"Megan tau gak kalau Mami gak terlalu bisa masak? Tapi cuma buat kamu mami mau berusaha bikin bekal. Jadi, tolong dihabisin ya, makanannya enak kok, mami udah coba. Kalau gak diabisin nanti malam kamu makan sayur," ujar Kinanti seraya memasukkan bekal Megan ke dalam ransel khusus yang bergambar unicorn.
"Gak mau!" teriak Megan yang sedang dipakaikan sepatu oleh Mbak Ela setelah mereka sarapan.
"Ini lagi Mbak Ela yang bener dong pakein sepatunya!" Sedari tadi Mbak Ela terlihat kesulitan memakaikan sepatu itu. Bagaimana tidak susah, kaki Megan tidak mau diam.
"Megan, jangan teriak pagi-pagi," tegur Mahasa yang masih menyantap makanannya.
"Tapi aku gak mau makan bekal sama sayur, Papa," rengeknya sambil menggoyang-goyangkan kaki sampai sepatu yang belum terpasang secara sempurna itu terlepas kembali sehingga membuat Mbak Ela kerepotan.
"Udah Mbak gapapa jangan dipakein lagi. Biar dia yang pakai sendiri," ujar Kinanti kepada Mbak Ela yang tergopoh-gopoh mengambil sepatu Megan yang terlempar. Baru kali ini dia melihat anak yang memiliki prilaku seperti Megan.
Tepuk tangan untuk kesabaran Mbak Ela yang setebal dompet Mahasa.
Mendegar itu sontak membuat Megan menangis, dia turun dari kursi kemudian memukuli Kinanti. "Tante jahat! Aku gak suka sama tante!" jeritnya.
"Aw! Aduh! Megan sakit." Kinanti meringis seraya berusaha menjauh dari Megan. Dia berpindah mendekati Mahasa.
"Megania ... Kinanti." Suara bariton Mahasa kembali terdengar.
Seketika Megan berhenti mengejar ibu tirinya, lalu dia duduk di lantai seraya menangis kencang, tidak lupa sepatu yang tergeletak di dekatnya dia lempar sampai tidak sengaja mengenai tubuh Mbak Ela yang hendak menghampirinya.
Mahasa menutup matanya, helaan nafas kasar laki-laki itu hembuskan. Pagi harinya menjadi kacau dengan keributan dan suara tangisan.
"Papa ... Papa ...." Megan meronta-ronta mengulurkan tangannya meminta untuk digendong.
Mahasa pun akhirnya membawa tubuh anak itu ke dalam gendongannya. "Udah jangan nangis," ujarnya lembut.
"Tante Kiwi jahat Pa-Pa ...."
"Mami emang jahat, tapi Mami akan berubah baik kalau kamu mau nurut. Ayo berangkat sekolah sekarang, kalau kamu gak mau dihukum guru gara-gara telat," sahut Kinanti, setelah mengucapkan itu dia segera melenggang pergi begitu saja dengan tangan menenteng tas Megan tanpa memperdulikan tangisan Megan yang semakin kencang.
Mahasa yang tengah menahan rasa kesalnya mengikuti arah langkah Kinanti.
"Sepatu aku, Papa," ujar Megan disela tangisannya.
"Nanti dipakai di mobil."
Di dalam mobil sudah ada Kinanti yang sedang duduk memainkan ponsel di kursi penumpang bagian depan. Sontak Megan yang melihat itu kembali merengek karena itu tempat duduknya kalau diantar oleh Mahasa.
"Papa, tempat duduk aku."
"Sekarang ini tempat duduk Mami, kalau kamu mau duduk di sini berarti kamu harus mau duduk dipangku. Ayo cepet, ini udah jam berapa coba, belum lagi jalanan pasti macet," sahut Kinanti seraya melepaskan cengkraman Megan di bahu ayahnya. Sontak anak itu berontak tidak mau tapi Kinanti segera menutup pintu mobilnya setelah Megan berhasil duduk dipangkuannya. Sedangkan Mahasa sekuat tenaga menahan diri agar tidak membela Megan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Rempong
General FictionKinanti Wijaya atau orang-orang sering memanggilnya Kiwi merupakan mantan 3rd runner-up Miss Universe perwakilan dari Indonesia, semenjak menorehkan prestasi itu namanya semakin melambung di dunia hiburan Indonesia apalagi ketika dia dipercaya menja...