BAB 51 : Menunduk Meraung

54.4K 8.9K 423
                                    

Jangan lupa, follow, vote, komen dan share yaaaa 🌻🌻🌻

Baca cerita ini lebih seru sambil dengerin lagu Bunga Citra Lestari : Sunny

***

“Belum ada kabar juga, Jun?” tanya Kinanti dengan suara yang sudah terdengar serak.

Matanya terlihat bengkak dengan wajah yang pucat. Dari semalam ia tidak lanjut tidur, ia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menangisi Mahasa.

Asisten dan Manajernya sudah ada bersama Kinanti sejak semalam dihubungi oleh Mbak Ela.

Juna yang sedari tadi mondar mandir guna menghubungi orang-orang kenalannya untuk membantu mencaritahu Mahasa lantas menoleh.

“Belum, Bu,” jawab Juna yang kembali membuat Kinanti menangis.

Terhitung sudah sepuluh jam Mahasa menghilang dan karena hari sudah tengah malam pencarian Mahasa sempat dihentikan lalu akan dilanjutkan kembali ke esokan harinya, namun hingga detik ini orang-orang suruhan Juna masih terus mencari tanpa adanya jeda. Semua orang Juna kerahkan untuk membantu mencari bosnya. Jangan sampai Mahasa hilang karena ulah dari keluarga Argajati sendiri.

“Sabar, Sis. Pak Bos pasti ketemu kok. Mungkin dia lagi nenangin pikiran di suatu tempat,” ujar Amar seraya mengelus bahu Kinanti. Ia ikut iba melihat Kinanti yang sudah seperti mayat hidup.

Untuk saat ini, ingin sekali Kinanti mempercayai ucapan Amar hanya saja ia kembali teringat dengan konflik yang terjadi di dalam keluarga Argajati.

Kalau sampai Mahasa ikut ditumbalkan untuk menutup keburukan yang terjadi di dalam keluarga Argajati, demi Tuhan, seujung rambut pun Kinanti tidak akan rela.

“Kenapa harus sampai kayak gini, Mar?” ujar Kinanti disela tangisannya.

Amar memeluk Kinanti dengan erat, di sisi sebelahnya Mbak Nike juga ikut memeluk Kinanti.

***

Berita menghilangnya Mahasa secara misterius telah sampai ke telinga Mahendra dan Widya. Tapi untung saja dengan kuasa yang Mahendra miliki ia berhasil membungkam media yang hendak memberitakan kehilangan itu ke khalayak ramai.

Masyarakat tidak boleh tahu Mahasa menghilang. Karena hal itu bisa mempengaruhi nilai saham seluruh perusahaan yang berada di bawah naungan Argajati, belum lagi banyak kerja sama yang dalam waktu dekat hendak dilakukan.

Tidak jauh berbeda dengan Kinanti, dari semalam Widya juga turut serta menangisi menghilangnya Mahasa.

Ceklek!

Pintu kamar terbuka, lalu munculah sosok yang dari kemarin ia tunggu kepulanganya. Mahendra Argajati memasuki kamar dengan raut wajah datarnya seolah berita hilangnya Mahasa tidak mempengaruhi perasaannya sama sekali.

Melihat kedatangan Mahendra, Widya segera beranjak dari atas ranjang. Dengan tenaga yang tersisa ia langsung mendorong tubuh Mahendra hingga laki-laki paruh baya itu mundur beberapa langkah.

“BIADAB! KEMBALIKAN ANAK SAYA! KEMBALIKAN ANAK SAYA!” jeritnya seraya memukul dada Mahendra bertubi-tubi.

Mahendra sama sekali tidak terlihat terusik. Ia malah dengan mudah menghempaskan tangan Widya yang mengotori jas mahalnya sampai Widya jatuh tersungkur di lantai.

Miss Rempong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang