Pernikahan alex--papa Keysha--tinggal menghitung jam saja. Kesibukan pihak keluarga menyiapkan segala sesuatu menimbulkan suara ricuh.
Beberapa orang mondar-mandir mempersiapkan semuanya dan sebagiannya lagi sedang duduk santai di taman belakang rumah. Tanpa berinisiatif membantu mereka malah berbincang-bincang. Ah, lupakan!
Dari sekian banyaknya manusia yang berada di rumah mewah ini, tak terlihat wujud gadis ramah nan cantik itu. Entah ke mana keberadaannya.
Aqsa sudah mencari di segala tempat, tapi tidak kunjung menemukan keberadaan Keysha. Gadis ini menghilang di saat yang salah. Aqsa terus menelusuri seisi rumah, bahkan ia sampai memeriksa kolong meja, kursi, dan celah-celah lainnya. Nggak tahu motivasi dari mana Aqsa mencari Keysha di celah-celah rumah.
Akhirnya, ia menyerah mencari keberadaan Keysha. Aqsa terduduk di kamar Keysha, dan melihat sekeliling. Melihat beberapa foto Keysha, dan Kayla sedang tersenyum bahagia. betapa bahagianya mereka di foto itu. Kini hanya tersisa satu diantara senyuman itu.
Aqsa memejamkan mata menahan duka yang masih belum pergi. Kini salah satu Bintang sudah tak ada di sisinya, hanya tersisa satu yang terlihat redup. Tak bersinar karena kehilangan salah satu temannya sekaligus adiknya untuk bersinar.
Tiba-tiba terlintas dipemikiran Aqsa jika Keysha berada di rumah pohon. Tanpa berpikir panjang, Aqsa berlari keluar dan menerobos semua orang yang ia lewati. Sayangnya langkahnya terhenti karena tangannya di cekal seseorang.
"Kamu lihat Keysha?" Ya, itu Alex papa Keysha. Alex sama seperti Aqsa, sama-sama mencari keberadaan Keysha yang menghilang setelah salat.
"Aqsa lagi nyari, om tenang aja, Keysha pasti ketemu."
Aqsa tersenyum meyakinkan, dan menunduk hormat. Setelah itu ia bergegas menuju rumah pohon.
Seakan sedang berlomba, Aqsa tak membiarkan ada satu pun orang yang mengalahkannya. Padahal tak ada orang yang berada di jalanan, terlebih lagi ini hari minggu dan masih terbilang pagi untuk beraktivitas.
Ia terus berlari seraya mengatur napas yang tak beraturan. Secara tiba-tiba ia menghentikan larinya. Mencoba mengatur napas.
Matanya melirik ke sebelah kanan dengan penuh kebencian.
"Kenapa masih berkeliaran di sekitar sini? Gue udah bilang menjauh. Jauhin Keysha! Lo udah janji, Gue nggak mau lo dekat-dekat adek gue. Pengkhianat." Aqsa kembali melirik dengan sorot tajam. Bak elang yang mendapatkan mangsa Aqsa terus melirik tajam.
Orang itu hanya diam dan terlihat menghela napas panjang. Bibirnya terlihat bungkam.
Tanpa pamit Aqsa kembali berlari menuju taman. Tentunya dengan ekspresi kemarahan. Disatu sisi Keysha menghilang entah kemana, dan disisi lain orang itu berada di sekitaran rumah Keysha.
Tepat di depan taman Aqsa menghentikan langkahnya. Matanya langsung tertuju ke rumah pohon. Ya, benar saja Keysha sedang terduduk di tangga rumah pohon.
Aqsa berjalan mendekatinya. Ia sengaja berjalan dengan menimbulkan suara yang dapat menyadarkan Keysha dari lamunannya. Nihil, Keysha masih saja melamun.
Bahkan saat Aqsa berada di hadapan Keysha, gadis itu masih tidak menyadari keberadaan Aqsa. Gadis murah senyum itu terlihat sedih, bingung, dan cemas. Entah apa yang sedang ia lamunkan.
"Ekhmmm," dehem Aqsa.
Cara itu tak juga menyadarkan Keysha.
"KEYSHA AULIA RADIATA," teriak Aqsa sekencang mungkin, sampai-sampai orang yang sedang melewati taman melihat ke arah mereka.
Suara teriakan Aqsa memasuki indra pendengaran Keysha. Yang tadinya melamun kini sedang mengatur detak jantungnya karena terkejut.
Keysha melirik tajam, dan memukul lengan Aqsa. Abangnya yang satu ini selalu menganggu disaat yang tidak tepat.
"Ada apa, sih?" tanya Keysha kesal.
"Dicariin dari tadi juga, ngapain di sini?"
Keysha menghela napas mengingat tujuan ia ke taman ini. Tangannya secara spontan mengepal novel yang ada di ganggamannya hingga beberapa halaman terlipat, bahkan nyaris sobek.
"Nggak papa." Ah! Jawaban yang dikatakan bila sedang tidak baik-baik saja. Aqsa bukan orang bodoh yang tak mengerti bahasa perempuan. Di saat berada disuatu keadaan terburuk dalam hidupnya, dia akan menjawab 'nggak papa'. Jawaban yang memiliki arti mendalam. Jawaban secara nggak langsung mengajak sang pendengar untuk mengerti keadaan.
"Gue nggak sebodoh itu sampai-sampai saat lo bilang nggak papa gue percaya," cibir Aqsa.
Keysha tersenyum tipis. Walau seribu kebohongan ia keluarkan, tak akan mampu membuat Aqsa percaya. Aqsa tahu kapan Keysha butuh sandaran dan tidak.
"Key habis baca novel yang judulnya 'Nabastala Merindu', awalnya Key merasa kalau cerita yang ada di dalam novel itu seperti kisah hidup Key dan Kayla. Tetapi saat sampai di pertengahan Key yakin sesuatu. Key coba membuktikan keyakinan Key dengan cara membaca semua halaman yang ada di buku itu."
Diawal saat Keysha bercerita Aqsa tampak biasa saja. Bahkan ia menduga Keysha sedih karena novel yang dibacanya. Ternyata tidak. Pernyataan yang diutarakan Keysha tidak bisa dicerna dengan baik oleh Aqsa. Apa maksud dari kata-kata Keysha? Terdengar aneh di telinga Aqsa.
"Ini nih efek pagi-pagi udah keluyuran, ngomongnya ngelantur."
Keysha menghela napas. Ini sudah ia duga sebelumnya. Aqsa tak akan percaya. Keyakinannya tidaklah tanpa alasan. Banyak alasan yang memperkuat. Salah satunya saja terlihat dari judul di novel itu, judul yang menyiratkan bahwa sang penulis merindukan seseorang. Memang Kayla tidak mempunyai hobi yang bersangkutan dengan kepenulisan, tapi tak menunutup kemungkinan Kayla ingin menulis. Ah! Rasanya ini kemustahilan yang tak akan jadi nyata.
"Mending baca aja deh," ucap Keysha.
Tanpa basa-basi Keysha memberikan novel itu ke Aqsa dan pergi tanpa pamit.
Aqsa terdiam di tempat. Apakah benar apa yang dikatakan keysha?
Aqsa melihat dengan seksama novel bersampul kuning. Sampulnya persis seperti warna kesukaan Kayla. Setelah itu ia fokus ke judul. Judul pada novel ini selalu diucapkan Kayla dulu saat merindukan seseorang.
Ketika logika dan hati tidak sejalan, di saat itu sulit untuk melihat kebenarannya.
Pada akhirnya Aqsa berniat mengembalikan buku tersebut. Logikanya terus berkata tidak.
Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Keynand [END]
Roman pour AdolescentsKisah seorang gadis yang berjuang mengobati luka yang berasal dari masa lalu. Bayangan masa lalu kerap menghampirinya sehingga ia berubah menjadi sosok yang berbeda. Orang lain akan menganggap dialah orang yang paling bahagia. Namun, itu hanya keboh...