36

915 78 4
                                    

Seokjin pergi meninggalkan rumah, ternyata. Ponsel dan kunci mobilnya tidak ada di nakas. Aku juga mendengar suara pintu rumah yang dibuka lalu ditutup lagi. Sepertinya rencanaku mengerjainya berhasil sekali.

Buru-buru aku menghubungi Jungkook, yang kebetulan sedang bersama Jimin dan Taehyung--jadi tidak perlu repot menelepon lagi--memberitahu bahwa rencanaku berhasil, dan Seokjin kemungkinan akan menuju ke agensi. Aku memperingatkan mereka untuk tidak membuat rencanaku kacau.

Maknae line tahu? Tentu saja! Semua member tahu bahkan, tapi yang paling bersemangat dengan rencanaku hanya mereka bertiga, sedangkan yang lain cukup mengetahui dan berusaha tidak membocorkan pada Seokjin tentang jadwal minggu depan yang berubah.

Sebenarnya rencananya ini sudah ada di kepalaku jauh-jauh hari. Begitu ide gila tapi menyenangkan ini muncul di kepala, aku langsung menghubungi manajer mereka, bertanya adakah jadwal kosong sekitar satu minggu agar aku bisa mengajak Seokjin berlibur. Awalnya tidak ada, karena jadwal mereka sudah terisi penuh sampai akhir tahun depan, tapi aku tetap meminta beliau menghubungi jika ada jadwal yang diubah atau dibatalkan.

Dan sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak padaku, tiga bulan kemudian beliau menghubungi, memberitahu kalau ada jadwal yang diubah, yang kebetulan bertepatan dengan bulan pernikahan kami. Pas sekali seperti rencana awalku. Ya meskipun tanggalnya tidak bertepatan dengan anniversary kami, dua minggu lebih awal.

Adik-adik Seokjin jelas bersemangat mendengar kabar dariku. Dan mereka berjanji tidak akan mengacaukan segalanya. Biar Seokjin tahun sendiri dari manajer hyungnya. Tapi manajernya juga tidak memberitahunya sampai hari ini, sesuai permintaanku.

Aku yakin Seokjin pergi ke agensi untuk menceritakan yang terjadi diantara aku dan juga dia, serta meminta solusi. Jadi aku meminta Jungkook atau siapa pun dia antara ketiganya untuk melaporkan apa yang Seokjin lakukan di agensi, agar aku bisa mempersiapkan diri kalau tiba-tiba dia menelepon atau kembali ke rumah.

Seperti saat ini, ponselku berdering sesaat setelah Jungkook mengabari kalau menajer hyung sudah memberitahu jadwal mereka untuk minggu depan berubah, dan memberitahu bahwa wajah Seokjin merah padam.

"Apa maksudnya?"

"Apa maksudnya, apa? Kau pergi meninggalkanku begitu saja dan sekarang menelepon untuk bertanya apa maksudnya? Aku butuh konteks."

"Jadwalku."

"Apa? Jadwalmu kenapa?"

"Kau tahu kan kalau jadwalku minggu depan dicancel?"

"Surprise! Hahaha."

Kalau sudah begini tidak perlu basa-basi. Bisa-bisa dia bertambah emosi. Jadi aku langsung menjatuhkan bomnya.

"Menyebalkan!"

"Memang itu tujuanku. Membuatmu sebal. Aku berhasil, kan?"

"Sungguh, kau menyebalkan. Aku tidak akan pulang, malas bertemu istriku."

"Oh, seperti itu? Baik, kalau sampai di rumah kau tidak menemukanku dan anakmu, jangan dicari!"

"Sayang, tunggu. Tidak begitu juga."

"Katanya malas bertemu istrimu."

"Aku hanya bercanda."

"Tidak, kau memang seperti itu. Sudah ah, malas."

"Aku pulang sekarang. Tunggu. Kita bicara di rumah."

"Malas."

"Aku serius, tunggu di rumah. Aku jalan sekarang, ini sudah di mobil."

"Hm."

🍁

"Jadi kita hanya pergi berdua?", tanya Seokjin setelah aku ceritakan kalau minggu depan nanti hanya aku dan dirinya yang pergi. Yoora aku titipkan pada orang tuaku.

"Iya, hanya kita berdua. Ibu dan ayah juga tidak keberatan. Sebenarnya ibumu juga menawarkan diri untuk menjaga Yoora, tapi aku sudah terlanjur bilang pada ibu. Dan juga, aku tidak ingin merepotkan orang tuamu."

"Padahal mereka akan senang kalau Yoora di sana."

"Iya aku tahu, tapi aku juga sudah bilang pada ibuku untuk membawa Yoora ke rumah orang tuamu. Biar mereka bergantian.", jelasku.

"Kau yakin tidak akan membawa Yoora? Aku tidak keberatan kalau Yoora ikut. Sungguh.", tawar Seokjin.

"Tidak, tidak. Jangan membuat aku goyah. Aku sudah menundanya dari tahun lalu, saat itu ku pikir Yoora masih terlalu kecil untuk ditinggal kita berlibur berdua. Tapi kali ini, aku sudah yakin. Dia sudah lepas asi juga, jadi aku bisa sedikit lebih tenang. Sedikit. Makanya kau jangan membuat aku memikirkan ini lagi."

"Oke, baik. Semuanya aku serahkan pada istriku yang cantik ini, kalau begitu."

"Tapi kau benar-benar ya. Bagaimana bisa menyembunyikan perubahan jadwalku hampir setahun. Semuanya tahu kecuali aku? Benar-benar sekali.", sambungnya.

"Hehehe 1-0."

"2-1 untukku, karena saat kau hamil juga masuk hitungan. Tapi tetap saja, bagaimana bisa?"

"Ya kalau kau bisa, kenapa aku tidak bisa?"

"Benar-benar, Nyonya Kim.", katanya sambil mengacak rambutku.

🍁🍁🍁

AFTER MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang