Sepulang dari London, seperti biasa, Seokjin kembali sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan aku dan Yoora kembali ke rutinitas kami. Bermain-main di rumah, atau kalau bosan kami biasa mengunjungi rumah nenek kakek atau rumah kakak Seokjin, kadang mereka yang justru mengunjungi kami, seperti saat ini. Padahal aku sudah mengabari bahwa kami akan berkunjung besok, tapi karena ibu mertuaku sudah tidak sabar bertemu cucu perempuannya, jadi beliau datang ke rumah sehari setelah kami sampai. Bersama kakak ipar dan anaknya juga.
"Jadi, bagaimana liburan kalian?", tanya kakak iparku saat kami sedang di dapur dan anak-anak bermain dengan neneknya. Aku berniat menyeduh teh yang ku beli kemarin di London untuk mertua dan kakak iparku, tapi ternyata kakak iparku mengekori.
"Lelah, apalagi Yoora sempat rewel saat sampai di hotel, tapi ya menyenangkan juga. Akhirnya bisa mengajak Yoora pergi ke negara yang orang tuanya suka.", jawabku tersenyum lebar. Selalu begitu setiap ingat Inggris.
"Meskipun awalnya kau sempat merajuk karena suamimu merencanakan liburan mendadak?", kakak iparku tahu keseluruhan cerita. Jadi dia tersenyum jahil menggoda.
"Eonni.", aku sedikit merajuk karena dia mengingatkanku pada kelakuan serampangan Seokjin dan dia malah tertawa.
"Ya karena adik iparmu itu seenaknya saja memutuskan begitu. Lihat saja, aku akan membuat pembalasan."
"Memangnya kau akan melakukan apa? Sudahlah, lagipula niatnya juga baik, kan?"
"Tapi tetap saja kesal kalau diingat. Pasalnya sudah dua kali dia seenaknya begitu. Lagipula pembalasan dendamku ini tidak jahat kok, tenang saja, eonni.", kataku mengerling, kemudian mengajak kakak iparku untuk ke ruang keluarga dengan teh dan beberapa kue di nampan. Dia hanya menggelengkan kepala merespon ucapanku tadi.
Kami bergabung bersama ibu mertua, Yoora dan juga kakak sepupunya. Ibu mertuaku dan keponakan Seokjin sedang menertawakan tingkah Yoora yang menggemaskan. Anak perempuanku itu sedang mengoceh semaunya sendiri, terkadang dia juga menggerakkan tubuhnya saat mendengar lagu yang berputar di mainannya. Benar-benar menggemaskan.
"Ibu, silahkan diminum tehnya. Ini teh chamomile kesukaan ibu. Sengaja aku belikan untuk oleh-oleh. Nanti aku kemas untuk dibawa pulang juga ya."
"Apakah Seokjin pulang untuk makan siang?"
"Sepertinya tidak, kemungkinan dia sibuk sekali di agensi karena baru hari ini dia bekerja kembali."
Tapi 15 menit setelah aku berkata begitu, suara pintu rumah dibuka terdengar.
"Sayang?"
Itu suara suamiku, jelas. Siapa lagi memang yang tahu passcode rumah kami selain aku dan Seokjin, juga ahjumma yang hari ini sedang aku liburkan.
Aku bangkit dari dudukku dan menghampirinya, "Kau pulang? Aku pikir akan di agensi seharian."
Dia mengecup keningku singkat dan berjalan ke ruang keluarga sambil merangkulku, "Hari ini tidak terlalu sibuk, kemungkinan besok baru akan padat jadwal kami. Tadi aku hanya ke agensi untuk bertemu para staff untuk memberikan oleh-oleh."
"Ada mobil noona di depan, dia di sini?", tanyanya sambil terus melangkah.
"Iya, dengan ibumu. Sedang bermain bersama Yoora. Padahal aku yang berniat mengunjunginya besok tapi ternyata beliau lebih dulu datang, tidak sabar bertemu Yoora katanya.", kekehku.
Seokjin juga ikut terkekeh, "Ibu memang tidak bisa jauh dari cucu-cucunya, sepertinya."
"Sana, sapa ibu dan kakak iparmu. Aku akan ke dapur menyiapkan makan siang. Ibumu membawakan makanan kesukaanmu juga.", kataku melepaskan diri dari tangannya.
"Baiklah, cepat ya, aku sudah lapar."
🍁
Kami makan siang bersama dengan ibu mertua dan kakak iparku. Suasana rumah jadi ramai sampai sore hari, setelahnya mereka pamit untuk pulang.
Yoora yang baru saja bangun dari tidur siang--yang terlambatnya--sedikit merengek saat mengetahui bahwa kakak sepupunya sudah tidak ada di rumah. Untung saja setelah diberi asi dia bisa kembali tenang, menyusu dengan mata setengah mengantuknya.
Seokjin yang baru keluar dari kamar mandi, berjalan mendekat menghampiri. "Aigoo anak Ayah belum mandi jam segini. Pasti asam sekali.", dia menciumi pipi Yoora untuk menggodanya. Putrinya sedikit terganggu oleh itu, jadi aku memintanya sedikit menjauh.
"Jangan diganggu, dia masih sedikit mengantuk.", kataku mendorong bahunya mundur. Tapi namanya juga Kim Seokjin, dia tidak menghiraukan sama sekali perkataanku dan terus menciumi putrinya sambil terus berkata bahwa putrinya berbau tidak sedap.
"Kim Seokjin.", aku memperingatkan karena Yoora mulai gusar dipangkuanku.
"Iya, baik. Aku berhenti.", dia menyerah dan duduk di lengan sofa.
"Besok aku akan mengunjungi rumah ibu, tapi juga akan mampir ke rumah ibumu."
"Bukannya tadi ibu sudah mampir?"
"Iya, tapi aku kan tetap harus menyapa ayah mertuaku. Aku juga sudah bilang pada ibumu, kok."
"Perlu aku antar? Besok sekalian aku berangkat ke agensi?"
"Memangnya kau berangkat jam berapa?"
"Sesudah makan siang. Kita berangkat ke rumah ibu sebelum makan siang, kemudian aku akan mengantarmu ke rumah ibumu setelah itu. Lagipula rumah ibumu dekat dengan kantor agensi."
"Baiklah kalau begitu.", kataku setuju sambil melepaskan Yoora yang sudah berhenti menyusu. Aku bangkit dan menyerahkan Yoora pada Seokjin, "Jaga Yoora sebentar, aku akan menyiapkan perlengkapan mandinya sebelum terlalu gelap dan dia kedinginan."
🍁🍁🍁
Selamat Hari Senin!
Aku bingung mau ceritain apa lagi dari keluarga ini🤣 Kaya mentok banget otakku buat mikir hahaha
Sini kasih aku ide, kalian mau liat mereka ngapain atau mau aku cerita apa tentang kehidupan mereka?
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MARRIAGE
FanfictionKehidupan Kim Seokjin setelah menikah. Random story. Based on kehaluan setiap hari. [Never Ending Story]