29. Memori Lama

216 12 2
                                    

Seorang wanita menatap wajah Keysha dengan tatapan teduh diiringi dengan senyuman manis. Tatapan itu menyiratkan kesedihan, kebahagiaan, dan juga penyesalan. Keysha yang sejak tadi menjadi objek hanya  terdiam kaku. Ia tersenyum canggung dan sesekali melirik ke arah Aqsa yang sedang bicara dengan seorang laki-laki di depan sana.

"Kamu sehat?" tanya wanita itu pada Keysha.

Keysha yang tadinya sedang bergelut dengan pikirannya langsung tersadar. "Alhamdulillah sehat, Tante," ucap Keysha spontan.

Wanita itu tersenyum lagi. "Kamu pasti bingung, haruskah saya perkenalkan diri?"

"Nggg—Tante Bundanya Reynand?" tanya Keysha.

Wanita itu terkekeh. "Ternyata kamu belum tahu."

Keysha mengerutkan kening. Artinya ia salah. Keysha memandangi sekali lagi Aqsa dan laki-laki yang bersamanya itu. Ya, laki-laki itu adalah Reynand. Aqsa membawanya ke rumah Reynand, entah apa hubungan pertanyaannya dengan rumah Reynand. Seingatnya tadi Reynand memanggil wanita yang ada di depannya dengan sebutan Bunda.

"Riska, mama kamu namanya Riska?" Lagi dan lagi wanita yang duduk di hadapannya ini membuat Keysha semakin bingung.

"Kok Tante bisa tahu?" tanya Keysha.

Wanita itu mengelus rambut Keysha. "Reina, mama kamu pernah singgung nama itu?"

Keysha terdiam sejenak. "Setahu Key, temennya Mama namanya Reina. Tante Reina?" tanya Keysha dengan nada ragu.

Wanita itu mengangguk. "Iya, kamu benar. Nama Tante Reina, Bundanya Rey sekaligus teman mama kamu."

Keysha terlihat senang. Ia ingat dulu mamanya sering menceritakan perihal sahabatnya yang bernama Reina. Mereka saling mengenal sejak menduduki bangku SMP.

"Mama sering cerita tentang Tante, katanya Tante itu salah satu murid terpintar di sekolah," ucap Keysha.

Reina terkekeh. "Riska, Riska, masih aja membahas itu," gumam Reina yang dapat didengar oleh Keysha.

"Mama kamu benar, kamu cantik."

Keysha terdiam sejenak mendengar ucapan Reina. Ia merasa bingung dengan apa yang Reina ucapkan.

"Mungkin yang Tante maksud Kayla," kekeh Keysha.

Reina tersenyum tipis. Matanya tak lepas memandangi wajah Keysha. Ia melihat kesedihan dan rasa tidak percaya diri terpancar dari matanya.

"Kenapa kamu menganggap yang Tante bicarakan itu Kayla, jelas-jelas yang duduk di dekat Tante itu kamu."

Keysha kembali terpaku. Matanya menatap ke arah kedua kakinya. Entah mengapa setiap kali ada yang memujinya, ia merasa yang dipuji bukanlah dirinya melainkan Kayla.

"Kamu tidak percaya diri dan masih belum mencinta diri sendiri. Ini masalahnya. Sama seperti mama kamu dulu, bertahun-tahun dia hidup hanya untuk menyenangkan orang lain tanpa mementingkan kebahagiaan dirinya sendiri. Berusaha memenuhi semua impian orang lain padanya, padahal dia sendiri tahu sulit untuk mencapai impian tersebut. Dalam hidupnya mama kamu jarang memikirkan dirinya, untuk pertama kalinya dia memikirkan orang lain."

Keysha menunggu Reina melanjutkan ucapannya. Namun, tatapan Reina yang tak lagi menatap dirinya melainkan menatap objek yang ada di hadapannya. Keysha merasa ada sesuatu yang membuat Reina berhenti bercerita.

"Tante suka masak?" Keysha mencoba mengalihkan pembicaraan.

Reina tak berpaling sedikit pun. Ia masih terdiam, entah apa yang dipikirkannya yang pasti Keysha saat ini merasa khawatir.

"Kamu udah pernah dengar cerita mama kamu dan papa kamu?" tanya Reina.

Keysha menggelengkan. Ia bukanlah tipe orang yang suka bertanya mengenai masa lalu seseorang sekalipun itu orang tuanya sekalipun.

"Kisah mereka penuh cobaan. Kamu tahu apa cobaan yang Tante maksud. Mama kamu saat itu dijodohkan dengan seorang anak dari pengusaha ternama. Awalnya semua berjalan baik-baik aja, mama kamu hanya menuruti apa yang nenek kamu perintahkan. Perjodohan adalah tradisi yang ada di keluarga Mama kamu sejak dulu. Hingga suatu ketika Riska bertemu dengan orang asing yang bisa membuat hatinya luluh. Untuk pertama kalinya Riska memikirkan dirinya sendiri, dia mulai meminta pada nenek kamu untuk membatalkan perjodohan. Tapi, kamu tahu nenek kamu gimana, keras kepala."

Keysha sebelumnya sudah mendengar kisah yang diceritakan oleh Reina. Namun, Keysha baru mendengar kalau Mamanya dijodohkan oleh seorang pengusaha. Sebelumnya Keysha mendengar kisah tersebut hanya sekilas dan tidak secara detail.

"Kalau nenek kamu keras kepala, mama kamu nggak kalah. Akhirnya, nenek kamu ngalah. Walaupun nenek kamu nggak berhenti untuk meminta mama kamu menikah dengan orang yang diinginkannya padahal mama dan papa kamu udah menikah. Tapi Tante salut, walaupun begitu pendirian mama kamu kuat."

"Bahkan setelah menikah? Kedengarannya aneh, kenapa nenek memaksa mama untuk menikah sama orang pilihannya padahal mama sudah menikah?"

"Papa kamu bukan orang Indonesia asli, dia berdarah Jerman yang besar di Indonesia. Walaupun papa kamu memiliki sifat layaknya orang Indonesia, nenek kamu tetap menganggap papa kamu orang asing yang tidak mengenal budaya. Sementara orang yang dulu dijodohkan sama mama kamu katanya orang yang baik, berbudaya, dan tentunya berpenghasilan cukup."

"Apa orang yang dijodohkan sama Mama tetap mau menerima mama walaupun sudah menikah?"

Reina tersenyum. Melihat Keysha antusias mendengar kisah papa dan mamanya dulu membuat dirinya senang.

"Iya, Tante juga awalnya bingung. Seiring berjalannya waktu Tante mulai paham alasannya. Mama kamu orang yang cantik, pinter urusan rumah tangga, dan multitalenta. Siapa nggak suka sama mama kamu? Tapi rasa suka yang dimiliki Bram membuatnya terobsesi mendapatkan mama kamu. Obsesinya itu kadang membuat Tante cemas."

Keysha membelalakkan mata dan jantungnya seakan berhenti berdegub sejenak. Apa itu? Nama itu? Keysha mengenal nama itu.

"Bram?" tanya Keysha dengan nada ragu.

Reina mengangguk. "Iya, dia orang yang dijodohkan oleh mama kamu."

"Apa dia sudah menikah, Tante?"

Reina tertawa geli. Rasa ingin tahu yang dimiliki Keysha membuatnya gemas. "Ternyata benar, kamu anaknya yang cerdas. Kamu nggak akan berhenti sebelum menemukan apa yang kamu mau."

"Yang Tante dengar dia udah menikah dan punya seorang putra. Setahu Tante putranya setahun lebih tua dari kamu."

Keysha memalingkan wajahnya. Ia tak mau Reina melihat ekspresinya.

"Tante bisa masak?" tanya Keysha mengalihkan pembicaraan.

Reina  mengerjakan mata bingung. Sebelumnya Keysha begitu antusias mengapa sekarang ia mengalihkan pembicaraan. Tak ingin menciptakan suasana canggung, Reina merespon pertanyaan Keysha.

"Jujur Tante nggak bisa masak," bisik Reina.

"Ayo masak bareng Tante!" ajak Keysha.

Reina dengan cepat mengangguk. "Tante dengar kamu jago masak. Hari ini Tante mau makan enak," kelakar Reina.

Keysha mengacung jempol dengan senyuman lebar.

Reina ikut tersenyum. Melihat senyum Keysha cukup mengobati kerinduannya akan sosok Riska.

Happy reading. Jangan lupa vote, comment, and share.

Keynand [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang