54

396 41 2
                                    

"Aku pergi minum bersama Seokjung hyung malam ini ya."

Begitu kalimat yang aku dengar di telepon beberapa jam yang lalu. Dia juga bilang kalau akan meminta supir ayahnya untuk mengantar ia dan kakaknya pulang nanti menggunakan mobilnya, karena sang kakak dijemputnya selepas dia ada pekerjaan di kantor agensi.

Sudah tiga jam berlalu, dan aku belum juga dapat kabar dari Seokjin jam berapa dia akan pulang. Sepertinya mereka menghabiskan boys time dengan amat seru, mengingat sudah lama sekali sejak keduanya pergi bersama.

Inisiatif, kuhubungi kakak iparku dan bertanya apakah suaminya sudah pulang ke rumah, dia menjawab bahwa suaminya datang beberapa menit yang lalu. Jadi segera aku akhiri panggilannya karena mungkin Seokjin juga akan tiba sebentar lagi, mengingat jarak rumah kami dan mereka tidak begitu jauh. Apalagi waktu juga sudah menunjukkan hampir tengah malam. Tetapi sebelum kuakhiri panggilannya, kakak iparku titip pesan, agar tidak terkejut saat Seokjin datang, karena sepertinya kedua pria itu minum sampai lewat batas.

Karena khawatir dan juga penasaran, akhirnya aku tunggu Seokjin di ruang keluarga. Meskipun awalnya, setelah menelepon tadi aku bermaksud untuk langsung tidur karena kehamilanku kali ini membuatku mudah mengantuk. Tapi karena rasa penasaran yang begitu besar, aku mencoba menahan kantukku sebisa mungkin.

Dua puluh menit berlalu, ternyata aku jatuh tertidur di sofa sesaat setelah menyalakan televisi. Tapi terbangun karena bunyi passcode rumah yang terus menerus ditekan. Terkejut tapi juga takut di waktu bersamaan. Siapa orang dibalik pintu yang mencoba masuk. Pasalnya, hanya ada aku dan Yoora di rumah. Kalau ada orang yang berniat jahat pada kami, bagaimana. Memang, daerah rumah kami terkenal sangat aman karena penjagaannya yang ketat, tapi tidak menutup kemungkinan para security itu lengah. Kalaupun itu Seokjin, tidak mungkin juga dia menekan passcode berkali-kali dengan kombinasi yang salah. Harusnya dalam sekali saja dia sudah berhasil membukanya.

Akhirnya dengan sedikit keberanian, aku melangkahkan kakiku ke depan pintu, tepat di samping intercom untuk melihat siapa yang mencoba masuk. Dan betapa terkejutnya aku, karena yang berdiri di sana adalah suamiku sendiri--Kim Seokjin--dengan wajah frustasi dan kebingungan yang kentara sekali. Jelas sekali kalau dia setengah sadar.

Rasa lega membanjiriku. Satu, karena di luar sana bukan orang lain yang sedang mencoba masuk. Kedua, karena akhirnya suamiku pulang juga, meskipun wajah mabuknya membuat aku geram ingin menceramahinya. Tapi percuma saja, sedang mabuk begitu mana mungkin mendengarkan kata-kataku.

Seokjin mencoba untuk kesekian kalinya, tapi masih juga gagal. Akhirnya dia menyerah dan meraih ponsel di saku celananya. Entah melakukan apa, tetapi beberapa detik kemudian, ponselku di meja ruang keluarga ikut berdering.

Aku berjalan ke ruang keluarga untuk mengambil ponsel dan menjawab panggilannya, dan kembali ke hadapan intercom untuk memperhatikan suamiku lagi.

"Apa?, jawabku malas.

"Sayang, sudah tidur?"

"Sudah."

"Kenapa bisa menjawab panggilanku?"

Tidak aku jawab pertanyaannya.

"Sayang... aku... itu..."

Seokjin terlihat bingung di layar intercom.

"Apa? Kenapa? Kau belum mau pulang? Apa tidak ingat jalan pulang?"

"Itu... sebenarnya aku sudah di depan pintu rumah."

"Lalu?"

"Aku lupa passcode pintunya."

"Bagus, tidak usah masuk rumah saja sekalian."

"Sayang... tolong buka kan, ya..."

"Tidak mau."

"Kau tidur saja di hotel, sana."

"Sayang... aku mengantuk.", Seokjin terdengar sangat mabuk dan mungkin bisa saja tertidur saat ini juga.

"Kalau begitu, tidur saja di luar rumah.", kali ini aku tidak menjawabnya dari panggilan ponsel, karena panggilan itu baru saja aku matikan. Tetapi aku menjawabnya dari intercom dan membuat Seokjin terkejut bukan main.

"Sayang.", katanya sambil mengetuk pintu.

"Jangan panggil aku Sayang."

"Tolong buka pintunya. Aku benar-benar lupa kodenya.", dia merengek.

"Luar biasa sekali, Kim Seokjin. Istrimu sedang hamil tapi kau malah mabuk-mabukkan."

"Salah Seokjung hyung yang memaksa aku untuk membuka botol kedua."

"Tapi kau juga setuju, artinya kau sama saja."

"Baik-baik, salahku juga. Tolong maafkan aku, dan buka kan pintunya, di luar dingin.", suaranya memelas.

Karena aku tidak tega dan semua tadi itu hanya gertakan, akhirnya aku membuka pintu rumah. Seokjin langsung menampilkan senyum merasa bersalah, dan berjalan masuk sambil menggumamkan kata maaf. Dia juga berniat memelukku, tapi aku menahannya. Dia beraroma alkohol yang membuatku pusing.

"Tidak boleh peluk, kau bau. Dan juga, malam ini jangan tidur di kamar. Tidur di kamar tamu.", kataku menutup pintu dan berjalan langsung menuju kamar kami serta menguncinya sebelum Seokjin mengekor.

"Sayang...", suara Seokjin terdengar pasrah saat dia baru menyadari apa maksud perkataanku setelah pintu kamar ditutup.

🍁🍁🍁

Baru banget nonton Bon Voyage yg Seokjin lupa passcode penginapan, terus kepikiran mau nulis hal yg sama wkwkwk
Enjoy!

AFTER MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang