BAB 42 : Dia Telah Pergi

78K 12.2K 782
                                    

Jangan lupa follow, vote, komen dan share ya 🌻🌻
***

“Mbak, apa kabar?” tanya Kinanti ketika ia sudah berada di ruang tamu.

Kinanti awalnya sempat terkejut ketika mengetahui Clara ternyata tidak datang sendiri. Wanita yang terlihat sangat kurus itu ternyata datang bersama dua orang laki-laki yang berpakaian rapi yang diketahui sebagai pengacaranya.

Clara tersenyum kecil. “Baik,” jawabnya meski hal itu tampaknya sangat berbanding terbalik dengan penampilannya saat ini.

Clara terlihat sangat berbeda dengan penampilannya dulu sebelum masuk penjara. Raut wajahnya tidak terlihat bersemangat sama sekali.

“Apa dia sakit?” Kinanti bertanya-tanya dari dalam hatinya. Clara yang ia kenal dulu tidak seperti ini.

“Saya dengar kamu keguguran.” Clara kembali membuka suara.

Kinanti yang mendengar hal itu hanya tersenyum tipis. Kenapa harus topik ini yang Clara bahas, kenapa tidak membahas Megan saja?

“Saya turut berbelasungkawa,” imbuhnya.

Kinanti yang tidak tahu apakah Clara mengucapkan hal itu dengan tulus atau tidak lantas menyahut, “terimakasih.”

Clara kemudian tampak melihat ke arah jam tangannya. “Saya tidak memiliki banyak waktu, mungkin saat ini Mas Mahasa tengah dalam perjalanan setelah mengetahui saya diam-diam berkunjung ke sini, jadi ...,” Clara sengaja menjeda ucapannya lalu ia menatap Kinanti dengan serius.

“Saya tau kamu perempuan yang baik, Kinanti. Maka dari itu sebelum kamu mengalami apa yang saya alami akibat ulah dari keluarga Argajati, sebelum semuanya terlambat, saya minta kamu untuk segera keluar dari keluarga ini. Di sini bukan tempat kamu, banyak yang tidak menyukai keberadaan kamu di sini. Bibir mereka memang tersenyum, tapi tidak dengan hatinya.” Dengan menggebu-gebu Clara mengucapkan semua itu seakan-akan waktunya untuk berbicara segera habis.

“Mereka monster, Kinanti. Mereka tidak suka kamu. Cepat atau lambat kamu akan disingkirkan setelah tujuannya tercapai. Kamu bisa lihat, saya salah satu korbannya. Mereka memang tidak langsung membunuh saya, tapi secara perlahan mereka merusak kejiwaan saya.”

Mendengar semua itu membuat Kinanti mengerutkan kening. Kinanti antara percaya dan tidak percaya akan ucapan Clara. Di sini Clara benar-benar terlihat seperti orang yang sakit.

Pengacara Clara terlihat memberikan kode setelah ia membaca pesan dari ponselnya.

Clara terdengar menghela nafas. “Waktu saya sudah habis, semoga kamu percaya terkait apa yang tadi saya bicarakan.”

Setelah mengucapkan itu Clara langsung berdiri, mau tidak mau Kinanti ikut berdiri. Bahkan Kinanti belum sempat mengucapkan sepatah dua patah kata sebagai tanggapan.

“Maaf kalau sikap saya selama ini melukai kamu,” ujar Clara kemudian pandangannya beralih ke arah belakang punggung Kinanti ketika ia tidak sengaja melihat Megan yang tengah mengintip di balik tembok bersama Mbak Ela.

Sejak mendengar kedatangan Clara, Kinanti sudah mengajak Megan untuk menemui wanita itu namun Megan malah menolak, mungkin ia teringat akan pesan sang ayah yang tidak boleh menemui Clara sebelum memberitahunya.

“Dan tolong sampaikan pesan saya kepada Megan, bahwa sampai kapanpun saya akan terus menyayangi dan mencintai dia. Jangan menangis, dia harus tumbuh menjadi anak yang kuat supaya kelak bisa melindungi dirinya sendiri.”

Suara Clara sudah terdengar bergetar karena menahan tangis. Ia berbicara sambil terus menatap ke arah anak itu.

“Maaf karena telah menjadi ibu yang buruk. Maaf karena saya, dia harus terlahir di dunia yang kejam ini. Dan maaf karena saya tidak bisa melindungi dan mendampinginya hingga dewasa.”

Miss Rempong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang