BAB 9 : Skandal

75.5K 8.6K 763
                                    

Jangan lupa follow, vote, komen dan share 😘

***

Tidak butuh waktu lama untuk Mahasa sampai ke studio di lantai sepuluh ini.

Kinanti yang tengah asik berpose seketika langsung membelalakan matanya ketika melihat Mahasa memasuki studio diikuti oleh tangan kanannya yang Kinanti ketahui bernama Juna.

Semua orang yang berada di dalam studio tidak ada yang bersuara sama sekali, mereka hening antara kaget atau terpukau melihat paras dari klan Argajati yang tidak bisa dianggap remeh itu.

“Papa!”

Akhirnya panggilan Megan berhasil mencairkan suasana yang sempat membeku. Semua crew langsung menyapa Mahasa seramah mungkin meskipun hanya ditanggapi dengan anggukan kepala dan senyum tipis.

Megan langsung berlari kecil kemudian memeluk kaki jenjang ayahnya. Tanpa berpikir lama Mahasa langsung menggendongnya.

“Silahkan duduk, Pak Lingga.” Interupsi salah satu crew setelah membereskan mainan yang berserakan di atas sofa.

Mahasa mengangguk. “Terimakasih,” ujarnya.

“Aduh ATM gue udah dateng,” bisik Kinanti kepada photographernya dengan malu-malu.

“Tiba-tiba mati gaya nih,” keluhnya tatkala kamera hendak memotret anting yang tengah dia pakai.

Biasanya dia sangat lihai ketika berpose dari berbagai angle, tapi entah kenapa kali ini dia sangat gugup. Perasaan ini terakhir kali dia rasakan ketika pertama kali masuk kedalam dunia modelling. Dia seolah kehabisan ide untuk berpose seperti apa lagi.

“Ayo relaks, enjoy, anggap aja laki you Jin iprit,” ujar photographer berwajah oriental itu disertai dengan tatapan jenaka.

Bukannya tersinggung, Kinanti malah terkekeh.

“Ngaco, dia terlalu sempurna buat disamain sama Jin iprit.”

“Abis ini beres kan?”

“Iya makanya you harus fokus.”

Kinanti menarik nafas mencoba menyingkirkan bayang-bayang Mahasa yang tertangkap oleh ekor matanya.

“Papa beli mainan yang banyak kan?” di atas pangkuan Mahasa, Megan bertanya.

Mahasa yang tengah memperhatikan Kinanti lantas langsung mengalihkan pandangannya ke arah Megan.

“Iya,” sahutnya.

Megan memainkan dasi sang ayah.

“Sama permen warna warni juga kan?”

“Iya,” sahut Mahasa lagi seraya merapikan anak rambut Megan.

“Kamu udah makan?”

Dengan wajah cemberut Megan menggeleng membuat Mahasa mengerutkan keningnya. Tampaknya Kinanti akan kembali kena semprot. Akan tetapi untung saja Amar langsung memberikan klarifikasi.

“Tadi udah dipesenin sama I-Ibu Bos tapi Non Megan gak mau. Maunya makan sama Bapak aja katanya.” Rasanya lidah Amar sangat kelu saat harus memanggil Kinanti dengan sebutan Ibu di depan Mahasa. Biasanya dia selalu berbicara ceplas ceplos.

Mahasa tampak mengerti, lantas dia bertanya kepada Megan.

“Mau makan apa?”

“Mau makan di restoran.”

Miss Rempong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang