BAB 6 : Serba Salah

75.4K 8.1K 221
                                    

Ayo vote dulu terus follow, biar semangat gitu 🙃

***

Hari libur biasanya dihabiskan dengan bercengkrama bersama keluarga seperti menikmati suasana di pagi hari ditemani teh hangat disertai dengan obrolan yang menyenangkan dan lain sebagainya.

Namun berbeda dengan yang dirasakan Kinanti, niat hati ingin lari pagi bersama suami es batunya tapi ternyata malah dia habiskan untuk mengurus anak tirinya yang jatuh di kamar mandi sampai menyebabkan keningnya terluka karena menghantam bath up.

Hampir semua penghuni rumah dibuat heboh karenanya. Dan Kinanti yang disalahkan karena pada saat itu dia yang memaksa Megan untuk cepat-cepat mandi kalau ingin ikut olahraga.

Mahasa turut mengacuhkannya sambil menggendong Megan yang masih menangis padahal kejadian itu sudah berlalu sekitar dua jam yang lalu. Tidak terbayang sehisteris apa anak itu setelah mengetahui bengkak di matanya sebesar telur ayam akibat menangis terlalu lama.

“Udah ya nangisnya,” bujuk Kinanti selembut mungkin karena dia sudah bosan diacuhkan oleh suaminya yang bahkan seolah tidak ingin menatapnya barang sedetikpun. Memang, bapak sama anak sama-sama nyebelin.

Padahal kalau dipikir-pikir semua ini bukan sepenuhnya salah dirinya. Dia sudah menjalankan perannya sebagai ibu yang baik ketika mendidik anak. Contohnya seperti tadi pagi dia sudah membangunkan Megan dengan lembut meskipun tidak ditanggapi dengan baik bahkan sempat terjadi adegan lempar-lempar barang untung saja Kinanti dapat menghindar dan berhasil membawa Megan ke dalam kamar mandi yang ujung-ujungnya anak yang seperti cacing kepanasan itu terpeleset.

Bahkan Kinanti sempat mentertawakan Megan karena karma ternyata datang secepat itu sebelum pada akhirnya dia berubah menjadi panik setelah melihat ada darah yang keluar dari kening Megan.

“Sa-sa-sakit, Papa,” tangis Megan dengan pipi yang dia sandarkan di bahu ayahnya yang tengah duduk di sofa seraya mengerjakan beberapa proposal.

“Ssst, nanti juga sembuh.” Sebelah tangan Mahasa mengusap punggung Megan dan yang sebelah lagi mengetik di laptop.

Kinanti jelas diacuhkan seolah hanya ada mereka berdua di ruangan ini padahal sedari tadi dia duduk di sebelah Mahasa.

Kinanti kembali memutar otak mengingat-ingat hal apa saja yang disukai oleh Megan. Sebenarnya banyak sekali yang disukai oleh anak itu namun Kinanti mendadakan hilang ingatan. Maklum, efek panik.

“Mmm ... mau beli mainan gak? Atau mau main handphone? Nih pake handphone Mama buat main game.”

Baru saja Kinanti hendak menyerahkan handphone miliknya, Mahasa sudah menatapnya dengan tajam.

“Apa?”

Mahasa hanya mendengus kemudian kembali melanjutkan kegiatannya.

Kinanti melongo dan bertanya-tanya. Apakah dirinya salah lagi?

Karena merasa serba salah akhirnya Kinanti memutuskan untuk pergi tapi baru saja dia berdiri suara Mahasa sudah menggema.

“Mau kemana? Bukannya bantu tenangin.” Tanpa menoleh Mahasa bertanya.

Kinanti lagi-lagi melongo tidak percaya, padahal sedari tadi dia berusaha membujuk Megan untuk berhenti menangis tapi malah diacuhkan keduanya. Itu salahnya juga kah? Apakah dia harus menjadi badut dulu supaya menarik perhatian Megan sekaligus Bapaknya yang seperti papan penggilesan?

Miss Rempong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang