19. Kesedihan

349 16 5
                                    

Beberapa hari ini Keysha terlihat tak bersemangat. Pertemuannya dengan Fariz sukses mengubah harinya. Tak ada lagi senyuman, hanya wajah murung yang terpampang jelas. Rasa bersalah yang sejak dulu coba ia hapus kini kembali muncul.

Di hadapannya kini ada bayangan dirinya. Wajah itu, persis dengan Kayla. Kayla, sosok yang selama ini ia lindungi.

"Selama ini gue bersikap seperti lo. Gue selalu tersenyum, ramah ke orang-orang, dan ceria. Lo tahu kenapa? Karena gue kangen. Setiap kali gue bercermin, gue cuma mau lihat lo di sana. Tapi rasanya usaha gue nggak berguna, nyatanya lo dan gue berbeda." Keysha menarik napas dalam, lalu membuangnya kasar.

"Kita nggak sama." Air mata yang sempat tertahan, kini mulai jatuh ke pipinya. Rasa sesak itu kembali.

Keysha kembali memasuki titik terendah dalam hidupnya. Sebelumnya ia pernah merasa tak berguna. Rasa sakit itu, tak bisa ia lupakan.

Di saat matanya terbuka setelah sekian lama terbaring di rumah sakit, Keysha mendapat kabar buruk. Belum pulih dari sakitnya, saat itu Keysha malah mendapatkan kabar buruk. Seakan istilah 'sudah jatuh tertimpa tangga' sama dengan yang ia alami. Dan semua ini karena dirinya. Keysha lah akar masalah.

"Key, gue beliin lo donat. Mau nggak?" Suara yang terdengar dari luar kamarnya tak membuyarkan lamunan Keysha. Gadis itu setia menatap pantulan dirinya.

"Key?"

Tok! Tok! Tok!

Tak mendapatkan jawaban, orang tersebut membuka pintu. Untungnya pintu itu tak terkunci sama sekali.

"Lo ngapain di depan cermin? Gue beliin donat." Saat orang itu memegang pundak Keysha lah, gadis itu tersadar.

"Eh?" Keysha terperanjat kaget.

"Lo mikirin apa?"

Keysha berbalik dan melihat  orang tersebut. "Kak Aqsa?"

"Bukan, ini gue hantu," celetuk Aqsa kesal.

Keysha membuang napas panjang. Lantas ia duduk di pinggir kasur dengan tatapan lurus ke depan.

Aqsa pun mengikuti ke mana Keysha. Ia duduk di sebelahnya sembari menatap wajah sang adik yang terlihat berbeda hari ini. Sebelumnya ia ke sini karena Papanya Keysha menelepon dan memberi tahu sejak sepulang sekolah Keysha terlihat murung.

"Ada masalah di sekolah?" tanya Aqsa seraya memegang bahu Keysha.

"Keysha lelah. Sampai kapan Keysha bertingkah sebagai korban? Kenyataannya Keysha adalah pelaku. Kecelakaan itu ...." Keysha terisak di dalam pelukan Aqsa. Sementara laki-laki itu tertegun mendengar ucapan adiknya itu. Apa yang baru saja ia katakan?

"Key?" Aqsa melepaskan pelukan Keysha untuk melihat mata gadis itu. Namun, Keysha enggan mengangkat wajahnya.

"Keysha penyebab kecelakaan itu," lirih Keysha.

Darah Aqsa mendidih saat sang adik mengatakan hal demikian. Bukan karena Keysha yang mengatakan bila dirinya penyebab kecelakaan itu, melainkan karena Aqsa telah lalai dalam menjaga Keysha. Seharusnya ia mengawasi kegiatan Keysha sehingga adiknya itu tak berpikiran seperti itu lagi. Aqsa yakin ada alasan kuat sampai-sampai Keysha berkata demikian.

"Kak Aqsa ...." Keysha terus menangis sambil memanggil nama Aqsa.

"Lihat gue." Aqsa memegang kedua pundak Keysha dan menatap matanya.

"Apa yang lo katakan tadi? Lo penyebab kecelakaan itu? Kalau lo penyebabnya tunjukan buktinya ke gue."

Ucapan Aqsa mengejutkan Keysha. Gadis itu menatap Sang Kakak tak percaya. Dia yang selama ini mengatakan bila itu murni kecelakaan kini malah meminta bukti bila Keysha penyebab kecelakaan itu.

"Key ... Keysha merasa ...." Ucapan Keysha menggantung karena tatapan Aqsa yang mengintimidasi dirinya.

"Lo nggak bisa buktikan, bukan? Cukup Key! Apa lo nggak capek terus menerus menyalahkan diri lo sendiri. Kalau lo memang nggak peduli dengan hidup lo sendiri, setidaknya pikirin orang yang ada di sekitar lo," ucap Aqsa dengan menggebu-gebu.

Keysha semakin terpojok dengan setiap ucapan Sang Kakak. Tidak, Aqsa tidak salah. Dirinya yang salah.

"Keysha minta maaf," ucapnya dengan kepala tertunduk.

Aqsa membuang napas kasar. Ternyata adiknya masih belum memahami arti ucapannya itu. Aqsa memegang tangan sang adik, sehingga kepala Keysha terangkat otomatis.

"Apa yang gue bilang tadi?"

Keysha menatap Aqsa dengan tatapan penuh tanda tanya. Aqsa yang paham gerak-gerik Sang Adik pun berdecak kesal.

"Lo lihat itu!" Aqsa mengarahkan telunjuk ke sebuah foto yang tergantung di dinding. Di mana terdapat seorang gadis dan Sang Papa sedang tersenyum bahagia.

"Apa lo pernah lihat senyum itu lagi?" Aqsa menarik Keysha mendekati foto tersebut.

Keysha tertegun mendengar pertanyaan Aqsa. Mengapa ia sampai lupa akan kebahagiaan Sang Papa. Selama ini ia hanya fokus pada penyesalan dan pemberitaannya saja tanpa mau melihat ke belakang.

Tanpa sadar air mata mulai membasahi pipi mulus gadis yang menatap foto yang tergantung di dinding kamarnya. Tangisnya pecah saat Aqsa memegang pundaknya. Keysha memeluk Sang Kakak erat. Lihatlah betapa bodohnya Keysha mengabaikan orang yang peduli dan sayang padanya.

"Gue tahu berat untuk lo melupakan kecelakaan itu. Tapi gue hanya mau lo bangkit." Aqsa mengelus punggung Keysha lembut.

"Bantu Key, Kak."

...

Assalamualaikum, gaes. Maaf banget baru bisa update. Aku lagi sibuk belajar untuk utbk dan alhamdulillah sudah selesai. Doain ya semoga aku bisa lolos sbmptn. Jangan lupa dukung cerita ini kalau kalian suka. ❤ untuk kalian yg setia nungguin Keynand.

Keynand [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang