BAB 21 : Ya Sudah

85.3K 10.7K 580
                                    

Jangan lupa follow, vote, komen dan share 🌻🌻🌻

***

Kinanti mengerjapkan mata setelah Mahasa melepaskan tautan keduanya. Untuk beberapa saat keadaan hening, tidak ada yang membuka suara. Keduanya terlihat sibuk menghirup oksigen yang beberapa saat lalu seolah terlupakan.

“Oh ... wow,” ujar Kinanti kemudian, terdengar tidak percaya dengan kejadian yang ia alami barusan.

Meskipun hanya beberapa menit, akan tetapi ia sangat menyukainya. Ia menyukai momen-momen mendebarkan itu, dimana kupu-kupu serasa berterbangan di dalam perutnya.

Keduanya masih berada di jarak yang cukup dekat hanya terpaut beberapa senti saja dengan tangan Kinanti yang masih bertengger manis di bahu Mahasa begitu pula sebaliknya, tangan kekar itu masih melingkar di pinggang ramping Kinanti. Di posisi ini keduanya Telihat seperti dua orang yang tengah mabuk kepayang, tidak ingin melepaskan satu sama lain.

“Mmm ... kamu ... gak kerasukan setan kan?” menatap dalam kedua bola mata Mahasa, Kinanti bertanya dengan sedikit ragu soalnya jarang sekali Mahasa mau melakukan hal seperti ini apalagi tempatnya bukan di rumah.

Mendengar pertanyaan itu, suasana yang saat ini terasa intim seketika langsung kembali ke semula. Pertanyaan Kinanti benar-benar merusak suasana. Harusnya wanita itu mulai kembali dengan memberikan beberapa kecupan agar momen ini tidak berhenti begitu saja.

Mahasa terdengar mendengus, dengan raut wajah tampak kembali keruh ia menghapus jejak lipstik merah Kinanti yang sedikit belepotan di dagu perempuan itu.

“Lain kali pakai lipstik yang gak gampang belepotan.” Setelah mengatakan itu Mahasa sedikit menggeser tubuhnya.

Bukannya ikut memberi jarak, Kinanti malah semakin mendekat dengan mata yang memicing.

“Kenapa? Mau lagi tapi takut cemong? Aku ada kok lipstik yang stay terus. Aku pake nih kalau mau lagi.” Kinanti menyeringai dengan kedua alis yang naik turun.

Dengan jarak yang sangat dekat ini pada akhirnya Mahasa mendorong kening Kinanti dengan jari telunjuknya untuk sedikit menjauh karena suasananya benar-benar sudah tidak mendukung.

Mahasa membuka kancing lengan kemejanya kemudian menggulung hingga ke siku setelah itu meraih sendok dan garpu guna menyantap hidangan di hadapannya yang telah di siapkan oleh Kinanti daripada meladeni pembicaraan perempuan itu yang terdengar seperti tengah menggodanya.

“Nah gitu makan, biar gak marah-marah terus.” Kinanti menepuk-nepuk punggung Mahasa dengan bangga.

“Gimana enak gak cuminya? Itu menu kesukaan aku loh.”

Mahasa mengangguk disela kunyahannya. Kemudian meraih botol air minum yang dengan buru-buru Kinanti buka. Ini semua merupakan bentuk untuk menyenangkan suami supaya suami senang, uang terus mengalir, dan tentunya setia.

Pokoknya setelah tadi bertemu dengan keluarga mantan istri dari Mahasa, Kinanti bertekad untuk lebih baik lagi dalam memperlakukan Mahasa, jangan sampai dirinya kalah saing. Apalagi ia tidak tahu, apakah selama ini Mahasa membandingkan dirinya dengan sang mantan istri? Kalau pun iya, Kinanti harus lebih unggul dalam segi apapun.

“Ini semua beli?” tanya Mahasa setelah menenggak air minumnya.

“Iya. Kamu mau aku masakin menu ini di rumah? Meskipun aku gak jago banget masak, tapi aku bisa kok.”

Mahasa menggeleng, “gak usah.”

Masakan Kinanti memang tidak pernah mengecewakan hanya saja kebanyakan masakan istrinya itu selalu pedas dan pedasnya tidak kira-kira. Maka dari itu sangat jarang sekali Mahasa menyuruh Kinanti untuk memasak apalagi tanpa bantuan ART.

Miss Rempong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang