20

1.7K 126 11
                                    

Pagi ini, beberapa jam setelah melahirkan, aku kedatangan banyak tamu di kamar inapku. Keluarga sudah pasti. Orang tuaku dan orang tua Seokjin langsung bergegas ke rumah sakit saat diberitahu bahwa aku akan melahirkan. Mereka menunggu di depan ruang bersalin dengan harap-harap cemas katanya. Sebenarnya, dokter menginjinkan ibu atau ibu mertuaku untuk masuk menemani proses persalinan, tapi mereka memilih untuk menunggu di luar.

Ruang inap yang cukup besar ini terasa ramai, karena semua berkumpul di sini termasuk kakak iparku dengan istri dan anaknya juga beberapa keluargaku dan keluarga Seokjin. Mereka sibuk membahas wajah putri kami yang katanya mirip sekali dengan Seokjin. Jelas suamiku itu tersenyum jumawa, pasalnya dari saat mengetahui kehamilanku pertama kali, dia sudah sesumbar soal wajah anaknya yang katanya akan mirip dengannya. Ya tidak apalah, meskipun aku hanya menyumbang beberapa bagian pada wajahnya.

Teman-teman Seokjin juga sudah diberitahu, kemungkinan siang atau sore nanti mereka baru akan berdatangan. Tapi aku juga bilang pada Seokjin serta para orang tua bahwa aku tidak ingin dikunjungi banyak orang, kalau bisa hanya keluarga dan kerabat saja. Dan syukurlah mereka mengerti dan mengiyakan.

Tebak siapa yang paling bersemangat saat Seokjin menghubungi mereka satu persatu?

Yap, benar!

Jeon Jungkook!

Dia yang paling bersemangat saat Seokjin menghubunginya. Dia bahkan langsung mendeklarasikan dirinya sebagai 'Paman Jungkook'. Aku yang mendengar itu jadi gemas sendiri. Seorang Jungkook menjadi paman? Rasanya lucu, dan tidak pantas hahaha. Dia berkata akan segera datang mengunjungi setelah mampir untuk membeli hadiah. Dan satu setengah jam kemudian Jeon Jungkook benar datang, membawa hadiah yang membuat kami semua tercengang.

Jungkook membawakan hadiah berupa boneka beruang besar--benar-benar besar--berwarna putih dan berbulu lembut yang dia bawa sendiri. Aku hanya bisa menggelengkan kepala melihat hadiahnya sedangkan Seokjin merasa tak habis pikir dengan adik bungsunya yang satu ini.

Ah, tapi yang membahagiakan, dia membawakan hadiah untukku juga. Senang rasanya karena perhatiannya itu.

Tak lama yang teman-teman yang lain juga ikut berdatangan, suasana kamar inap jadi makin ramai dan heboh. Tentu saja yang mereka bahas selain wajah anakku yang mirip sekali dengan Seokjin adalah hadiah dari Jungkook. Beruntung keluargaku dan keluarga Seokjin sudah pamit pulang saat Jungkook datang, hanya tersisa orang tuaku, mertua dan kakak ipar yang sedang pergi untuk makan siang.

Satu persatu setelah berbincang cukup lama, mereka undur diri. Katanya agar aku bisa istirahat dengan baik. Akhirnya yang tersisa hanya aku dan Seokjin, juga bayi kami yang tertidur pulas di box bayi, yang tidak terusik dengan keributan yang terjadi.

Seokjin mendudukan dirinya di brankar tempatku setengah berbaring dengan kepala bersandar. Ranjang ini cukup luas untukku sendiri, jadi aku meminta Seokjin ikut berbaring sepertiku. Suasana menjadi lebih sunyi karena kami tidak saling bersuara.

"Bukannya hari ini kau ada latihan ya?", tanyaku membuka percakapan.

"Euhm, tapi aku meliburkan diri."

"Lho kok?"

"Kau pikir aku tega meninggalkan istriku yang baru saja melahirkan?"

"Kan banyak yang menemaniku. Tidak apa."

"Jangan mulai. Kau tahu aku."

Aku jadi tidak bersuara lagi. Iya, aku tahu betul suamiku ini tidak ingin didebat saat situasi seperti ini. Kemungkinan manajernya juga mengijinkannya untuk membolos latihan hari ini. Sebenernya aku hanya senang menggodanya.

"Putri kita---sudah memiliki nama untuknya?"

Seokjin mengangguk, matanya kini terpejam. Mungkin dia lelah karena bangun pagi sekali dan belum kembali istirahat sampai saat ini.

"Kim Yoora."

Dia mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping kemudian membuka matanya perlahan. Pandangan kami bertemu.

"Namanya Kim Yoora. Kau suka?"

Aku menggangguk perlahan, dalam hati bertanya-tanya, bagaimana bisa Seokjin memikirkan nama yang sama dengan yang juga aku persiapkan? Tadinya aku akan mengajukan nama ini kalau nama yang Seokjin berikan tidak aku sukai tapi ternyata kami malah memiliki nama yang sama. Oke, kalau begitu kami sepakat soal nama.

"Sayang?"

"Hm?"

"Ada yang ingin aku berikan."

Aku menatapnya kali ini, tapi dia malah sibuk merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kotak.

"Apa itu?"

Dia bangkit dari posisi berbaringnya dan duduk, memintaku duduk juga sama sepertinya.

"Sebuah hadiah."

"Untukku? Kenapa? Bahkan ulang tahunku sudah lewat. Harusnya kau yang dapat hadiah lusa nanti."

Dia menggeleng, "Bukan hadiah ulang tahun."

"Lalu?"

"Hadiah untuk istriku yang cantik karena telah melahirkan seorang putri yang sama cantiknya."

"Kim Seokjin, sungguh---", air mataku berlinang. Kalimatku tertelan kembali.

"Sssttt, jangan menangis.", katanya menenangkanku sambil memeluk. "Bukalah. Aku memang sudah berniat memberimu hadiah saat mengetahui kehamilanmu."

Seokjin melepaskan pelukannya dan memintaku membuka kotak itu. Tanganku gemetar. Entah, rasanya seperti dilamar kembali. Degup jantungku juga menjadi lebih kencang.

"Sayang ini---?"

"Iya, kau suka?"

Tentu saja aku suka. Aku ingin meneriakkan ini tapi tertahan di tenggorokan. Jadi yang aku lakukan adalah menerjang suamiku dan tenggelam dalam pelukannya.

Kalau kalian menyangka Kim Seokjin menghadiahiku sebuah perhiasan, kalian salah besar. Kim Seokjin lebih gila dari itu!

Dia menghadiahiku sebuah kunci, dengan foto sebuah bangunan. Sebuah vila yang kami kunjungi saat berlibur singkat dua bulan lalu. Hadiah yang sangat tidak masuk akal untukku. Tapi ya bagaimana, suamiku memang segila itu.

"Kim Seokjin, I love you!!!!!!!"

🍁🍁🍁

Aku gabut. Baru banget selesai nulis. Maaf kalo banyak typo.
Bye!

AFTER MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang