Jangan lupa follow, vote, komen dan share gaisssss
***
“Papa kamu udah ngasih izin, let's go kita ganti baju.”
Seolah lupa dengan permasalahannya dengan sang ibu mertua, Kinanti dengan semangat menuju ke kamar Megan.
“Gak mau mandi lagi!” Megan memberontak dengan kaki yang menendang ke sana ke sini ketika Kinanti hendak mengajaknya memasuki kamar mandi.
“Astaga, gak bakal mandi lagi Megan, cuma cuci tangan sama kaki doang,” dengan sekuat tenaga Kinanti menjaga keseimbangan tubuhnya supaya tidak terjatuh.
“Gak mau!” lagi-lagi Megan menolak ketika Kinanti hendak menurunkannya di atas tangga kecil tempat anak itu berdiri ketika mencuci tangan di wastafel.
“Mau ikut gak? Kalo gak mau ikut gapapa, kamu sama Nenek aja di sini.” Ancam Kinanti seraya menurunkan paksa Megan.
Anak itu hanya mengerucutkan bibirnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Kalau ada Mahasa sudah dipastikan dia akan menangis kejer.
“Sini pinjem tangannya,” dengan kesabaran yang ekstra Kinanti menarik tangan Megan ke arah wastafel.
“Kamu kan tadi abis makan yang manis-manis, ntar lengket terus digigitin semut emang mau?”
Megan tidak menjawab. Satu demi satu bulir air matanya jatuh. Kinanti melihat itu lantas menghapusnya.
“Gitu aja nangis. Kamu udah gede loh, Princess.”
Meskipun anak tirinya ini tidak bersikap baik kepadanya tapi tetap saja dia kadang suka merasa tidak tega ketika melihatnya menangis.
Setelah mencuci tangan dan kaki, Kinanti langsung mengganti pakaian Megan. Untung saja kali ini Megan tidak protes lagi mungkin sedang ngambek sampai membuatnya tidak mau bicara.
“Cantik banget sih,” puji Kinanti dengan gemas seraya menangkup kedua pipi Megan setelah dia selesai mengepang rambut, memakaikan bedak serta parfume.
Megan masih memasang wajah cemberut meskipun begitu wajahnya benar-benar sangat cantik layaknya boneka, perpaduan gen dari Mahasa dan Clara memang tidak bisa dibohongi.
Kinanti sampai membayangkan akankah anaknya nanti memiliki visual yang mengagumkan seperti Megan?
Ketika tengah asik membayangkan sesuatu yang entah kapan akan terjadi tiba-tiba saja semua itu menjadi buyar ketika terdengar suara Amar yang memanggil namanya.
“Yuhu ... sepi banget Bun kayak di kuburan.” Tampaknya Amar berada di depan pintu kamar Kinanti yang berada tepat di sebelah kamar Megan.
Kinanti segera menghempaskan bayangannya kemudian menyahut.
“Di sini, Mar.” Untung saja pintu kamar Megan sedikit terbuka sehingga suara orang yang berada di luar bisa terdengar.
“Ada Om Amar tuh,” ujar Kinanti kepada Megan seraya menunjuk ke depan pintu yang bertepatan masuknya Amar dengan dandanan hebohnya. Tidak lupa dia selalu menenteng tas bermerk hadiah yang diberikan Kinanti serta satu kotak peralatan make up.
“Tadi ketemu orang gak yang duduk di depan televisi?” Kinanti bertanya guna memastikan apakah mertuanya masih ada atau sudah pergi tanpa pamit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Rempong
General FictionKinanti Wijaya atau orang-orang sering memanggilnya Kiwi merupakan mantan 3rd runner-up Miss Universe perwakilan dari Indonesia, semenjak menorehkan prestasi itu namanya semakin melambung di dunia hiburan Indonesia apalagi ketika dia dipercaya menja...