Time skip adalah jalan ninjaku.
Here we go!Seokjin tidak memiliki jadwal hari ini, jadi secara impulsif, aku memutuskan kami akan kencan bertiga. Ke mana saja, entah ke taman hiburan atau hanya sekadar makan siang di restoran, atau bisa juga menemani Yoora bermain di taman bermain.
Tapi ternyata orang tua Seokjin datang pagi-pagi sekali dan mengajak Yoora pergi bermain, bersama sepupunya. Aku dan Seokjin tidak diizinkan ikut. Jadilah hanya kami berdua di rumah. Kebetulan juga hari ini asisten rumah tangga kami libur.
Tentu saja suamiku bersorak beberapa saat setelah anaknya pergi dengan mobil orang tuanya. Ekspresinya yang berlebihan jelas membuatku curiga.
"Senang sekali sepertinya, Kim?"
Dia tertawa puas, "Kapan lagi kita bisa berdua saja di rumah seperti ini, kan? Seharian pula?" Alisnya naik, bermain-main.
"Apa? Kau merencanakan apa?" Aku mengirimkan tatapan curiga.
"Tidak ada. Kita di rumah saja ya kalau begitu, tidak perlu pergi ke luar lagi. Tidak apa, kan?"
"Tidak mau ke Everland atau makan siang berdua di luar? Atau pergi ke kafe di ujung jalan sana untuk segelas Ice Americano dan sepotong kue?"
Seokjin menggeleng tapi tersenyum bersemangat. "Tidak, kita di rumah saja. Kalau hanya makan siang atau menikmati kopi dan kue tidak perlu ke luar, cukup memesan dari rumah agar tidak banyak yang mengganggu."
"Mencurigakan sekali."
"Apa? Aku hanya tersenyum saja, kenapa curiga padaku?"
"Tidak. Ya sudah lah kalau tidak mau pergi. Aku tidur lagi kalau begitu."
"Aku juga." Katanya mengikutiku ke dalam rumah menuju kamar.
"Kau main game saja sana di kamar lain, jangan ikut ke kamar."
"Kenapa memangnya? Aku ingin tidur, masa tidak boleh?"
"Aku tidak yakin kalau kau juga akan tidur. Pasti ada sesuatu yang akan kau lakukan, kan? Oh, atau semua ini juga termasuk rencanamu ya? Menghubungi ayah dan ibumu untuk membawa Yoora. Agar bisa berduaan denganku di rumah?"
"Benar-benar, kenapa istriku curiga sekali, sih? Bukan, ini semua bukan akal-akalanku. Aku tidak menghubungi mereka, sungguh. Lagi pula, kalau hanya ada kita berdua di rumah memangnya kenapa? Kau tidak ingin berduaan denganku seperti ini? Kau tidak senang aku ada di rumah dan menemanimu."
"Bukan begitu, aku... hanya merasa gugup dan berdebar karena berduaan denganmu di rumah."
Itu dia.
Bomnya sudah aku jatuhkan.
Aku bukannya tidak suka kalau kami berduaan begini, hanya saja rasanya seperti kembali jadi remaja. Jantungku berdebar kencang tak karuan sesaat setelah mobil mertuaku meninggalkan halaman rumah.
Entah kenapa, tapi aku tahu Seokjin tidak ingin pergi ke luar kalau hanya berdua saja. Dia lebih senang berada di rumah dan melakukan kegiatan yang lebih 'bermanfaat' menurutnya.
"Kau apa?" Tanyanya sedikit tidak percaya dengan ucapanku.
"Sudah lah, aku mau tidur. Sana main game saja." Aku sudah duduk di ranjang, bersiap untuk kembali tidur dan menarik selimut ketika Seokjin mendekat dan menarik selimutku turun.
"Kau apa, Nyonya Kim? Berdebar? Sungguh?" Ulangnya lagi. Matanya menatap mataku dalam, senyum mengembang di bibirnya yang tebal.
Oh, astaga. Kenapa rasanya jantungku semakin berdebar melihat suamiku yang tampak menggiurkan dengan muka bantalnya.
"Berdebar, hm?" Kali ini dia duduk dan wajahnya condong ke arahku. Bisa kupastikan wajahku saat ini semerah tomat.
"Diam, aku mau tidur." Aku masih mengelak.
"Tidur denganku saja, bagaimana?" Tanyanya menekan kata tidur.
"Masih pagi, aku masih mengantuk."
"Justru karena masih pagi, maka harus dimulai agar bersemangat. Agar kantukmu hilang."
Kenapa makin lama aku makin terdesak ke kepala ranjang? Dan kenapa aku jadi kehilangan kata seperti ini?
"Jadi, a quickie? Agar kau bisa istirahat segera, atau kau ingin bermain pelan agar tubuhmu lebih rileks?"
Kim Seokjin benar-benar perayu ulung, kenapa bibirnya sudah mengecup bagian wajahku saat aku bahkan belum berkata apapun?
Sial. Dia menghembuskan napas di telinga yang membuat aku jadi tidak karuan.
"Quickie or slow?" Tanyanya pelan, rendah dan parau. Yakin sekali dia menahan diri untuk tidak menyerangku begitu saja. Meskipun kedua tangannya kiri sudah berada di kepala ranjang, mengungkungku.
"Kau punya pengaman?" Sesuatu yang harus kupastikan karena terakhir kali, kami kehabisan stok saat sudah setengah jalan dan itu membuatku frustasi.
"Ada, satu. Tapi aku tidak ingin memakainya dan berencana membuatmu hamil lagi. Bagaimana?"
"Kita belum mendiskusikannya, jangan bercanda."
"Saat ini kita sedang berdiskusi, kan?"
"Tidak dengan kondisi seperti ini."
Diskusi? Di forum mana diskusi dilakukan seperti ini?
"Baik, baik. Aku pakai pengaman kalau begitu. Setelah ini kita berdiskusi tentang rencana memberi Yoora adik, bagaimana?"
"Aku tidak bisa menunggu lagi, di bawah sini semakin keras dan sakit." Lanjutnya segera. Sepertinya dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi dengan melanjutkan perdebatan ini.
"Quickie, kalau begitu." Kataku langsung. Agar semuanya cepat selesai dan kami bisa tidur sebentar setelahnya.
"Yakin?"
"Aku sudah memberi pilihan, jangan mendebatku lagi. Aku hanya ingin tidur setelah ini selesai."
"Baiklah, baiklah. A quickie then. Let's do this." Jawabnya bersemangat. Sangat-sangat bersemangat.
🍁🍁🍁
Untung belum bulan puasa, ya?😂🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MARRIAGE
FanfictionKehidupan Kim Seokjin setelah menikah. Random story. Based on kehaluan setiap hari. [Never Ending Story]