33. Siapa Dia?

193 9 0
                                    

Keysha menyandarkan tubuh di sofa ruang tamu. Matanya terpejam sejenak. Seharian ia sudah bergerak ke sana-sini untuk melayani tamu. Tubuhnya terasa berat untuk diangkat. Wajahnya sudah tidak sesegar tadi, riasan yang dipakainya pun sudah pudar tersisa maskara yang mulai luntur dan lipstik yang sudah tidak rapi.

Asya, gadis kecil itu tak terlihat letih. Sejak tadi ia hanya berlari ke sana-sini. Aqsa lah yang dibuat letih olehnya. Gadis kecil itu tak kehilangan energi setelah berlarian. Ia menyandarkan tubuhnya di bahu Keysha membuat sang pemilik tubuh terkejut.

"Asya, kamu belum bobo?" Keysha mengangkat tubuh mungil Asya.

Gadis kecil itu menggeleng. Pipi chubby-nya bergerak ke kanan-kiri. Keysha mencubit pipi Asya gemas.

"Kak Aqsa di mana?" tanya Keysha.

Asya mengarahkan telunjuknya ke arah dapur. "Sama kakak cantik," ucap Asya.

Keysha sedikit mengerutkan keningnya. Ia tidak paham maksud dari Asya. Siapa kakak cantik?

Alma datang dengan sebotol susu yang baru saja dibuatnya. "Sama Maura, Aqsa dari tadi ngintilin Maura mulu," ujar Alma.

Keysha mengulum senyum. Akhirnya abangnya itu bisa membuka hatinya. Maura bukan orang yang buruk. Dipikir-pikir mereka sangat cocok.

"Bentar lagi Tante punya mantu," kelakar Keysha.

Alma tertawa kecil. Wanita itu mengambil alih Asya. Lantas berujar, "Tante kira kamu yang bakal nikah duluan."

Wajah Keysha berubah. Ia memasang wajah cemberut. "Keysha nggak mau nikah," ujar Keysha.

"Jangan keras-keras nanti calon suami kamu dengar," bisik Alma.

Mata Keysha refleks melotot. Beberapa saat kemudian wajahnya kembali normal. "Keysha nggak peduli," ucap Keysha cuek.

Alma tertawa. Walaupun Keysha berkata demikian, gelagatnya mengatakan hal yang berbeda.

Ah iya, setelah tamu pulang. Keysha dan keluarga serta Sarla, Maura, Aidan, dan Reina serta Reynand  berkumpul di ruang tamu rumah Keysha. Tidak banyak perbincangan. Semuanya terlihat letih.

"Keysha kamu nggak makan? Dari tadi kamu nggak ada makan, lho," ucap Reina yang duduk di seberang tempat duduk Keysha.

Keysha tersenyum dengan kepala menggeleng. Perutnya tidak terasa lapar. Matanya tak sengaja bertemu pandang dengan Reynand. Pemuda itu tak banyak berbicara, ia hanya diam. Bahkan ia tidak terlihat mengkhawatirkannya.  Keysha langsung mengalihkan pandangannya.

"Yaudah biar Tante aja yang ambilin," kata Reina.

Keysha refleks menggeleng dengan melambaikan kedua tangannya. "Tante nggak perlu repot-repot sebentar lagi Keysha makan kok," alibi Keysha.

Tanpa aba-aba Reynand berdiri dan berjalan menuju dapur. Pemuda itu berniat mengambilkan Keysha sepiring makanan. Sejujurnya ia merasa khawatir.

Sesampainya di dapur Reynand disambut dengan Maura dan Aqsa yang sedang membuat teh.

"Rey, cari apa?" tanya Maura saat melihat Reynand kebingungan seakan sedang mencari sesuatu.

Aqsa juga ikut bingung dengan sikap Reynand. "Lo ada perlu apa?" tanya Aqsa.

"Makan," ucap Reynand.

Maura yang sudah mengenal Reynand tentu paham akan ucapan Reynand yang tidak lebih dari satu huruf. Berbeda dengan Aqsa, laki-laki itu tampak bingung. Sesekali ia menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.

"Sebentar gue ambilin," ucap Maura berinisiatif.

"Nggak usah. Gue aja."

Maura membantu Reynand untuk menyiapkan makanan. Tentu di bawah pengawasan Aqsa. Laki-laki itu menyandarkan tubuh dengan tangan dilipat di dada.

"Makanannya untuk Lo?" tanya Aqsa.

Reynand menggeleng. Setelah menaruh lauk di atas nasi. Reynand mengangkat piring tersebut. Ia berdiri berhadapan dengan Aqsa.

"Keysha," jawabnya singkat. Setelah itu Reynand pergi meninggalkan Aqsa dan Maura.

Maura tersenyum. "Kak Aqsa, mereka beneran dijodohkan?" tanya Maura penasaran.

Aqsa mengejutkan alisnya. Ia menatap Maura penuh curiga. "Lo cemburu?" tebak Aqsa dengan nada tidak suka.

Maura menggeleng tanpa mengurangi senyuman. "Sebaliknya, Mau senang liat mereka."

Aqsa mengelus dadanya lega.

Di sisi lain Keysha memandangi Reynand yang berdiri di hadapannya. Tak hanya Keysha, yang lain juga menatap heran pada Reynand yang berdiri bak patung di depan Reynand.

"Lo ngapain?" tanya Keysha bingung.

Alma yang duduk di sebelah Keysha sembari memeluk Asya langsung menyenggol bahu Keysha. "Jangan ketus gitu sama calon suami," goda Alma.

Keysha berdecak kesal. Matanya kembali menatap Reynand bertanya-tanya. Tanpa ada satu kata pun keluar dari mulut Reynand, pemuda itu menyerahkan sepiring nasi pada Keysha yang diterima Keysha dengan penuh rasa penasaran.

"Makan!" titah Reynand.

Semua orang yang ada di ruangan ini bersorak. Keheningan yang semula tercipta berubah kontras. Godaan dilayangkan pada Keysha dan Reynand. Keysha menundukkan wajah malu. Sementara Reynand memasang wajah datar seakan tidak terjadi apa-apa.

"Makan Key, udah diambil Rey tuh!" ujar Reina.

"Iya, kamu udah dibawain makanan sama calon suami," goda Axel diiringi gelak tawa.

Keysha menyuapkan nasi ke dalam mulutnya dengan malu-malu. Matanya menatap pada Reynand yang setia berdiri di hadapannya.

"Gue udah makan, kenapa masih ada di sini?" tanya Keysha dengan suara berbisik.

Reynand mengangkat dagunya. "Piring."

Keysha menatap piringnya. Apa yang salah dengan piringnya? Terkadang Keysha tidak mengerti dengan ucapan pemuda yang berdiri di depannya ini.

"Yang jelas!" titah Keysha penuh kekesalan.

"Cepat habisin! Piringnya mau ditaruh lagi."

Keysha kembali melahap makanan yang dibawa oleh Reynand. Sesekali ia melirik ke laki-laki itu sejenak. Tanpa disadari kedua sudut bibirnya tertarik. Sikap Rey yang diam-diam memperhatikannya sangat lucu.

Di tengah-tengah Keysha makan, Alma pergi membawa Asya menuju kamar tamu karena gadis kecil itu sudah terlelap di pelukan Alma.

Tak lama kemudian Reina juga ikutan pergi menuju taman belakang rumah Keysha untuk menjawab telepon. Hingga tersisa Aidan yang sibuk dengan laptopnya dan Axel yang sedang memejamkan mata dengan punggung tersandar.

Ah iya, Alex dan Sarla saat ini sedang berganti pakaian. Seharian mereka mengenakan kebaya dan jas. Terlebih lagi pakaian Sarla yang terbilang berat membuat wanita itu tak melewatkan waktunya untuk berganti pakaian.

"Udah." Keysha hendak memberikan sebuah piring pada Reynand, namun sebuah tangan mengambil piring itu terlebih dahulu dan melemparnya ke arah dinding. Pecahan kaca yang terpental akibat lemparan yang sangat kuat menancap di kaki Keysha. Refleks gadis itu berteriak karena terkejut. Tidak besar pecahan kacanya, tidak sebanding dengan keterkejutannya.

Reynand pun ikutan terkejut. Sejenak ia melihat ke arah pelaku yang melempar piring tersebut dengan alis menyatu. Sesaat kemudian ia jongkok demi melihat luka di kaki Keysha.

Gadis itu terdiam saat tahu siapa yang melempar piring makannya itu. Wajahnya berubah pucat, darahnya berdesir hebat, jantung bak berada di atas kuda yang sedang berpacu, dan mulut yang tertutup rapat. Tubuhnya bergetar.

Reynand menyadari tubuh Keysha bergetar langsung mengangkat wajahnya. Ia mendapatkan Keysha yang diam bak patung. Matanya menyiratkan ketakutan.

Selamat malam Minggu. Tetap semangat!

Keynand [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang