BAB 47 : Rindu Mama

66K 10.3K 304
                                    

Jangan lupa follow, vote, komen dan share yaaaa 🌻🌻🌻🌻

***

“Apa kamu sudah menemukan bukti yang akurat terkait pembunuh Clara?” tanya Mahasa.

Sore itu sebelum pulang kantor ia menyempatkan diri memanggil Juna untuk menanyakan perkembangan penyelidikan kasus pembunuhan Clara. Clue sudah didapat, mereka hanya membutuhkan bukti yang benar-benar valid karena Mahasa tahu bahwa ia akan menghadapi anggota keluarganya sebagai target pertama.

“Belum, Pak. Masih saya usahakan,” jawab Juna dengan lugas.

Mahasa terdengar mendengus, pandangannya ia buang ke luar jendela yang menimbulkan semburat cahaya berwarna orange. Ia ingin semuanya jelas bahwa dugaannya salah, bukan keluarganya yang membunuh Clara. Ia tidak suka dengan perasaannya yang sekarang, terkesan bimbang dan denial.

“Saya tidak mau tahu, setelah saya pulang dari Belanda, semua bukti harus sudah terkumpul.”

Lusa, Mahasa akan bertemu dengan salah satu investor penting untuk perusahaan pribadinya. Karena kerikil bernama Aryo sudah ditangkap, Mahasa berharap tidak akan ada lagi kerikil-kerikil lain yang menghalangi jalannya untuk mempersiapkan diri keluar dari Argajati.

Juna terlihat mengangguk patuh meski tugas yang diberikan Mahasa sangat berat. Tidak mudah bagi dirinya mengungkap sebuah kasus yang dilakukan oleh orang-orang besar.

***

Seperti sebuah déjavu, Mahasa pulang dalam keadaan lelah lalu disambut oleh Kinanti dengan senyum cerahnya.

“Mandi dulu ya? Nanti aku siapin teh,” ujar Kinanti setelah mengantar Mahasa sampai ke dalam kamar.

Tanpa berpikir lama Mahasa langsung memasuki kamar mandi sedangkan Kinanti bergegas pergi ke dapur.

Ketika melewati ruang keluarga ia tidak sengaja mendengar percakapan Megan dengan Mbak Ela.

“Aku gak bisa telpon Mama lagi ya, Mbak Ela?”

Mbak Ela terlihat tidak langsung menjawab. Ia terkejut dengan pembahasan yang diucapkan oleh Megan dengan tiba-tiba.

“Kalau aku kangen sama Mama, aku harus ngapain?”

“Sekarang Non kangen Mama?” tanya Mbak Ela dengan hati-hati yang langsung diangguki oleh Megan.

Sambil memilin bonekanya mata anak itu terlihat sudah berkaca-kaca. “Kalau orang meninggal itu gak bisa ketemu kita lagi selamanya ya?”

Hati Mbak Ela terenyuh. Ia ingat betul tanpa sepengetahuan Mahasa beberapa kali Megan pernah menelpon Clara melalui ponselnya.

“Sabar ya, Non,” ujar Mbak Ela seraya mengelus kepala Megan.

Megan semakin dibuat tertunduk kemudian ia menenggelamkan wajahnya di dada sang pengasuh. Mbak Ela langsung mendekapnya.

“Kalau Non Megan kangen sama Mama berdoa aja, supaya Allah sampein kalau Non Megan kangen sama Mama. Berdoa juga supaya Mama di tempatkan di surga.”

“Kenapa Allah ambil Mama aku? Jadinya aku gak punya Mama lagi. Mama gak bisa liat aku besar,” ujar Megan dengan berderai air mata.

Miss Rempong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang