44. Surat dan Darah

199 10 7
                                    

Seminggu sudah Pak Ari tidak datang ke rumah Keysha. Keysha tidak bisa pergi ke mana-mana bahkan untuk sekolah saja ia harus di antar jemput oleh papanya sendiri. Alex berusaha kerasa menyisihkan waktu untuk mengantar dan menjemput putrinya.

Saat ini Keysha duduk di kursi meja makan sembari memotong sayuran yang baru saja dibeli Sarla dari pasar.

"Bunda mau masak apa?" tanya Keysha sembari memotong wortel memanjang tipis-tipis.

"Bakwan, kamu suka?" tanya Sarla.

Keysha mengangguk. Keysha mulai candu dengan masakan Sarla. Ternyata Sarla memiliki keahlian memasak yang patut di acungi jempol. Keysha bahkan menjadi jarang masak dan memilih membantu saja karena ia ingin menikmati masakan Sarla setiap hari.

"Oiya, Kak Aidan hari ini pulang?"

Ah iya, ini hari Jumat. Biasanya Jumat malam Aidan akan sampai di rumah.

"Iya, dia request ke bunda dimasakin bakwan. Makanya bunda masakin. Kamu mau makan apa, Key? Ah iya, soto tadi masih ada dan udah bunda angetin juga."

"Makan soto aja, Bun. Key suka banget sama sotonya apalagi ada bakwan, pasti enak."

Keysha mengacungkan jempolnya dengan senyuman lebar.

"Besok Pak Ari balik kerja, kamu jangan keluar dulu, ya? Papa kamu masih khawatir semenjak kecelakaan kemarin. Kalau mau keluar bilang ke bunda atau Maura biar dianterin."

Keysha membuang napas pasrah. "Iya," gumam Keysha pelan.

Sarla paham apa yang dirasakan Keysha, tetapi apa dayanya. Ini semua demi keselamatan Keysha sendiri. Terlalu bahaya untuk gadis itu keluar sendirian.

"Bunda, katanya papa beliin Key buku?" Keysha teringat akan ucapan Alex kemarin, karena Keysha tidak keluar rumah Alex sering membelikannya novel ataupun buku non-fiksi untuk dibacanya. Maura juga sering mendapatkan hadiah dari Alex.

"Iya, ada di meja kerja papa kamu, katanya di dekat rak buku." Sarla menunjuk ke arah ruang kerja Alex.

Keysha yang sudah memotong wartel buru-buru mencuci tangan. Ia tidak sabar membaca buku yang dibelikan Alex. Selama di rumah saja, Keysha semakin lupa waktu karena membaca buku.

Tibalah Keysha di ruang kerja yang bernuansa earth tone. Ruangan ini yang paling Keysha sukai selain perpustakaan miliknya. Suasana di sini sangat nikmat untuk dirinya membaca buku. Sayangnya ia tidak diizinkan terlalu lama di sini.

Keysha sedikit kesusahan mencari bukunya di antara banyaknya buku Alex. Entah di mana buku tersebut. Terlebih lagi Keysha tidak tahu judul bukunya. Alhasil gadis itu harus mencari dan meneliti setiap buku hingga ia terpaku pada sebuah paper bag yang berada di atas kursi. Tanpa menunggu waktu lama lagi Keysha berlari menghampiri paper bag itu sehingga karena terburu-buru ia tidak sengaja menyenggol sebuah map yang berada di atas meja. Kertas-kertas yang berada di dalam map berhamburan di lantai.

Gadis itu mengutip setiap kertas yang berhamburan di lantai sembari menyusunnya rapi di dalam map. Hingga gadis itu menemukan sebuah kertas yang terlihat aneh. Entah cat atau darah menghiasi setiap sisi kertas itu. Penasaran apa itu, Keysha mengambil kertas yang tergeletak di bawah kursi. Jantungnya berdebar kencang seakan ingin copot. Keysha sedikit kesusahan bernapas.

"Apa ini?" lirih Keysha dengan tangan yang bergetar mengenggam kertas yang sudah dipastikan dilapisi oleh darah.

Ini memang bukan darah anakmu, tapi suatu saat saya akan mengirim surat dengan bertinta darah Keysha. Kayla sudah pergi, Riska yang saya harapkan tetap hidup sudah meninggalkan gara-gara kamu nggak becus menjaganya. Kamu dan anak kamu itu nggak pantas hidup di atas penderitaan saya.

Sebelumnya kamu sudah merenggut calon istri saya Riska. Setelah saya mencoba mengikhlaskan dia, ternyata kamu berusaha menghancurkan bisnis saya. Kamu berhasil buat saya bangkrut saat ini tapi lihat sekarang? Saya lebih sukses. Saya berusaha mendapatkan Riska kembali sebagai pembalasan dendam, tapi sayangnya dia jatuh dalam pesona burukmu itu.

Bisa-bisanya kamu menikah lagi setelah istrimu meninggal. Dasar tidak setia!

Jadi ini alasan dibalik kecemasan Alex belakangan ini. Pantasan ia menjadi sensitif belakangan ini.

Keysha mengepal tangannya kuat menahan kobaran amarah yang menyala di dalam tubuhnya. Matanya memerah karena marah. Cukup selama ini ia diam. Tidak, terlalu banyak korban karena ambisi bodoh ini. Keysha harus menghentikan semua ini.

Gadis itu berlari menuju kamarnya yang mendapat tatapan bingung dari Sarla yang hendak ke kamarnya untuk mengambil ponsel. Ia sedikit bingung, tapi ia teringat bila Keysha mendapatkan buku barunya. Pasti ia senang karena itu.

Di sisi lain, Keysha mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Cukup lama dirinya menunggu telepon tersebut di angkat. Setelah di angkat pun Keysha harus menunggu lagi karena orang yang menjadi tujuan Keysha menelepon sedang belajar.

Hampir lima menit Keysha menunggu, akhirnya ia mendapatkan jawaban dari seberang saya.

"Assalamualaikum, ini siapa, ya?"

Keysha cukup lama menahan diri untuk tidak menelepon nomor ini. Ia ingin sekali bertemu langsung bukan menelepon tapi apa dayanya yang sudah dikepung dengan keadaan.

"Maaf, anda siapa? Ada urusan apa?"

Keysha tersenyum tipis. Suara ini masih sama. Ia menetes air mata. Keysha melirik bayangan dirinya di cermin dengan senyuman harus bercampur tangis.

"Keysha?"

"Iya."

Panggilan terputus. Keysha sudah menduga ini, tapi tidak masalah. Setidaknya Keysha sudah memastikan sesuatu. Besok ia akan bertindak. Apa yang akan dilakukannya besok akan menjadi awal dari semuanya.

Haii, maaf ya lama updatenya. Alhamdulillah, ujian aku hampir selesai tinggal satu lagi dan hampir selesai.

Kalian setuju nggak kalau Keynand aku tamatkan tahun ini? Yuk komen biar aku bisa semangat nyelesaiin cerita ini.

Oiya jangan lupa baca cerita baru aku, nggak kalah seru kok. Soalnya di sana sepi, huhu.

Seperti biasa, makasih ya udah baca cerita aku.

See you!

Keynand [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang