain, dia juga tidak bisa meninggalkan jadwalnya begitu saja. Tidak mungkin.

Keadaan ini jelas membuatnya frustasi.

"Aku tidak apa kok pulang sendiri. Aku----"

"Tidak.", potongnya langsung. Padahal aku belum selesai bicara.

"Aku tidak akan membiarkan istri dan anakku kembali sendirian. Kau tahu aku bisa mati kalau terjadi sesuatu padamu dan anak kita."

Sesuatu? Bukankah dia terlalu berlebihan? Memangnya apa yang akan terjadi? Aku hanya hamil dan aku rasa akan baik-baik saja jika kembali ke Seoul seorang diri.

Tapi aku tidak berani berkata hal tersebut secara langsung, tidak ingin suamiku bertambah kacau karena aku membantahnya.

"Kalau begitu ibu saja yang ke sana, menjemput istrimu.", mertuaku menimpali.

"Tidak bu, aku tidak akan membiarkan ibu terbang bolak-balik selama lebih dari 24 jam hanya untuk itu. Tidak."

Kami para wanita menghela napas, tidak ingin berkomentar karena alasan apapun yang kami berikan tidak akan diterimanya dengan mudah.

Seokjin memang sedikit sulit mengerti dan dimengerti jika sedang seperti ini. Bahkan oleh ibunya sekalipun.

"Aku akan cari cara. Yang pasti aku tidak akan membiarkan istriku pulang seorang diri. Kami akan menghubungi kalian lagi. Sampai nanti."

Dan panggilan video tersebut langsung diakhiri olehnya.

🍁🍁🍁

Menurut kalian, Seokjin tipe suami yang bagaimana?

Dan sampai jumpa minggu depan👋

AFTER MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang