42

837 66 3
                                    

Jam dinding menunjukkan pukul tiga pagi waktu Bali. Masih terlalu pagi, tapi kalau bangun lebih siang, kami bisa tertinggal kegiatan ini.

Kami akan pergi untuk melihat lumba-lumba di pagi hari. Tentu saja ditambah dengan agenda memancing bagi Seokjin. Sepertinya seharian ini kami akan menghabiskan waktu di laut dan pantai.

"Sayang, ayo bangun."

Seokjin hanya bergumam. Seperti biasa, sedikit sulit dibangunkan kalau tidurnya terlalu larut.

"Katanya ingin pergi memancing. Ayo, nanti kita bisa ketinggalan kapal."

"Lima menit lagi." Katanya kembali bergumam.

Oke kalau begitu, lebih baik aku mandi dan bersiap, dari pada menghabiskan waktu membangunkan suamiku yang tidak mau bangun.

Aku turun dari ranjang dan menuju ke kamar mandi.

Lima belas menit kemudian, aku keluar dari kamar mandi dan suamiku masih pulas dalam tidurnya.

"Katanya lima menit? Lima menit apanya." Aku menggerutu sambil menghampiri ranjang. Ingin mengoceh tapi rasanya buang-buang energi.

Jadi yang kulakukan adalah mendekatkan wajahku pada suamiku dan meniup mukanya sedikit kencang, "Cepat, bangun! Kita bisa terlambat. Katanya kau ingin memancing."

"Sayang, astaga. Apa, sih?" Dia mengomel tapi akhirnya matanya terbuka juga.

"Cepat, kita janji dengan mobil jam 3.30, Kim Seokjin. Butuh 2 jam untuk sampai ke sana, dan kalau kau lama, kita bisa tertinggal." Omelanku berlanjut.

"Iya... iya... ini aku bangun kok. Tidak perlu mandi, ya?", tawarnya.

"Terserah. Cepat!"

"Iya Nyonya Kim. Astaga. Ciuman pagiku dulu, mana?"

"Sikat gigimu dulu, aku sudah mandi."

"Masa? Mana sini aku cium dulu. Mau tahu, istriku harum atau tidak."

"Malas, ah. Kau bau. Cepat cuci muka dan sikat gigi dulu. Baru dapat cium."

"Jual mahal sekali, istriku. Biasanya juga selalu menciumi aku meskipun aku baru bangun."

"Sudah, cepat. Waktunya berjalan. Tik tok tik tok."

Seokjin mendengus keras, turun dari ranjang, yang awalnya aku pikir akan ke kamar mandi tapi malah berujung menghampiriku di sofa depan ranjang, berdiri di hadapanku dan mengecup bibirku sekilas untuk kemudian berlari ke arah kamar mandi dan tertawa.

"Kim Seokjin!!!"

🍁

Tebak siapa yang paling antusias saat kami menaiki perahu menuju tengah laut untuk melihat lumba-lumba?

Tentu saja, suamiku.

Selama kami di tengah laut, dia tidak berhenti mengoceh seperti putrinya saat diperlihatkan sesuatu yang menyenangkan atau membuatnya takjub. Benar-benar seperti bocah. Tapi dia juga sedikit sendu karena kami tidak membawa Yoora ke sini. Dan seperti biasa, dia selalu berjanji untuk kembali ke sini lagi membawa serta putrinya.

Kami masih berada di tengah laut, dengan lokasi dan kapal yang sama. Agenda hari ini setelah melihat lumba-lumba adalah memancing disambung dengan snorkeling. Jelas suamiku pasti bersemangat kalau soal memancing, meskipun kapal kami tidak sebesar kapal yang biasanya Seokjin gunakan untuk memancing di Korea.

"Bosan, ya?" Tanya Seokjin di sela kegiatan memancingnya.

"Sedikit." Jawabku menyunggingkan senyum kecil padanya. Padahal aku ingin sekali menjawab kalau aku lebih dari bosan. Tapi tidak tega juga membuatnya kecewa.

"Ayo kita kembali ke daratan saja kalau begitu."

"Tapi kan kau belum selesai?"

"Tidak apa, aku bisa memancing kapan saja dengan Yoongi."

"Jadi, tidak suka ditemani memancing olehku?"

"Bukan begitu, hanya saja aku tidak sampai hati membiarkan istriku bosan, dan pura-pura tidak peduli. Jadi, ayo kita pulang ke hotel dan berenang di hotel saja. Atau kau ingin pergi ke mana?"

"Sepertinya kembali ke hotel dan berenang terdengar menyenangkan." Kataku mengerling.

"Baiklah, kata-kata istriku adalah perintah mutlak. Mari kita pulang dan berenang di hotel saja kalau begitu." Dia balas menggoda dan menekankan kata berenang.

Kami tergelak bersama.

🍁🍁🍁

AFTER MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang