20. Timbal balik

302 15 0
                                    

Entah dilema macam apa yang muncul sekarang. Baru saja Keysha berusaha berdamai dengan dirinya, kini Sang Papa mengajukan permintaan yang membuat Keysha bungkam. Bukan tidak mau menuruti permintaan Sang Papa, melainkan permintaannya sangat sulit untuk Keysha lakukan. 

"Papa pengen lihat kamu bahagia, suatu saat kamu akan paham kenapa Papa ngelakuin ini." Alex mencoba membujuk Keysha yang terlihat enggan mendengarkan ucapannya.

"Banyak hal yang bisa Papa lakuin selain ini, bukan?" Keysha menatap Sang Papa dengan tatapan sendu. Ia tahu betul apa yang Papanya pikirkan. Namun, Keysha tidak bisa menuruti permintaan Papanya.

"Tapi Papa akan tenang kalau kamu menyanggupi permintaan Papa, Key." Alex mencoba meraih tangan Keysha tapi gadis itu menarik tangannya terlebih dahulu.

"Pa, ini zaman modern. Hal seperti itu udah nggak zaman lagi. Keysha bisa hidup sendiri. Keysha bisa jaga diri, papa nggak perlu khawatir."

Alex merasa sia-sia membujuk anak gadisnya. Tanpa berpamitan terlebih dahulu, ia keluar dari kamar Keysha.

Keysha menatap punggung Alex yang mulai menjauh. Lagi dan lagi Keysha menambah luka Sang Papa. Betapa egoisnya ia selama ini. Keysha teringat akan ucapan Aqsa beberapa hari yang lalu.

"Key, sebelum memutuskan sesuatu lo harus memikirkan perasaan Papa lo. Sekarang lo cuma punya dia. Om Alex udah kehilangan dua orang yang paling berharga dan melihat harus putrinya menjadi pribadi yang berbeda."

"Lo bukan orang yang paling menderita. Lo tahu sebesar apa penyesalan yang dirasakan Papa lo?"

Keysha menggeleng. Selama ini ia tak pernah menanyakan kabar Sang Papa, setelah sadar dari koma.

"Saat kecelakaan itu dia udah kehilangan salah satu putrinya dan putri lainnya terbaring di rumah sakit dengan mengandalkan peralatan rumah sakit. Nggak sampai di situ aja, Om Alex harus merasakan kembali kehilangan orang yang dia sayangi, nyokap lo. Dalam sekejab dia kehilangan dua orang yang paling disayanginya. Dan hanya lo satu-satunya yang tersisa."

Dada Keysha merasa sesak. Tak terbayang olehnya Sang Papa yang terlihat baik-baik saja menyimpan luka yang sangat dalam.

"Saat lo bangun, Om Alex melihat sosok Keysha yang berbeda. Lo sekarang dipenuhi penyesalan dan membuat Om Alex nggak pernah merasa tenang."

"Gue boleh minta satu hal dari lo?"

Keysha menganggukan kepalanya.

"Jangan buat bokap lo sedih."

Keysha mengacak rambutnya frustrasi. Sungguh ia berada di persimpangan jalan yang Keysha sendiri bingung harus melangkah ke mana.

Tatapannya beralih ke potret dirinya dan Sang Papa. "Nggak, gue nggak mau buat Papa sedih lagi. Kalau ini buat Papa merasa tenang, gue akan lakuin apa pun itu."

Keysha buru-buru keluar dari kamarnya hendak menemui Sang Papa. Namun, saat gadis itu ingin menuruni tangga, ia menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. Matanya menangkap pemandangan yang membuat hatinya ngilu.

Perlahan Keysha menuruni tangga tanpa mengalihkan pandangannya. Semakin dekat dengan tempat tujuan, kaki Keysha terasa berat untuk digerakkan. Pasokan oksigen di ruangan ini seakan terkuras habis.

"Pa," panggil Keysha pelan.

Alex cepat-cepat menyimpan benda yang tadi ia pegang. Matanya membulat sempurna melihat putri kesayangannya berdiri tepat dibelakangnya.

"Keysha? Kamu ngapain?" Alex berusaha menyembunyikan ketegangannya.

"Tadi papa ngapain?" Keysha bertanya dengan wajah dan nada yang datar.

Alex berusaha tersenyum. Akan sulit untuk membohongi putrinya untuk kali ini. "Tadi Papa cuma duduk-duduk aja."

Keysha membuang napas kesal. "Jangan bohong, Pa. Tadi Papa merokok, 'kan?" Nada suara Keysha mulai bergetar. Percakapannya dengan Aqsa kemarin kembali berputar bak kaset rusak. Setiap ucapan yang terlontar dari mulut Sang Kakak kemarin berhasil membuat Keysha merasa tertohok.

Alex yang melihat tubuh putrinya mulai bergetar, bergegas menarik tubuh Keysha ke dalam pelukannya. Keysha menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Sang Papa.

"Keysha udah jahat sama Papa. Selama ini Papa peduli sama Key, tapi Key hanya peduli sama perasaan Key aja," ucap Keysha dengan terbata-batanya.

"Kenapa kamu mikir gitu? Kamu tahu, kamu adalah bidadari Papa. Kamu prioritas Papa. Jangan berpikir semuanya terjadi karena kamu, sayang."

Keysha melepas pelukannya dan menatap mata Sang Papa. "Kenapa Papa merokok?"

Pertanyaan Keysha sukses membuat Alex gelagapan. "Papa tadi cuma---"

"Keysha nggak suka Papa merokok, Papa tahu sendiri bahaya rokok itu gimana. Pokoknya Papa buang rokok itu atau Keysha nggak mau ngomong lagi sama Papa," ancam Keysha.

Alex mengeluarkan rokok yang tersimpan di saku celanya. Segera ia buang rokok tersebut ke tong sampah.

Setelah itu, Alex menuntun Keysha untuk di sofa. "Kamu jangan bilang gitu lagi, ya? Papa cuman lagi pusing mikirin kerjaan yang banyak banget di kantor." Alex mencoba menenangkan Sang Putri yang terus menatap dirinya dengan tatapan nanar.

"Keysha nerima perjodohannya."

Alex terkejut dengan ucapan Keysha barusan. Sebelumnya Keysha sudah menolak tawarannya. Lantas apa yang membuatnya berubah pikiran?

"Kamu serius? Papa nggak mau kamu terima perjodohan ini dalam keadaan terpaksa."

Keysha meraih tepalak tangan Alex dan mengenggamnya erat.

"Keysha serius, tapi dengan satu syarat."

"Syarat? Apa?"

"Papa menikah lagi," ucap Keysha.

Alex menarik tangannya dari genggaman Keysha. Matanya menyiratkan penolakan. Tentu saja Alex tidak akan menerima syarat yang diberikan Keysha.

"Sama halnya dengan Papa yang mau melakukan perjodohan agar Keysha ada yang jaga, Keysha juga mau saat Key udah menikah nanti Papa nggak sendirian. Papa mikirin kebaikan Key dan Key mikirin kebahagiaan Papa. Key bener, 'kan?"

Alex terdiam. Ia tak tahu harus menjawab apa. Saat ini baginya perjodohan ini harus segera dilakukan. Ia tak bisa selamanya berada di samping Keysha. Tidak tahu ke mana takdir menuntunnya.

"Papa setuju."

Jawaban Alex sukses membuat Keysha terkejut. Awalnya ia mengira Papanya akan menolak. Namun, yang terjadi malah sebaliknya.

Hai gaes, maaf baru bisa update. Terima Kasih untuk kalian yang selalu baca cerita absurd aku. Oiya, jangan lupa baca Skenario-Nya. Di jamin buat gregetan dan espoci ehh emosi.

Keynand [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang