Ditemani dengan satu gelas jus strawberry dan satu mangkuk salad buah Kinanti menikmati sabtu paginya dengan bersantai di halaman belakang sambil sesekali menyaksikan Megan yang tengah berenang bersama Mbak Ela.
Disaat-saat seperti ini hidup sebagai orang kaya memang tidak terlalu buruk. Menghabiskan waktu libur di dalam rumah mewah dengan segala keinginan yang sekali ucap bisa langsung terpenuhi atau kalau merasa bosan bisa langsung pergi kemanapun.
Ah ... semoga kedamaian ini tidak lekas berlalu.
“Spadaaaa ... hello ....”
Baru saja Kinanti berdoa, eh suara cempreng Amar sudah memenuhi rongga telinganya.
Awas saja kalau kedatangan Amar menghancurkan waktu santainya. Jangan sampai laki-laki kemayu itu datang dengan membawa kabar terkait jadwal syuting yang tiba-tiba.
“Yuhu ... sis.” Tiba-tiba saja Amar sudah berada di sebelah kursi santai yang Kinanti duduki sontak saja Kinanti terperanjat kaget.
“Ahmad Damara Wiraguna!” geramnya.
Kinanti membuka kacamatanya dengan kesal kemudian menatap Amar tajam.
“Mau bikin laki gue jadi duda dua kali, Mar?”
Bukannya takut, Amar malah cengengesan serta membenarkan letak poni yang sebenarnya tidak ada karena laki-laki yang kamana-mana selalu berpenampilan tidak kalah cetar dengan Kinanti ini memiliki potongan rambut semi pelontos.
“Sabar, tahan, gak pake emosi berapa sis?”
Kinanti mendelik lalu mengenakan kembali kacamatanya.
“Mau ngapain ke sini? Bukannya lo kemarin bilang mau liburan dulu?”
“Gak jadi, salahin tuh manajer yey yang telponin eike mulu. Harus anterin barang endorse, harus ambil baju, harus ini harus itu. Capek deh, gak ada gitu ketenangan sedikit pun.” Kali ini malah Amar yang terlihat misuh-misuh.
Semua ini gara-gara Kinanti yang tidak ingin menerima panggilan apapun dari sang manajer selama ia menikmati waktu libur. Pokoknya hari ini harus dihabiskan penuh dengan bersantai tanpa mengerjakan atau memikirkan apapun yang tidak dikehendakinya.
“Pokoknya hari ini gue mau full santai ya, Mar. Jangan diganggu,” sahut Kinanti antisipasi kalau tiba-tiba Amar menyuruhnya bersiap-siap untuk melakukan sebuah pekerjaan.
“Sayangnya gak bisa, Sis. Ada tugas yang harus dikerjain buat beli iket rambut Megan.”
Kinanti mengangkat sebelah tangannya, ia tidak ingin mendengar alasan apapun lagi terkait pekerjaan.
“Gak, gak bisa. Hari ini waktunya gue libur, gak bisa diganggu gugat.”
“Aduh Sis, sebentar doang yuk. Biar cepet kelar. Biar eike juga bisa santai. Terus itu juga baju buat besok belum dicobain lagi.” Amar ikut duduk di sebelah Kinanti kemudian memijat tangan bosnya, siapa tau ia mau meluangkan sedikit waktu liburnya untuk mengambil beberapa gambar dan video yang sudah ditagih oleh beberapa online shop.
Kinanti menyingkirkan tangan Amar. Lalu memutarkan kedua bola matanya.
“Mar, ini gimana sih? Masa jadwal gue gak teratur gini? Waktunya libur harusnya libur lah! Kebiasaan banget deh.”
Bukan sekali dua kali hal seperti ini terjadi. Setiap hari libur selalu saja ada sesuatu yang harus Kinanti lakukan yang berkaitan dengan pekerjaan misal mengambil gambar atau membuat video endorse meskipun hal itu tidak terlalu menghabiskan waktu lama tapi tetap saja membuat jengkel. Apalagi kalau ia sedang berupaya memperbaiki moodnya tapi malah direcoki dengan pekerjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Rempong
General FictionKinanti Wijaya atau orang-orang sering memanggilnya Kiwi merupakan mantan 3rd runner-up Miss Universe perwakilan dari Indonesia, semenjak menorehkan prestasi itu namanya semakin melambung di dunia hiburan Indonesia apalagi ketika dia dipercaya menja...