6. Sebuah Telepon

1.3K 126 53
                                    

Keysha duduk di ruang keluarga sendirian sambil memakan camilan yang sempat dia beli di mini market. Wajahnya tampak serius memandang tv yang sedari tadi menyala, tak jarang dia tersenyum dan menangis.

Tidak biasanya Keysha menonton televisi tapi untuk hari ini Keysha sangat ingin menonton film kesukaannya. Film yang sudah ia tonton berulang kali dan selalu berhasil membuatnya menangis.

Drtt! drtt!

Keysha tersentak saat ponsel bunyi. Dahinya berkerut saat nomor tak dikenal menelponnya. Keysha menganggat telepon itu namun tidak ada suara sama sekali dari seberang sana.

"Halo." Tak ada sahutan.

"Maaf anda siapa?" Masih bergeming. Keysha mulai kesal saat sang penelpon tidak membalas sapaan dan pertanyaannya. Di dalam hati Keysha menggerutu kesal.

"Aneh." Saat ingin mematikan sambungan telponnya, suara tawa seseorang yang berada di seberang sana membuatnya membeku. Dadanya terasa sesak, tenggorokannya tercekat dan tanpa ia sadari setetes demi setetes air mata turun ke pipinya.

Keysha melempar hpnya ke sofa yang berada di sebelahnya. Kedua telapak tangannya menutup daun telinga. Bibirnya bergetar hebat.

"Gue takut," ucap Keysha di sela tangisan dan ketakutannya.

Keysha memejamkan matanya mencoba untuk tenang tapi tidak bisa. Berkali-kali Keysha menarik napas lalu membuangnya secata teratur. Hal itu malah membuat tangis Keysha menjadi-jadi.

Keysha tersentak saat mendengar bel berbunyi, ia langsung membersihkan sisa air mata di pipinya. Walaupun mustahil Keysha tetap mengelap sisa air mata walaupun tangisnya tak kunjung berhenti.

Sebelum membuka pintu Keysha menarik napas dalam. Keysha menunduk saat melihat papanya lah yang terlihat saat ia membuka pintu. Keysha berusaha untuk tidak bertatapan langsung dengan papannya.

"Kamu kenapa?" tanya papanya dengan nada khawatir.

Keysha menggeleng lalu memaksakan sebuah senyum terbit. "Gak papa kok pa, tadi aku habis nonton drama korea." Keysha membalikkan badannya lalu berjalan menuju kamarnya. Tapi suara papanya membuatnya menghentikan langkah.

"Tunggu!" Keysha menghela napas berat, papanya sangat sulit untuk dibohongin.

"Kenapa kamu bohong Key?" Dia memejamkan matanya lalu membalikkan badannya.

"Key ngga bohong pa, tadi Key nonton drakor." Keysha terus merutuki dirinya karena sudah berbohong ke papanya. Dia sangat tidak suka membohongi papanya sendiri, tapi keadaan memaksanya berbohong.

"Papa kenal kamu. Sejak kapan kamu suka nonton drakor? Bukannya kamu lebih menyukai baca daripada nonton." Bibir Keysha bungkam, apa yang papanya ucapkan itu semua benar. Keysha menunduk.

Papa Keysha membelai rambut anaknya. "Sayang, papa mohon lupain kejadian itu. Papa tau itu sulit tapi apa kamu mau membuat mama sama Kayla sedih?" Setetes cairan bening turun ke pipi mulus Keysha. Suara tangis Keysha terdengar memilukan.

"Dia kembali lagi, pa." Papa keysha memeluk tubuh bergetar putrinya.

"Apa yang harus Key katakan? Apa Key harus jujur? Dia pasti marah sama Key."

"Sayang, kamu jangan takut. Papa yakin dia nggak akan marah, dia sahabat kamu. Mana mungkin dia marah dengan kamu." Papa keysha mencoba menenangkan putrinya.

"Key kenal dia, pa. Key takut," lirih Keysha.

"Lebih baik kamu lupain kejadian itu sayang. Masa lalu biarlah berlalu, lebih baik kamu menata masa depan kamu." Dalam pelukan papanya, Keysha mengangguk mengerti.

Memang tidak mudah melupakan kejadian itu, tapi Keysha harus melupakannya. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri. Untuk apa bersedih kalau ujungnya kesedihan itu tidak berguna di masa depan.

Masa lalu tidak dapat diubah tapi masa depan, masih bisa diubah. Jadi, lebih baik memikirkan masa depan dari pada hidup di bawah bayang bayang masa lalu.

Hayoo... dia itu siapa? Tebak!
Part kali ini pendek banget ya?
Sengaja di pendekin sih.

Oiya gaes, baca Lose You dan Princess Calya yuk. Kalau kalian baca dan vote, aku akan update Keynand secepatnya

Keynand [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang