18

1.7K 129 7
                                    


Seokjin mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik untuk liburan kami, dengan bantuan manajernya tentu saja. Pesawat kelas utama dengan fasilitas yang benar-benar nyaman sehingga penerbangan belasan jam tidak terasa terlalu melelahkan. Hotel bintang 5 yang juga tidak kalah baik fasilitasnya dengan penerbangan kami. Suamiku memang yang terbaik.

Hari kedua di London---karena hari pertama kami tiba malam hari, jadi kami hanya makan malam dan beristirahat----dihabiskan dengan mengunjungi Warner Bros. Studio Tour, surganya penggila Harry Potter sepertiku dan Seokjin. Meskipun Seokjin tidak terlalu gila seperti aku terhadap tokoh fiksi tersebut. Semua sudut kami jelajahi dengan penuh kekaguman pada setiap detail yang ada, terutama pada properti syuting yang benar-benar membuat takjub. Para penggemar benar-benar dimanjakan dengan berbagai visual yang ada. Sampai di penghujung tur kami tidak sadar sudah menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengagumi semua hal yang terdapat di dalam bangunan tersebut. Hal yang tidak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Dan aku berjanji akan kembali lagi ke sini bersama anak-anakku kelak.

Hari ketiga dan selanjutnya, kami benar-benar menikmati London seperti warga lokal, menghabiskan waktu di salah satu taman dengan tiga porsi fish and chips. Sudah tahu kan kenapa kami membeli tiga porsi? Ya, karena suamiku tidak cukup hanya dengan satu porsi, meskipun menurutku satu porsi saja sudah terlalu banyak.

Kami juga lebih banyak mengunjungi tempat-tempat yang tidak terlalu ramai dan sering dikunjungi turis asing, perjalanan kali ini lebih terasa seperti wisata kuliner karena setiap harinya kami selalu mencoba berbagai makanan lokal yang belum pernah kami coba.

Satu minggu setelah kami menghabiskan waktu di London, kami terbang ke Paris. Kota yang terkenal romantis. Entahlah, aku tidak terlalu setuju. Menurutku Praha lebih romantis dari Paris meskipun aku belum memiliki kesempatan berkunjung ke sana.

Di Paris, kami kembali menjadi turis. Mengunjungi tempat terkenal seperti Eiffel Tower, Arc The Triomphe, Louvre Museum, Champ Elysee, dan berbagai tempat terkenal lainnya. Serasa perjalanan bulan madu kalau tidak ingat di perutku sudah ada si kecil yang tiap hari terus tumbuh.

"Lelah tidak?", tanya Seokjin suatu hari saat kami sedang merebahkan diri di ranjang setelah kembali ke hotel.

"Bohong kalau aku berkata tidak lelah. Tentu saja lelah, tapi tidak apa. Sebelum kau kembali sibuk dan aku kembali sendirian."

"Maaf.", nadanya terdengar bersalah.

"Maaf untuk apa?", tanyaku sambil memiringkan tubuh menghadapnya.

"Membuatmu merasa sendiri."

Aku mengambil salah satu tangannya yang bertumpu di atas perut, lalu ku usap perlahan. Dia yang semula menatap plafon kamar hotel jadi melihat ke arahku.

"Untuk apa meminta maaf? Aku tidak apa kok. Bukan itu maksudku. Aku tidak merasa sendiri dan kesepian. Lagipula ada ahjumma dan ahjussi juga yang menemaniku, terkadang ponakanmu yang menggemaskan itu juga datang untung mengunjungiku. Dan sebentar lagi rumah kita juga akan riuh dengan tangisan bayi.", aku terkekeh di akhir kalimat.

Kali ini dia ikut memiringkan tubuhnya dan meletakkan tangannya di atas perutku, mengusapnya perlahan. Anak kami sepertinya antusias karena dia baru saja menendang, seakan tahu ayahnya datang untuk menyapa.

"Kalau aku tidak bisa menemanimu melahirkan, bagaimana?"

Pertanyaannya itu membuatku terdiam. Salah satu hal yang belum kami bahas selama ini, karena aku takut, aku takut dia akan berkata seperti ini.

Bagi seorang wanita hamil, perihal suami yang menemani saat melahirkan adalah masalah sensitif. Karena saat melahirkan, dukungan dari suami adalah yang terpenting meskipun dia hanya hadir untuk digenggam tangannya dan menyemangati atau yang terparah mendapat jambakan dan teriakan dari istri.

Oleh karena itu aku tidak ingin sama sekali membahas hal ini. Apalagi dokter memberitahu kalau tanggal melahirkanku adalah saat dimana dia akan sibuk dengan acara penghargaan akhir tahun. Aku tidak ingin kecewa jauh-jauh hari dan malah membuatku stress.

"Sayang..."

"Ya?", mungkin aku melamun terlalu lama.

"Bagaimana?"

""Tidak usah dipikirkan, lagi pula masih beberapa bulan lagi.", kataku acuh, padahal jantungku sudah dag-dig-dug tidak karuan.

"Aku ingin sekali menemanimu nanti, tapi aku takut membuatmu kecewa."

"Oleh karena itu, tidak perlu dipikirkan. Kalau memang itu hari keberuntunganku, aku yakin Tuhan akan punya berbagai cara untuk membuatmu menemaniku."

Aku berusaha untuk terlihat tidak memusingkan hal tersebut agar suamiku juga tenang, meskipun diriku sendiri tidak tenang kalau memikirkan hal tersebut.

"Kemari."

Aku mengajaknya masuk dalam pelukan. Dia mendekat dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leherku, menghirupnya dalam-dalam. Kami terdiam sampai beberapa menit kemudian aku merasakan napasnya menjadi teratur.

🍁🍁🍁

AFTER MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang