Jangan lupa follow, vote dan komen 🌻🌻🌻
Sebenernya aku punya kriteria sendiri buat update cerita ini. Kayak, vote lebih banyak dari bab sebelumnya gitu wkwk
***
Setelah kepulangannya dari rumah sakit kemarin sore, sesuai perintah Kinanti beserta ancamannya mau tidak mau Mahasa menghabiskan waktu seharian ini di rumah. Rasa bosan sesekali menghampiri karena biasanya di waktu libur pun ia akan menyempatkan waktu untuk mengotak-atik laptopnya selama beberapa jam tapi hari ini segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan sudah Kinanti singkirkan bahkan ruang kerja milik Mahasa sudah terkunci rapat. Nampaknya kali ini istrinya itu tidak main-main.Mahasa terlihat beberapa kali menguap lalu menutup satu buah buku yang telah selesai ia baca. Untung saja Kinanti tidak melarangnya untuk membawa beberapa buku dari ruang kerjanya.
Jika berbicara tentang power dan statusnya di rumah ini secara logika Mahasa bisa saja menentang ultimatum Kinanti. Namun entah kenapa untuk saat ini keinginannya untuk menentang wanita yang sering kali menguras isi ATM-nya seolah ditiadakan. Ia patuh dan tidak banyak melakukan protes.
Dari tempat duduknya sesekali Mahasa memperhatikan anak dan istrinya yang tidak pernah berhenti berselisih. Keduanya saat ini tengah duduk lesehan di depan televisi sambil mencoret-coret buku gambar. Tampaknya Megan telah kembali menekuni hobi lamanya yaitu menggambar.
“Ih tante Kiwi ini gambar apaan?” dengan kernyitan di dahi Megan menunjuk gambar yang dibuat oleh Kinanti untuk ia beri warna.
“Ini ceritanya bebek, Megan. Ini induknya, nah yang kecil ini anak-anaknya.” Kinanti menunjuk satu persatu gambar buatannya dengan semangat.
Raut wajah Megan terlihat semakin keruh dengan alis yang menukik.
“Masa bebek kayak gini sih tante Kiwi. Terus aku warnainya di mana? Ini kayak tengkorak, gak bagus! Anak-anaknya juga kayak siput! Gambarnya jelek tante Kiwi ih, aku gak suka!” protes Megan dengan sangat jujur yang terdengar seperti sebuah rengekan, tampaknya ia sudah lelah menghadapi ibu tirinya yang katanya pandai menggambar tapi ternyata sedari tadi gambarnya tidak ada yang bagus.
Melihat Megan yang misuh-misuh malah membuat Kinanti tertawa sambil kembali mengoreksi gambar buatannya. Sedari dulu ia memang sangat payah dalam hal menggambar tapi karena melihat Megan yang tampak luwes mencoret-coret buku gambar dan tab ia menjadi tertarik untuk mencobanya lagi. Bahkan ia bertindak seperti juri handal yang mengomentari gambar buatan Megan sampai anak itu kesal lalu menyuruhnya untuk menggambar. Tentu saja dengan senang hati Kinanti mencobanya, siapa tahu diumur yang sudah dewasa ini skill menggambarnya ada peningkatan meskipun hanya sedikit, tapi ternyata tetap saja ia hanya bisa menggambar dua gunung beserta sawah dengan jalan di tengahnya.
“Padahal gambarnya bagus loh, Megan. Bebek legend dan simple.” Kinanti mencoba meyakinkan Megan karena ia rasa gambarnya tidak terlalu buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Rempong
General FictionKinanti Wijaya atau orang-orang sering memanggilnya Kiwi merupakan mantan 3rd runner-up Miss Universe perwakilan dari Indonesia, semenjak menorehkan prestasi itu namanya semakin melambung di dunia hiburan Indonesia apalagi ketika dia dipercaya menja...