BAB 5 : Gangguan Mantan (Revisi)

91.5K 8.9K 504
                                    

Jangan lupa follow, vote dan komen yang banyaaaak ya, makasii ♡♡
*

*****

“Mbak Kiwi gimana tanggapannya terkait postingan Mbak Clara tadi malam?”

“Mbak Kiwi udah liat postingan Mbak Clara belum?”

“Terkait postingan Mbak Clara apa itu sindiran buat Mbak Kiwi sama Pak Lingga? Buka suara dong mbak biar gak salah paham.”

“Mbak tolong dong konfirmasinya, emang bener Mbak Kiwi larang Mbak Clara buat ketemu anaknya?”

Lagi dan lagi, sepertinya setelah menikah dengan salah satu anggota keluarga Argajati wartawan-wartawan ini semakin hari semakin banyak saja mengerubunginya, dimulai dari menanyakan masalah fashion, kecantikan, lifestyle dan lain-lain. Bahkan apapun yang dia pakai akan selalu menjadi trendsetter, karirnya juga semakin melejit sehingga banyak yang memintanya untuk menjadi brand ambassador.

Siang ini setelah menjemput Megan, Kinanti langsung pergi ke studio Artv guna melakukan syuting talk show. Tapi sayang, ketika hendak memasuki gedung dirinya sudah disambut oleh wartawan yang menanyakan tanggapannya terkait postingan mantan istri dari Mahasa yang tadi malam berkoar-koar tentang hak seorang ibu yang tidak bisa bertemu dengan anaknya.

Tentu saja orang-orang langsung mengaitkan hal tersebut dengan rumah tangga Kinanti dan Mahasa yang baru saja menginjak usia dua minggu. Dia sendiri baru tahu kabar ini dari manajernya tadi pagi.

“Aduh maaf ya mas, mbak, saya yang gak tau apa-apa jelas kaget denger berita ini bahkan sampai ada yang nuduh kalau saya yang gak biarin Mbak Clara ketemu sama anaknya. Jujur aja saya gak pernah larang siapapun termasuk Mbak Clara buat ketemu sama anaknya. Suami juga tadi pagi saya tanyain tentang masalah ini, beliau juga kaget karena emang gak pernah larang Mbak Clara.”

Awalnya Kinanti ingin bungkam karena menunggu konfirmasi dari Clara secara pribadi terkait postingannya yang berhasil membuat huru-hara itu. Karena desakan yang terus menerus dia dapatkan akhirnya Kinanti memilih membuka suara sebelum asumsi tersebut semakin liar. Kinanti tentu tidak akan diam saja kalau terdapat sesuatu yang tidak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.

“Terus postingan itu ditunjukkan buat siapa, Mbak?” tanya salah satu wartawan yang terdengar jelas di telinganya.

Konyol. Apa tidak ada pertanyaan lain?

“Aduh saya juga kurang tau, coba tanyain langsung ke Mbak Claranya,” jawab Kinanti seraya berjalan untuk keluar dari dalam kerumunan setelah beberapa security akhirnya datang membantu membuka jalan.

“Kira-kira ada rencana untuk bertemu mbak Clara nggak, Mbak?” tanya wartawan lagi seolah tidak ada habisnya mencecar Kinanti.

Kinanti hanya tersenyum seolah tidak mendengar karena semuanya dia serahkan kepada Mahasa. Sudah cukup dirinya memberi saran kepada Mahasa untuk membicarakan masalah ini dengan Clara, selebihnya biar laki-laki itu yang bertindak.

“Permisi ya mas, mbak ...,” ujar Kinanti sebelum pada akhirnya dia berhasil lolos dari kejaran wartawan tersebut.

Kinanti menerima uluran tisu dari Amar. “Pusing deh gue lama-lama,” gerutunya setelah berada di dalam lift menuju lantai 8.

“Harusnya tadi lo diem aja biar laki lo nanti yang jelasin. Mungkin aja mereka berdua masih ada masalah yang belum selesai yang nggak lo tau,” sahut Nike yang menilai tindakan Kinanti terlalu berani.

Kinanti mendelik. “Gak bisa dong, gue gak bisa diem aja waktu mereka sangkut pautin nama gue, apalagi sampe dituduh kayak gitu. Kalau gini terus bisa makin rusak citra gue di depan publik.”

Miss Rempong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang