BAB 54 : Mulai Terungkap

86.2K 8.9K 1.3K
                                    

Haaiiii aku kembali, tapi sebelum baca jangan lupa vote, komen dan share yaa 🌻🌻🌻🌻🌻

Ini lanjutan dari bab sebelumnya. Pasti udh lupa sih wkwk

***

“Pemirsa Kabar Berita, setelah sebelumnya Mahasa Argajati anak dari seorang pengusaha sukses Mahendra Argajati sekaligus suami dari selebritis Kinanti Wijaya dikabarkan menghilang, kini kedutaan besar Indonesia yang berada di Belanda telah turun tangan membantu pencarian. Meski secara tidak langsung hal itu mengkonfirmasi bahwa Mahasa benar-benar menghilang, namun hingga mencuatnya berita menghebohkan ini tidak ada satupun anggota keluarga Argajati yang mau menemui awak media untuk sekadar memberikan kronologi singkat terkait menghilangnya Mahasa yang dinilai sangat misterius.”

Pada hari itu ketika kabar Mahasa hilang di Belanda mencuat di media tentu saja berhasil menghebohkan masyarakat Indonesia. Hilangnya Mahasa telah menjadi berita besar yang disiarkan di mana-mana.

Wartawan sudah hilir mudik di beberapa titik, di mana anggota keluarga Argajati tinggal. Mereka memburu sebuah informasi yang nantinya akan menjadi sebuah berita yang sangat ekslusif yanh bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah dalam jumlah banyak.

Hal itu tentu saja sangat berbanding terbalik dengan perusahaan-perusahaan milik Argajati yang mengalami penurunan. Berita itu sangat berdampak sekali terhadap keberlangsungan perusahaan. Bahkan para investor mulai dilanda gelisah, mereka jelas tidak mau rugi.

Sejak kemarin malam ponsel Mahendra tidak mau berhenti. Dering telpon terus berdatangan di saat ia tengah kelimpungan membungkam beberapa akun media supaya berhenti memberitakan perihal hilangnya Mahasa. Namun sepertinya uang yang ditawarkan Mahendra untuk membungkam media itu tidaklah sebanding dengan keuntungan yang nantinya akan mereka dapat, sehingga sampai detik ini masih ada beberapa media yang menyiarkan berita terkait Mahasa.

“Tolol! Sialan! Kalau bisa suruh orang untuk mengancam mereka yang masih nekad menyiarkan berita sampah itu! Saya tidak mau tau, semua pemberitaan itu harus cepat berhenti! Atau kalau tidak, nyawa kamu taruhannya!”

Mahendra terdengar sangat murka terhadap orang yang tengah berbicara dengannya melalui sambungan telpon. Kondisi laki-laki paruh baya itu terlihat sangat memprihatinkan, tidak terurus. Wajahnya sangat kusut dengan lingakaran hitam yang menghiasi matanya.

Setelah mematikan sambungan telpon itu secara sepihak, Mahendra langsung menghubungi Juna yang diketahui sebagai tangan kanan Mahasa. Pasti laki-laki itu mengetahui keberadaan Mahasa saat ini.

Tidak sampai menunggu lama, Juna akhirnya menjawab panggilan itu meski ia tengah sibuk mengurus perusahaan pribadi milik Mahasa supaya tidak ikut runtuh.

“Halo, Pak?”

“Penawaran yang saya berikan tidak main-main, Juna. Beritahu keberadaan Mahasa atau kamu akan merasakan hidup sebatang kara. Pilihan ada di tangan kamu. Sangat mudah bagi saya melenyapkan lalat-lalat kecil itu hahahaha.”

Tidak ada cara lain, Mahendra harus mengancam Juna untuk mau membuka suara. Karena ia sangat yakin betul kalau Juna mengetahui di mana Mahasa sembunyi.

“Demi Tuhan, Pak Mahendra. Saya benar-benar tidak tau. Jika takdir hidup saya dan keluarga harus berakhir dengan sebuah kematian, Bapak tetap tidak akan mendapatkan informasi apapun karena saya benar-benar tidak tau.”

Juna berkata dengan jujur, bahkan ia tidak tahu harus menjelaskan seperti apa lagi supaya Mahendra mempercayai kejujurannya. Apalagi sebuah surat ancaman tanpa status pengirim yang jelas selalu menyambanginya.

Tidak hanya Mahendra, Juna pun mengalami kesulitan semenjak hilangnya Mahasa. Beban di atas pundakya terasa semakin berat apalagi ketika ia harus berjuang mati matian mempertahankan perusahaan milik Mahasa di saat fokusnya terbagi terhadap Kinanti dan Megan.

Miss Rempong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang