Aku tidak mengerti dengan apa yang dikatakan istri Hoseok siang tadi, tapi sepertinya dia benar. Rasa kesal dan emosiku hanya karena masalah hormon yang membuatku lebih sensitif.
Sore tadi saat terbangun dari istirahat setelah makan dan minum obat, ku lihat suamiku tertidur di kursi dengan badan dicondongkan ke arah ranjang, tepat di sampingku. Tidak ada lagi rasa tidak ingin melihat atau menjauh darinya. Yang ada malah ingin membawanya ke dalam pelukan setelah melihatnya yang tertidur dengan posisi seperti itu, pasti tidak terasa nyaman.
Aku mengusap kepalanya pelan dan dia mengerjap perlahan, sedikit terkejut karena melihat aku terbangun. Beberapa detik setelah sadar sepenuhnya, dia berniat beranjak dari sana tapi aku buru-buru menahan tangannya.
"Kemari.", kataku menepuk tempat kosong di samping, menjawab pertanyaannya yang tidak terlontar.
"Tidur di sini, denganku."
"Ya?"
"Tidak mau?"
Dia tidak menjawab tapi perlahan naik ke atas ranjang dan membaringkan dirinya di sisiku. Wajah kami berhadapan. Rautnya masih terkejut dan setengah mengantuk.
"Maafkan aku.", kataku mengusap pipinya lembut.
Satu kebiasaan yang tidak pernah berubah. Kim Seokjin yang terkenal tidak pernah mau wajahnya disentuh orang lain, kini selalu merasa nyaman setiap kali istrinya menyentuh dan mengusap wajahnya. Bahkan usapan lembut tanganku di wajahnya selalu menjadi pengantar tidurnya.
Dia mengambil tanganku dan membawanya ke bibir, "Tidak perlu meminta maaf. Istri Hoseok sudah menjelaskan semuanya dan aku mengerti. Bukan salahmu."
Seokjin kembali meletakkan tanganku di pipinya, reflek aku kembali mengusap di sana.
"Aku juga tidak mengerti kenapa aku begitu kemarin. Aku tidak ingin dekat denganmu dan tidak mengerti apa alasannya. Maaf sudah membuatmu sedih kemarin padahal kau baru pulang dan kita baru kembali bertemu. Maaf ya, sayang.", ku kecup dahinya pelan dan agak lama, dia memejamkan mata.
"Tidak apa, sayang. Aku hanya bingung saja sebenarnya. Seharian kemarin aku terus saja memikirkan kesalahan apa yang aku perbuat sampai kau tidak ingin berada di dekatku. Aku frustasi karena tidak mengerti dengan apa yang terjadi."
"Maaf...", lirihku. Tidak tahu lagi apa yang harus aku katakan selain kata maaf, telah membuatnya bingung dan merasa bersalah.
"Akhirnya istriku kembali.", kali ini ganti dia yang menciumku, di dahi, kedua pipi, lalu beralih ke bibir dengan sedikit lumatan.
"Kim Seokjin.", aku mendorong tubuhnya pelan. Kalau tidak begitu sudah dipastikan aku akan berakhir di bawah kungkungannya.
"Hm?"
"Aku masih demam, nanti kau tertular."
Tapi suamiku malah kembali meraih bibirku dan melumatnya, semua rindu dan gairah dicurahkannya melalui ciuman.
"Aku rindu.", katanya di sela-sela kami mengais oksigen.
"Mmmhh."
Dia berhenti sejenak, menatap mataku dalam sekaligus membiarkan aku memandang segala macam emosi yang bercampur di matanya.
"Boleh ya?"
"Apa?"
"Mengunjungi anak kita."
Dan aku tidak bisa menolak permintaan lembut suamiku yang secepat kilat langsung menindihku setelah mendapatkan persetujuan.
🍁
Kembali aku jatuh tertidur setelah pergulatan panas kami di ranjang. Rasanya melelahkan. Padahal kami hanya melakukannya sekali, dengan Seokjin yang sangat lembut dan berhati-hati. Tapi rasa lelahnya seperti melakukan lari marathon.
"Hei, bangun.", samar-samar suara terdengar di telingaku. Lalu disusul sebuah hidung yang mengusap beberapa bagian wajah, tapi rasanya mataku telalu berat untuk membuka. Aku tidak ingin bangun.
"Sayang, bangun.", kali ini tangannya mengusap perut telanjangku yang sudah sedikit membesar.
"Hmm."
"Bangun, Nyonya Kim. Kau harus makan malam dulu. Aku tidak ingin anakku kelaparan."
"Hmm."
Terdengar suara helaan napas, lalu tiba-tiba tangannya menggelitik perutku.
"Ayo bangun, baby."
"Ya. Ya. Ya. Kim Seokjin, geli."
"Bangun atau aku tidak akan berhenti.", tangannya mulai turun ke bawah.
"Oke, oke. Aku bangun.", jawabku sambil mengerjapkan mata malas. Masih tidak rela tidur nyenyakku diganggu.
"Bagus. Ayo makan malam."
"Hm, boleh tidak makan malam di sini? Aku tidak ingin beranjak dari kasur. Tubuhku terasa kaku."
"Tapi janji kau harus makan, tidak boleh tidur lagi."
"Iya."
"Aku serius. Makan malam dulu, baru kau boleh kembali tidur."
"Iya, Tuan Kim."
"Good girl.", katanya mengusak rambutku kemudian berjalan keluar untuk mengambil makan malam di dapur. Aku juga sedikit beranjak untuk memakai kembali pakaianku yang berserakan sebelum kembali diterkam harimau buas bernama Kim Seokjin.
Seokjin kembali lima menit kemudian, dia menyuapiku makan malam meskipun aku bilang bisa makan sendiri. Dia juga ikut makan di piring yang sama denganku, katanya agar setelah ini bisa menemani tidur.
Aku harap kami benar-benar tidur setelah ini.
🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER MARRIAGE
FanfictionKehidupan Kim Seokjin setelah menikah. Random story. Based on kehaluan setiap hari. [Never Ending Story]