"Istri Hoseok besok akan mampir.", kataku saat makan malam bertiga di rumah. Kebetulan hari ini jadwal Seokjin selesai lebih cepat, jadi dia bisa makan malam di rumah.
"Benarkah? Bukannya kemarin mereka pergi ke luar kota? Aku belum tahu kalau Hoseok dan keluarganya sudah berada di Seoul lagi.", Seokjin menimpali.
"Katanya baru sampai sore tadi. Ingin memberi buah tangan. Aku sudah bilang nanti saja, takut mereka masih lelah, tapi dia memaksa."
"Keturunan Min memang berbeda."
🍁
"Masuk... masuk...", kataku mempersilahkan Nyonya Min dan putra kecilnya masuk ke dalam rumah. Yoora langsung heboh dan menghampiri adiknya, mengajaknya untuk bermain segera setelah anak laki-laki itu melepas genggaman tangan dari ibunya.
"Hoseok tidak ikut?", tanyaku saat membimbingnya menuju ruang keluarga.
"Dia ada pekerjaan. Tadi hanya mengantar kami sampai depan rumahmu saja. Lalu dia lanjut ke kantor agensi.", jawabnya sembari menyerahkan buah tangan yang dibawanya dari luar kota.
"Terima kasih. Tidak perlu merepotkan padahal."
"Tidak apa, Eonni. Lagipula kalian juga selalu mengirimi kami kalau pulang dari luar kota. Ini tidak seberapa kok."
"Mau minum sesuatu? Teh? Atau minuman kaleng?", tawarku kemudian.
Dia menggelengkan kepala menolak, "Air putih saja. Aku sedang diet gula."
"Ah, berbicara diet... Aku akhirnya bilang pada Seokjin kalau aku siap untuk memiliki anak lagi."
"Benarkah? Lalu bagaimana tanggapannya?"
"Dia terkejut tentu saja. Kau tahu kan, sudah beberapa tahun ini dia ingin sekali memberi Yoora adik. Jadi saat aku bilang kalau aku siap untuk punya anak lagi jelas saja dia terkejut, tapi juga bahagia luar biasa. Sampai-sampai keesokan harinya dia langsung mengajakku makan malam di resto fine dining. Suamiku memang sudah gila."
"Memang suamimu gila.", Nyonya Min tertawa puas.
"Lalu bagaimana lagi?", tanyanya penasaran dengan kelanjutan ceritanya.
"Ya kami akhirnya mendatangi dokter kandungan untuk program hamil dua bulan lalu."
"Lalu?"
Aku bukannya menjawab malah tersenyum penuh arti.
"Apa? Cepat beritahu, Eonni. Aku penasaran.", istri Jung Hoseok ini terlalu bersemangat.
"Dua hari lalu aku sudah tespack. Haidku terlambat satu hari, padahal biasanya selalu tepat waktu. Tidak pernah telat seharipun. Lalu... ya seperti yang kau duga. Garis 2."
"Benarkah?!" Nyonya Min langsung menghujaniku dengan pelukan. "Selamat Eonni. Wah, aku akan punya keponakan baru?"
"Aku tidak yakin sih. Harus periksa dahulu ke dokter. Seokjin pun belum tahu."
"Jelas dia akan heboh sekali sih. Sudah pasti."
"Pasti.", jawabku sama yakinnya.
"Jadi kapan kau akan memberi tahu Seokjin Oppa dan memeriksakannya ke dokter?"
"Rencananya besok. Tapi aku tidak ingin Seokjin tahu dulu. Biar menjadi rahasia sampai aku tahu kalau hasilnya positif."
"Aku antar besok?", dia menawarkan diri.
"Nanti anakmu bagaimana? Aku juga rencananya akan menitipkan Yoora di mertuaku setelah dia pulang sekolah."
"Gampang, aku titipkan dia di Ibu. Atau dengan Hoseok. Besok dia agak santai sepertinya. Aku antar, ya? Aku yang menyetir. Kita jemput Yoora dulu, lalu antar dia ke mertuamu, baru kita ke rumah sakit. Oke?"
"Baiklah kalau kau tidak merasa direpotkan. Terima kasih, ya."
"Semoga aku juga jadi orang yang pertama tahu kalau kau hamil, seperti saat hamil Yoora dahulu.", katanya sambil tersenyum lebar.
🍁🍁🍁
Semoga selesai wamil, Seokjin nggak nikah beneran kaya di cerita ini ya😅
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MARRIAGE
FanficKehidupan Kim Seokjin setelah menikah. Random story. Based on kehaluan setiap hari. [Never Ending Story]