42. Perintah Alex

197 8 2
                                    

"Pak Ari gimana? Saya sudah larang Pak Ari untuk mengawasi Keysha keluar rumah. Pak Ari malah membiarkan dia pergi." Alex berteriak frustrasi. Ia begitu terkejut saat mendapatkan telepon bila Keysha mengalami kecelakaan.

Sarla yang berdiri di sebelah Alex memegangi pundak sang suami. "Mas, sabar. Tadi Keysha udah pamit sama saya, dia janji cuma sebentar—"

"Kenapa? Saya sudah bilang Keysha jangan keluar rumah, kamu tahu apa alasannya, bukan? Kenapa? Kenapa?"

Alex berjalan menjauh dari Sarla dan Pak Ari. Ia duduk di kursi yang berada di ruang inap Keysha. Gadis itu tidak apa-apa, kecelakaannya tidak begitu serius. Keysha saat ini pingsan dikarenakan syok.

Suara derap kaki seseorang yang terdengar begitu keras membuat mereka bertiga teralihkan. Terlihat Maura dan Aqsa jalan menuju Sarla dan Pak Ari.

"Bunda, gimana Keysha?" tanya Maura.

"Tante, Keysha nggak papa 'kan?" Aqsa pun ikut bertanya dengan deru napas yang tidak beraturan.

Sarla mengangguk sembari tersenyum. Barulah Maura dan Aqsa menghela napas lega.

"Di mana Key?" tanya Aqsa.

"Di dalam, dia baru saja minum obat dan lagi tidur. Dokter bilang setelah bangun, Keysha dibolehkan pulang."

Aqsa mengangguk paham. Matanya tak sengaja melihat ke arah Alex yang sedang menunduk dengan kedua sikut tertumpu pada kedua pahanya.

Pemuda itu berjalan mendekati Alex yang tampak gusar. Aqsa berjongkok demi mensejajarkan tingginya dengan Alex.

"Om jangan khawatir, Keysha nggak papa."

Alex mengangkat wajahnya dengan senyuman hambar. "Nggak, om nggak bisa tenang sebelum orang itu masuk penjara! Kamu tahu orang itu terus mengancam om dan kecelakaan ini juga bukti ancaman dia."

Ucapan Alex membuat Aqsa memundurkan tubuhnya karena terkejut. Kedua tangannya terkepal kuat. Sorot matanya mulai berubah.

"Aqsa kira dia udah berhenti, ternyata belum. Om tenang aja, Aqsa lagi ngurus surat pengunduran diri dari kampus supaya bisa fokus mencari bukti kejahatan dia."

"Kamu nggak perlu mengundurkan diri, apa yang dipikirkan Keysha nanti?"

"Sekarang keselamatannya yang terpenting bukan apa yang dipikirkannya."

Setelah percakapan itu, mereka berdua sama-sama terdiam. Namun, sorot khawatir, marah, dan sedih terpancar jelas pada kedua wajah laki-laki yang usianya terpaut jauh.

"Mau, tolong beliin teh di kantin," titah Sarla pada Maura. Mereka berdua saat ini berdiri tepat di jendela ruang rawat Keysha.

Maura mengangguk dan pergi menuju kantin.

Sementara Pak Ari menyandarkan tubuhnya di dinding. Ia melirik ke arah Alex, ingin sekali dirinya menyampaikan apa yang Keysha dan dirinya lihat tadi. Sayangnya Pak Ari saat ini terikat janji dengan Keysha. Bila tidak ia akan menceritakan semuanya.

KEYNAND

"Kamu tahu betapa khawatirnya papa? Kenapa kamu keluar? Papa udah larang."

Keysha tidak menjawab gadis itu hanya tersenyum. "Maaf, Keysha cuma mau–"

"Apa yang saat ini kamu lakukan?!"

Diam. Keysha tidak menjawab. Ingin sekali dirinya menjelaskan pada Alex. Tapi tidak, ini belum saatnya. Akan sangat berbahaya bila banyak orang yang tahu.

Keynand [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang