30

1K 83 19
                                    

"Noonaaaaaaaa.", begitu yang aku dengar ketika menerima panggilan dari Jungkook beberapa menit setelah kami tiba di Manchester. Seokjin dan Ken bertanya melalui tatapan, siapa yang menghubungiku, tapi kemudian mereka tahu siapa sesaat setelah aku berbicara.

"Hai Jungkookie, ada apa?"

Ini jam 12 siang waktu Manchester yang berarti jam 9 malam waktu Korea. Kenapa Jungkook tiba-tiba menghubungi.

"Kapan kalian pulang? Aku rindu Yoora gembulku yang menggemaskan."

"Masih satu minggu lagi sepertinya, kami kan baru beberapa hari di sini. Jadi rindunya hanya pada Yoora? Tidak rindu dengan noona atau hyungmu?"

Dia terkekeh kecil diseberang sebelum kembali berbicara, "Kalau merindukan noona nanti aku dimarahi Seokjin hyung, jadi aku tidak bisa. Kalau merindukan Seokjin hyung, hah untuk apa merindukan orang tua.". Ganti aku yang tertawa gara-gara candaannya.

Jungkook ini, meskipun umurnya sudah hampir 30 tahun tapi sifatnya masih saja seperti bocah. Mungkin ini yang membuatnya belum sama sekali berpikir untuk menikah. Berbeda dengan Jimin dan juga Taehyung yang sedang bersemangat mencari calon istri. Sampai-sampai setiap beberapa bulan atau beberapa minggu sekali, selalu saja berbeda-beda nama wanita yang mereka ceritakan padaku. Aku sampai tidak habis pikir.

"Aku beritahu dia ya?"

"Eh noona jangan... jangan. Bisa-bisa aku tidak diizinkan bertemu dengan Yoora lagi. Tidak-tidak.". Lagi, aku tertawa karena tingkahnya. Seokjin yang sedang menggendong Yoora saat kami berjalan masuk ke dalam restoran dari tempat parkir, sampai menoleh ke arahku dan bertanya-tanya apa yang kami bicarakan sampai aku tertawa seperti itu. Merasa ditatap, aku memilih menggelengkan kepala dan tersenyum, memberitahu bahwa aku akan menceritakannya nanti dan Seokjin mengangguk mengerti.

"Baiklah Jungkookie, kita sambung nanti ya? Aku dan kakakmu beserta temannya akan makan siang dulu."

"Temannya? Siapa? Memang Seokjin hyung punya teman di London?"

"Ada, nanti aku ceritakan saat aku senggang, ya. Lebih baik kau istirahat. Baru saja selesai olahraga kan?"

"Bagaimana noona tahu?"

"Rahasia. Sudah ya, sampai ketemu di Seoul minggu depan, oke? Mandi sana dan istirahat. Bye Jungkookie, salam dari aku, Yoora dan Seokjin untuk semua yang di sana ya!"

"Baiklah. Bye, noona. Sampai bertemu minggu depan! Salam untuk keponakanku yang paling cantik. Oke?"

"Siap, paman Jungkook."

"Kenapa dengan bocah itu?"

Seokjin bertanya saat kami sudah berada dalam restoran dan mendapatkan tempat duduk. Omong-omong sepertinya ini restoran yang cukup terkenal, karena tamu diharuskan reservasi terlebih dahulu. Itulah kenapa tadi agak lama untuk mendapatkan tempat duduk karena ini jam makan siang dan banyak tamu yang datang. Untung saja Ken sudah reservasi jauh-jauh hari, kalau belum, sia-sia saja usaha kami ke sini.

"Bertanya kapan kita pulang.", jawabku sekenanya.

"Benar-benar Jeon Jungkook. Memangnya dia tidak punya kegiatan lain di liburannya? Mencari calon istri misalnya?", Seokjin terlihat sedikit jengkel. Tapi aku tahu suamiku tidak bisa marah pada adiknya yang satu itu.

"Memangnya dia belum punya kekasih juga sampai sekarang?", kali ini Ken yang penasaran.

"Belum, dia sibuk mengekori istri dan anakku."

"Sayang.", kataku memperingati.

"Ya memang benar. Dia kan senang sekali datang ke rumah kalau jadwal sedang kosong. Padahal biasanya sibuk olahraga atau melakukan kegiatan yang membuatnya sibuk, entah apapun itu. Tapi semenjak ada Yoora, jadwal kunjungan ke rumahnya sampai tidak bisa dihitung dengan jari.", Seokjin mengomel. Tapi aku tahu omelannya hanya sesaat. Dia sangat sangat menyayangi adiknya yang satu itu meskipun setiap bertemu mereka selalu saja bertengkar. Omelan seperti ini hanyalah kekesalan sejenak saja. Nyatanya saat Jungkook sibuk bermain dengan teman-temannya dan hampir satu minggu tidak mengunjungi kami, dia selalu bertanya padaku kenapa adiknya tidak datang.

Ken hanya menggelengkan kepalanya, maklum dengan sifat Seokjin yang suka mengomel. Begitupun dengan aku yang sudah sangat sangat maklum.

Selesai makan siang, kami langsung menuju stadion yang hanya berjarak dua ratus meter dari restoran. Stadion penuh sesak, jadi kami memutuskan untuk masuk setelah para penonton lain masuk. Ken jelas yang paling bersemangat, apalagi saat Manchester United berhasil membobol gawang lawan. Dia dan Seokjin bersorak bersama pendukung Manchester United yang lain, meskipun aku tahu Seokjin hanya mengikuti euforia temannya itu saja. Yoora--yang sangat aku syukuri--ternyata juga tidak masalah dengan kebisingan yang ada, padahal ini pertama kali untuknya, pertama kali juga untukku.

🍁🍁🍁

Ayo komen sini. Abis ini aku punya part yang agak... Semoga kalian bijak ya sebagai pembaca. Kalau belum cukup umur mending skip aja😁
Tapi komen dulu ya, yang banyak. Aku tunggu!

AFTER MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang