22

1.4K 113 2
                                    

"Ayah pulang!"

Suara nyaring itu terdengar di pagi hari saat aku sedang memandikan anakku. Seokjin pulang. Dan ini pertama kalinya aku mendengarnya berkata seperti itu. Sedikit geli, tapi juga terharu karena akhirnya ia jadi seorang ayah.

"Sayang?"

"Ya? Aku di kamar mandi, memandikan Yoora.", teriakku sedikit.

Ku dengar langkah kaki yang mendekat, kemudian satu kecupan mendarat di pelipisku.

"Baru sampai? Apa sudah mampir ke agensi terlebih dahulu?"

"Baru sampai, aku tidak mampir ke agensi dan langsung pulang.", jawabnya dengan mata yang tidak lepas memperhatikanku yang sibuk memandikan putrinya.

"Lelah ya, pasti?"

"Tidak juga. Penerbangannya hanya dua jam, dan selama dua jam aku juga tertidur.", dia sedikit terkekeh.

"Kau sudah bisa memandikannya sendiri?", tanyanya lagi.

Aku hanya mengangguk kemudian membawa putri kami ke luar untuk dipakaikan baju.

"Dari hari pertama? Tidak dibantu siapapun?"

"Ya tidak juga. Ibuku dan ibumu mengajariku dari hari pertama pulang ke rumah dan dua hari yang lalu aku sudah bisa sendiri."

"Mereka di mana? Bukankah mereka menginap?"

"Ibumu pulang kemarin sore, katanya abeonim akan ke luar kota, jadi beliau menyiapkan keperluannya. Pagi ini akan kembali lagi, katanya. Kalau ibuku, kemungkinan dia ada di dapur atau pergi berbelanja dengan ahjumma."

Seokjin hanya ber-oh ria dan mendudukan dirinya di kasur, memperhatikan dalam diam putrinya yang sebentar lagi selesai berpakaian.

"Ya Tuhan, lucu sekali tuan putri Ayah.", komentarnya saat melihat Yoora menguap.

"Apakah dia mengantuk?"

"Mungkin. Biasanya dia memang mengantuk setelah dimandikan dan akan tertidur."

"Jam segini?", tanyanya tidak percaya.

"Eum. Dia selalu bangun pagi-pagi. Jadi setelah dimandikan seperti sekarang pasti mengantuk lagi. Kau mau menggendongnya? Aku akan merapikan peralatan mandinya dulu."

"Boleh?"

"Tentu saja. Kau ayahnya, masa tidak boleh?"

"Tapi sepertinya aku harus membiasakan diri lagi. Rasanya aku kembali takut untuk menggendongnya, padahal aku hanya pergi selama dua hari.", keluhnya sedikit.

"Kalau begitu biarkan dia berbaring dulu. Nanti selesai aku merapikan peralatan mandinya akan aku ajari lagi. Jaga saja agar dia tidak jatuh.", kekehku sembari melangkahkan kaki ke kamar mandi.

🍁

"Sudah sarapan?", tanyaku setelah Yoora ditidurkan Seokjin di box bayinya. Sesi belajar menggendong hanya memakan waktu kurang lebih sepuluh menit. Nyatanya Seokjin tidak butuh waktu lama.

Ini masih jam sembilan pagi, belum lewat waktu sarapan, karenanya aku bertanya begitu. Lagipula dia bilang selama penerbangan dia tertidur. Bisa jadi dia melewatkan sarapan.

"Sudah, tapi kalau kau memaksa, baiklah.", jawabnya kemudian terkekeh.

"Aku hanya bertanya. Tidak ada yang memaksa."

"Ya tidak apa kan, Sayang. Ayo sarapan bersama."

"Mau sarapan lagi?"

"Eum, menemanimu. Ayo.", Seokjin menggandeng tanganku ke luar kamar menuju dapur.

"Dasar Kim Seokjin. Mau sarapan apa? Sereal saja, bagaimana?"

"Kalau hanya sereal aku juga bisa membuat sendiri, untuk apa menarik istriku juga."

"Jadi?"

"Apa, ya?", dia terlihat berpikir.

"Ah aku tahu. Omurice. Kau janji kan membuatkanku omurice?"

"Omurice? Kau sarapan apa tadi saat penerbangan?"

"Bibimbap."

"Lalu mau makan nasi lagi? Memangnya tidak kenyang?"

Dia hanya tersenyum lebar sambil mendudukkan dirinya di pantry. Seperti biasanya, memperhatikan aku memasak sambil mengobrol.

"Pasti lelah ya, mengurus Yoora sendirian?", Seokjin tiba-tiba bertanya.

"Tidak kok."

"Serius?"

Aku hanya mengangguk.

"Kalau kau lelah, bilang padaku ya. Biar aku meminta bantuan Yoongi untuk mencarikan nanny."

"Nanny?"

"Iya, nanny untuk mengurus Yoora."

"Sayang, aku tidak mau. Aku ingin merawat anakku sendiri. Tidak lelah kok. Aku juga tidak keberatan.", aku yang tadinya sibuk mempersiapkan bahan untuk memasak jadi terdiam gara-gara pembahasan ini.

Pasalnya sedari awal aku memang tidak ingin anakku diurus oleh orang lain seperti perawat. Aku ingin mengurusnya sendiri, ya meskipun ibu dan mertuaku juga membantu. Tapi kalau orang lain yang merawat, rasanya aku belum bisa mempercayakan anakku kepada orang yang belum aku kenal.

Tahu-tahu Seokjin sudah berdiri dan memelukku dari belakang. Aku bahkan tidak menyadari dia bangkit dari tempat duduk dan berjalan menghampiriku karena sibuk dengan pikiran sendiri.

"Hei, istriku memikirkan apa sampai melamun begini? Ya sudah, tidak apa kalau tidak mau memakai jasa perawat untuk mengurus anak kita. Aku percaya kalau istriku yang hebat ini mampu untuk mengurus putri kecil kita seorang diri. Aku juga akan berusaha untuk membantu mengurus Yoora sebisa mungkin.

Jadi kalau ada apapun yang kau pikirkan, atau jika kau merasa lelah, kau bisa bilang semuanya padaku. Aku juga tidak akan lepas tanggung jawab. Tenang saja.", katanya sembari mempererat pelukan ditambah dengan satu kecupan di pipi.

"Ya kalau kau lepas tanggung jawab, aku akan bawa anakku pergi jauh dan aku pastikan kau tidak bisa melihatnya lagi."

Seokjin malah terkekeh mendengar perkataannku.

"Galak sekali ya istriku ini. Iya, kau bisa pegang janjiku. Aku tidak akan mengingkarinya. Dia anakku juga, tahu.

Ya sudah, lebih baik istriku yang galak tapi cantik ini lanjutkan memasak karena suaminya sudah mulai lapar lagi. Lebih baik aku makan omurice kan, daripada memakanmu di sini?"

🍁🍁🍁

AFTER MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang